Dahulu kala disebuah hutan pedalaman di Nusantara, hiduplah seekor Kelinci putih yang dapat bicara layaknya seorang Manusia. Ia bernama Bonoya, Panggil saja dia Tuan Bono. Bersama dengan para Binatang lainnya juga, Tuan Bono hidup rukun dan tentram di Desa para Binatang. Namun setelah datangnya sang Penyihir jahat, kehidupan di dalam Hutan mulai penuh dengan ketakutan. Sang Penyihir jahat berencana untuk menguasai Hutan yang saat
 ini menjadi tempat tinggal Tuan Bono dan para Binatang lainnya. Apalagi ada rumor yang beredar bahwa sang Raja dari hutan tersebut yaitu sang Tuan Singa di kabarkan telah di kalahkan oleh sang Penyihir. Mendengar bahwa sang Raja hutan telah di kalahkan, para Binatang di Hutan termasuk Tuan Bono pun cemas akan hal itu. Untuk mengantisipasi Hal-hal yang tidak di inginkan. Para binatang sepakat untuk berkumpul di tengah - tengah hutan untuk Membahas masalah tentang sang Penyihir.
~~Di tempat pertemuan~~
"Bagaimana ini semuanya, apa yang harus kita lakukan sekarang, aku mendengar bahwa sang Singa telah dikalahkan oleh Penyihir jahat itu" ujar sang ElangÂ
"Tenanglah Elang, itu hanyalah sebuah rumor, mungkin saja sang Singa belum dikalahkan" Gagak menyahuti Elang dengan memberikan sedikit kalimat penenang.
"Kau berani menyahutiku wahai Gagak, sepertinya kau sudah lupa akan daratan" Elang yang sombong merasa tak terima akan sahutan dari Gagak tadi dan marah kepada Gagak.
"Bukannya aku berani wahai Elang, tapi alangkah baiknya kita tidak berburuk sangka dahulu" ujar Gagak mantap.
"Berhentilah berdebat kalian berdua, kita disini untuk mencari solusi dalam masalah ini, bukan untuk menambah masalah" kali ini Tuan Bono berbicara.Â
"Penyihir itu datang kehutan kita karena ingin menguasai tempat ini, walaupun Tuan Singa telah kalah, kita harus bisa mempertahankan hutan ini karena ini adalah tempat tinggal kita"
"Memangnya apa yang bisa kau lakukan Tuan Kelinci? Kau hanyalah seekor binatang kecil, sang Singa saja yang punya badan besar telah kalah oleh sang Penyihir, apalagi dirimu yang kecil ini" sang Elang menyindir Tuan Bono karena tubuhnya yang kecil.
"Aku memang kecil wahai Elang,tapi setidaknya aku ingin melawan".