Sekar menggaruk tengkuknya yang tak gatal sambil berjalan mendekati Siti setelah menutup pintu. Setelah beberapa minggu Siti tinggal bersama Sekar, dia merubah namanya. Dari yang semua Siti Rabiah, menjadi Sisil Teera Bia. Tak hanya itu, sifat dan sikap Siti juga berubah.
"Kamu belanja lagi, Ti? Eh, Sisil."
"Iya, dong."
"Buat apa?"
"Kok pake tanya, sih! Kamu, kan tahu alasan aku sering belanja gini. Besok jalan-jalan, yuk."
Bibir Sekar maju beberapa inci. Dia terlihat tak sesemangat Siti yang masih sibuk menurunkan belanjaannya. Sekar malam duduk bersandar pada sandaran sofa sambil mengusap matanya yang masih terasa pedas.
Setelah mendapat gaji pertamanya, Siti sering belanja barang-barang mewah. Satu lagi kebiasaan Siti, dia sering kali jalan-jalan dan memposting semua kegiatannya di akun media sosial yang dimilikinya.
"Gimana? Kamu mau, kan nemenin aku jalan-jalan?"
"Emang buat apa, sih sering-sering belanja, jalan-jalan? Paling buat konten aja, kan?"
"Nah, kamu tahu. Konten ini sangat penting buat aku, Kar."
"Apa pentingnya coba? Pamer doang itu mah."