Mohon tunggu...
Lathifa Drupadi
Lathifa Drupadi Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar Indonesia yang menggeluti sastra sejak musim pandemi April 2020 dan kini menjadi kompasianer pemula

Writing is my life

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Filosofi dan Eksistensi Tari Gambang Semarang

28 Agustus 2020   17:18 Diperbarui: 7 Juni 2021   11:36 6711
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filosofi dan Eksistensi Tari Gambang Semarang. | Kompas

Salah satu jenis budaya yang ada di Indonesia adalah tarian tradisional. Banyak sekali tarian tradisional dari tiap daerah di Indonesia yang bahkan jumlahnya tak mampu dihitung menggunakan jari. Setiap tari memiliki kekhasan tersendiri dan biasanya berhubungan dengan tempat asal dimana tarian tersebut dilahirkan. Membentuk suatu filosofi yang berkaitan antara budaya dan daerah itu sendiri.

Salah satu tari tradisional yang sangat terkenal di Kota Semarang, Jawa Tengah, yaitu Tari Gambang Semarang atau lebih dikenal dengan Tari Semarangan adalah tari yang biasa ditampilkan dalam acara penyambutan suatu acara maupun festival. Tari Gambang Semarang ditarikan oleh dua pasang putri. 

Tak disangka, gerakan yang ada dalam Tari Gambang Semarang ini terinspirasi oleh gerakan para waria. Dilansir dari metrojateng.com, Tari Gambang Semarang pertama kali dipopulerkan oleh Bintang Hanggoro Putro dan Aloisius Agus. Kedua tari tersebut mereka ciptakan sejak lebih dari dua puluh tahun yang lalu. Berawal dari observasi yang mereka lakukan pada tahun 1991, akhirnya melahirkan macam-macam gerakan yang mencerminkan berbagai hal tentang Semarang

Berdasarkan survei yang saya lakukan terhadap 13 orang yang ada disekitar saya, menurut mereka yang khas dari tari ini adalah dari segi musik yang tak hanya dari budaya Jawa namun juga budaya Arab dan Tionghoa, kostum yang meriah dan gerakan lingar yang menurut salah satu responden tidak ada di gerakan tari tradisional Semarang yang lain serta tarinya yang lincah namun tak berlebihan.

Tari Gambang Semarang atau Tari Semarangan ini menggunakan tiga ragam gerak baku, yaitu ngondhek, genjot, ngeyek dan ketiganya merupakan gerakan yang berpusat pada pinggul. Selain itu terdapat pula gerakan jalan tepak, geyol, ngiting, mendak, mengibaskan sampur dan selut (silang 2 tangan kedepan bukak samping). 

Baca juga: Ratoeh Jaroe, Tari Daerah yang Populer di Indonesia

Gerakan ngondhek adalah gerakan seperti mengayuh sepeda. Gerakan tepak adalah gerakan dengan telapak kaki berjungkit. Gerakan megol adalah gerakan goyang pinggul dan gerakan ngeyek adalah gerakan pinggul berputar. Gerakan tangan (lambeyan) yang menyertai ketiga ragam gerak itu merupakan gerakan yang berpangkal pada pergelangan tangan dengan media gerak sebatas pusar hingga pandangan mata. 

Goyangan pinggul seperti ombak air laut yang menghiasi Tari Gambang Semarang juga terinspirasi Laut Jawa yang berada di utara Semarang. Seni lawak yang terdapat pada tarian ini merupakan salah satu identitas budaya yang melambangkan bahwa orang Semarang mudah bergaul.

Sayangnya, banyak para pemuda yang tidak mengetahui apa saja filosofi dari Tari Semarangan yang melegenda ini. Padahal, makna-makna yang terkandung dalam tari tersebut sangatlah menggambarkan keadaan Kota Semarang secara geografis, geologi, sosial dan budaya. Sesuai dengan letak Kota Semarang secara geografis, terbentuk dari dua dataran yaitu dataran tinggi dan dataran rendah. 

Pernyataan ini menciptakan gerakan yang berdampingan ada yang naik ada yang turun seperti gerakan tangan pada Tari Gambang Semarang yang naik turun. Jika dalam aspek geologi, Kota Semarang adalah kota daerah patahan yang sering dilanda bencana longsor. Bukti tersebut menciptakan gerakan pengulangan antara jongkok dan berdiri. 

Sementara dalam aspek sosial, Semarang adalah ibukota Provinsi Jawa Tengah yang tentunya hari-hari dipenuhi hiruk pikuk orang kota. Hubungan antar masyarakat juga erat. Inilah yang membuat gerakan Tari Semarangan krentek dan energik.

Aspek budaya dalam Tari Gambang Semarang, terlihat dari kostum dan musik pengiringnya. Kostum penari dalam tari Semarangan dipengaruhi dari dua lintas budaya, yakni Tionghoa dan Arab. 

Kebaya encim, yang pada waktu itu sering dipakai oleh masyarakat Arab kemudian dipadukan dengan warna-warna ngejreng khas Cina dengan dominasi warna merah. Pengaruh kebudayaan Tionghoa dalam Tari Semarangan juga bisa diketahui lewat musik yang mengiringinya. Musik pengiring Tari Semarangan menggunakan kongahyan, sejenis alat musik musik gesek yang menyerupai rebab kalau di Jawa.

Itulah sebabnya Tari Semarangan harus dilestarikan. Mengapa? Selain filosofinya yang menarik untuk diketahui, jiwa penerus karya leluhur harus dipertahankan. Jangan sampai luntur termakan zaman. Apalagi Tari Semarangan merupakan identitas Kota Semarang. 

Baca juga: Tari Merak, Tarian Daerah yang Membumi

Ketika seseorang membicarakan kota ini, maka nama Tari Gambang Semarang pasti akan disebutkan. Jika tidak dilestarikan, bukankah tentunya turis akan bertanya-tanya “mana yang disebut Tari Semarangan kebanggaan kota ini?” Betapa uniknya arti dari Tari Gambang Semarang ini. Di era generasi Z seperti sekarang, jarang sekali tari tradisional ini ditampilkan. 

Menurut survei saya terhadap orang Semarang tulen alias asli, bahkan ada yang selama 13 tahun terakhir belum pernah melihat mana yang disebut Tari Semarangan. Dari 8 orang yang menjawab pertanyaan saya tentang level gerakan tari Gambang Semarang, hanya 3 responden yang mengatakan tari ini mudah. 

Tentu perlu sosialisasi dan pembelajaran tentang pelestarian Tari Gambang Semarang agar semakin banyak peminatnya. Apalagi di era pandemi ini menurut saya dan jawaban para responden, sama sekali belum pernah ada pementasan Tari Gambang Semarang.

Berikut beberapa upaya yang menurut saya dapat dilakukan agar Tari Gambang Semarang bisa abadi:

1. Pemerintah Kota Semarang mengadakan ekstrakulikuler tari meski secara online

Pandemi COVID-19 telah membuat kegiatan sekolah offline diliburkan dan belum tau sampai kapan. Semua kegiatan ekstrakulikuler juga ditiadakan. Padahal, dari kegiatan ekstrakulikulerlah yang membuat bakat para siswa terlatih terutama bakat menjadi penari. Peminat ekstrakulikuler tari tidak hanya satu dua. 

Namun apa daya kini ekstrakurikuler tidak diadakan karena dihalang pandemi. Saran saya, ekstrakulikuler tetap diadakan agar budaya dan semangat tunas bangsa tidak luntur dan berhenti akibat pandemi. Bagaimana jika selama dirumahkan mereka lupa dengan gerakan-gerakan tari? 

Berdasarkan survei yang saya lakukan, banyak yang mengatakan level gerakan Tari Gambang Semarang tidak mudah. Saya yakin dengan keadaan seperti itu, para penari perlu melatih skill tarinya agar bisa menguasai tari tradisional yang satu ini.

2. Pemerintah Kota Semarang mengadakan lomba menari tarian tradisional

Lomba menari sekarang sangat jarang ditemukan. Bahkan tahun lalu di Gedung Wanita Kota Semarang, banyak lomba yang diadakan namun bukan lomba tari tarian tradisional. Yang diadakan malah lomba tarian modern. Tentu hal ini membuat Tari Gambang Semarang semakin sulit ditemukan dan bahkan bisa saja orang asli Semarang sendiri tidak tau dengan kearifan lokal daerahnya sendiri. 

Baca juga: Dari Papua, Kalimantan hingga Jawa, Khasanah Tari Tradisional Indonesia Perlu Dijaga

Lalu dalam memeringati Hari Anak Nasional, akun Instagram @serasi.2020 milik Pemkot Kota Semarang yang berisi serangkaian lomba peringatan Hari Anak Nasional, tidak mengadakan lomba yang bersifat untuk melestarikan budaya. Ada enam lomba yang diselenggarakan yaitu, lomba video enam langkah mencuci tangan, lomba menghias masker, lomba menggambar dan mewarnai, lomba videografi, lomba menulis reportase dan lomba desain konten di media sosial. 

Sama sekali tidak ada lomba yang berhubungan dengan kearifan lokal. Cara untuk membudidayakan budaya salah satunya melalui lomba di mana nantinya banyak peserta yang mengincar penghargaan dari Walikota Semarang, yang membuat budaya secara langsung maupun tidak langsung dipelajari. 

Jika pemerintah saja tidak mengadakan lomba yang berkaitan dengan Tari Gambang Semarang, jangan kaget apabila nantinya Kota Semarang kehilangan salah satu tari kebanggannya.

Ingin saya, pemerintah memperbanyak sanggar tari atau sanggar budaya dan memberikan bantuan dana kepada mereka agar semakin berkembang guna mempertahankan budaya Kota Semarang. Apalagi tari ini merupakan kearifan lokal dan identitas Kota Semarang. Selain itu, kecanggihan teknologi yang membuat para penari lebih meminati tarian modern dan dance challenge dari media sosial, membuat tari tradisional semakin terancam hilang karena tidak ada yang meneruskan untuk mempelajarinya.

Mari lestarikan Tari Gambang Semarang dengan cara mempelajarinya karena ini adalah identitas kita. Jangan sampai Kota Semarang kehilangan kearifan lokalnya. Ayo wujudkan Kota Semarang hebat! Ojo lali dolan neng Semarang yo lur…

Sumber:

  1. https://www.tribunnewswiki.com/2019/07/22/tari-semarangan-tari-gambang-semarang
  2. https://metrojateng.com/ternyata-tari-semarangan-terinspirasi-dari-gerakan-waria/
  3. https://docs.google.com/forms/d/1Z4EvnQ-lcbtKktYik2OY98gr1hEKeL1x6JcHrJsHQd4/edit#responses

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun