Feminism atau dalam bahasa indonesia disebut feminisme adalah sebuah gerakan yang berfokus terhadap penyetaraan harkat dan martabat wanita di tengah-tengah masyarakat. Sebutan feminisme ini awalnya diperkenalkan oleh seorang filsuf Prancis bernama Charles Fourier. Feminisme ini sendiri diketahui mulai muncul sejak akhir abad ke-18. Setelahnya pada abad 20 gerakan feminisme kian berkembang seiring dengan banyaknya orang yang menginginkan persamaan hak perempuan dalam hak politik.Â
Untuk negara adidaya, Amerika Serikat sendiri, gerakan ini mulai bermunculan ketika Betty Friedan meluncurkan bukunya yang berjudul The Feminine Mystique pada tahun 1963. Gerakan feminisme ini kemudian berkembang pesat ketika lagi-lagi Betty Friedan yang menginginkan kesetaraan bagi wanita mendirikan organisasi bagi wanita yang diberi nama National Organization for Woman yang ia dirikan pada tahun 1966.Â
Gerakan ini meluas dalam berbagai bidang kehidupan salah satunya dimana akhirnya tercetus equal pay right di tahun 1963, yang merupakan perubahan yang sangat drastis dimana perempuan akhirnya mendapat hak yang sama dalam penerimaan jumlah gaji. Dan akhirnya pada tahun 1964, Equal Right Act akhirnya muncul dan membuat perempuan dapat memiliki hak pilih secara utuh dan penuh dalam segala bidang.
Feminisme Demi Indonesia yang Lebih Baik : Peran Mahasiswa Sebagai Agen Perwujudan SDGs di Indonesia
Meskipun sudah sangat berkembang dibandingkan dulu kesetaraan gender wanita dan pria masih bisa dikatakan sangat jauh terlebih bila kita melihat secara terperinci ke negara-negara berkembang dan daerah-daerah yang masih memeganmemegang teguh adat istiadat sedari dulu. Salah satunya dapat kita lihat di Indonesia, dimana perempuan dan laki-laki memiliki nilai yang sangat berbeda jauh jika dilihat dalam tata adat istiadat. Misalnya dalam suku batak yang menomorsatukan anak laki-laki.Â
Dalam adat istiadat batak ketika ada sebuah acara adat atau perkumpulan adat secara otomatis wanita yang sudah cukup umur diwajibkan untuk menjamu para lelaki dan melakukan semua pekerjaan kotor. Hal ini tentu saja salah jika kita ingin meningkatkan kesetaraan gender di tengah-tengah masyarakat. Tidak hanya dalam acara adat suku tertentu, dalam hal perpolitikan pun terdapat beberapa ketimpangan hak pada perempuan dan laki-laki. Dapat dilihat dari adanya kuota 30% dalam keterwakilan perempuan dalam politik. Hal ini tentu saja timpang dengan kuota laki-laki yang mencapai 70%.
Tidak  hanya di Indonesia ketidaksetaraan gender ini masih dapat dilihat di belahan bumi lainnya yang masih memegang erat paham laki-laki adalah superior dan patut dihormati. Salah satu contoh kasus yang patut semua orang ketahui adalah kasus Mona Heidari, gadis belia yang berumur 17 tahun yang harus mati di tangan suaminya sendiri dengan alasan honour killing.Â
Gadis belia tersebut dipenggal kepalanya oleh sang suami dan diarak di jalan dengan sang suami yang merasa bangga telah melakukan hal keji tersebut. Anda mungkin bertanya mengapa hal sekeji ini dapat terjadi. Anggota parlemen Iran menjawab pertanyaan ini dengan jawaban bahwa hal ini dapat terjadi dikarenakan tidak adanya hukum konkret untuk memastikan implementasi hukum untuk mencegah kekerasan terhadap perempuan.
Dari beberapa kasus yang sudah disebutkan tersebut dapat disimpulkan bahwa kesetaraan gender belum berlaku secara nyata di seluruh penjuru dunia. Oleh karena itulah, PBB dalam sidang terakhir yang akhirnya mencetuskan SDG (Sustainable Development Goals) memasukkan perempuan dan kesetaraan gender ke dalam salah satu tujuan SDG. SDG sendiri ialah sebuah agenda pembangunan dan kebijakan politis untuk 15 tahun ke depan.Â
SDG sendiri bertujuan untuk memberantas kemiskinan dan kelaparan, mengurangi ketimpangan dalam dan antar negara, memperbaiki manajemen air dan energi, dan mengatasi perubahan iklim. SDGs juga menegaskan pentingnya ada upaya dari masyarakat untuk bersama-sama mengakhiri kemiskinan guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi, membantu memenuhi kebutuhan-kebutuhan sosial seperti pendidikan dan kesehatan menerapkan langkah kebijakan sosial untuk memenuhi aneka kebutuhan sosial, dan mengambil  kebijakan untuk mengatasi perubahan iklim dan melindungi keberlangsungan lingkungan hidup.
Kemudian, anda mungkin akan bertanya-tanya apa hubungan feminisme dengan upaya menyejajarkan Indonesia dengan negara-negara maju? Indonesia dalam urutan negara-negara yang dilihat dari Human Development Index terletak pada urutan 109 tepat di bawah Filipina. Dibandingkan dengan Norwegia yang berada di peringkat pertama perbedaan signifikan di antara kedua negara ini yang dapat dilihat adalah tingkat gender gaps di kedua negara.Â
Norwegia dengan indeks pembangunan manusia tertinggi adalah negara peringkat kedua di dunia dengan gender gaps index terkecil di dunia yang sangat berbanding terbalik dengan Indonesia yang berada di peringkat 85 bila dilihat dari indeks terkecil. Hal ini membuat kita dapat sedikit menyimpulkan bahwa kesetaraan gender antara wanita dan pria berpengaruh terhadap apakah negara tersebut maju atau tidak.
Alasan lainnya mengapa kesetaraan gender dan gerakan feminisme ini penting dalam kesetaraan gender pernah disebutkan oleh Ibu Sri Mulyani yang merupakan menteri keuangan Republik Indonesia. Beliau menyebutkan mengenai pentingnya bagi negara untuk memberikan kesempatan dan hak yang sama terhadap pria dan wanita dalam berbagai bidang kehidupan. Perkataan beliau ini didasarkan oleh penelitian oleh McKinsey Global Institute tak lama ini.Â
Dalam penelitian tersebut dikatakan bahwa apabila ketidaksetaraan gender ini dapat dikurangi maka menurutnya PDB (Produk Domestik Bruto) dunia ditaksir akan meningkat sebesar 9% atau mencapai peningkatan sebesar $12 triliun pada tahun 2025. Oleh sebab itu, kesetaraan gender ini menjadi penting sebagai salah satu upaya counter cynical yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi seperti yang dilaporkan dari penelitian McKinsey. Dengan adanya pertumbuhan ekonomi tentu saja negara semakin berkembang dan perkembangan inilah yang diharapkan agar negara kita, Indonesia, dapat sejajar dengan negara-negara maju yang sudah ada.
Oleh sebab itu kita sebagai mahasiswa memiliki peran yang sangat penting untuk meningkatkan kesetaraan gender bukan hanya karena ingin menjadi negara maju. Namun juga dikarenakan keinginan untuk menjadi setara antara pria dan wanita.Â
Beberapa upaya yang dapat dilakukan mahasiswa dalam upaya peningkatan gerakan feminisme di tengah-tengah masyarakat adalah sebagai berikut :Â
1.Mahasiswa diharapkan untuk terbiasa dengan keberadaan wanita dalam posisi jabatan tertentu di dalam organisasi yang berada di lingkungan universitas dan institusi. Diharapkan ketika ada pemilihan jabatan para mahasiswa tidak membedakan calon pria dan wanita dan hendaknya memilih karena kualitas bukan karena tidak ingin dipimpin oleh seorang wanita.
2.Mahasiswa diharapkan untuk tidak membeda-bedakan antara mahasiswa dan mahasiswi ketika sedang pengumpulan pendapat. Diharapkan para mahasiswa dalam sebuah diskusi tidak melakukan stereotip akan pengetahuan yang dimiliki mahasiswa maupun mahasiswi. Misalnya, mahasiswi tidak diperlukan pendapatnya ketika membahas olahraga karena dianggap tidak akan paham ataupun sebaliknya mahasiswa tidak diperlukan pendapatnya dalam hal fashion. Diharapkan kepada para mahasiswa untuk tidak melakukan hal tersebut.
3.Mahasiswa diharapkan untuk menghormati setiap pilihan berpakaian dan berpenampilan baik dari mahasiswa dan mahasiswi. Diharapkan kepada para mahasiswa dan mahasiswi untuk tidak menghakimi cara berpakaian seseorang dan tidak melakukan pelecehan terhadap mahasiswa baik mahasiswi dikarenakan alasan pakaian yang memancing nafsu. Setiap orang berhak menggunakan pakaian yang diinginkan selama itu tidak mengganggu orang lain.
4.Mahasiswa diharapkan untuk dapat menyebarkan dan mulai menerapkan paham feminisme ini di lingkungan tempat Ia tinggal. Diharapkan kepada mahasiswa untuk menerapkan paham feminisme ini di tempatnya tinggal dan mengajak orang-orang di sekitarnya untuk berbuat serupa.
Dengan adanya perubahan-perubahan yang dilakukan oleh mahasiswa diharapkan kelak ketika generasi kita yang telah memimpin bangsa ini kita telah mencapai kesetaraan gender seperti yang diharapkan. Dan dengan kesetaraan gender ini diharapkan kita sebagai sebuah negara yang utuh dapat menyejajarkan diri dengan negara-negara maju yang telah ada. Oleh karena itu, kita sebagai mahasiswa sudah saatnya kita meninggalkan pemikiran-pemikiran primitif mengenai derajat sebuah gender yang lebih tinggi dibandingkan gender yang lain. Sehinnga kelak kita dapat menjadi negara yang maju dan dapat membimbing generasi di bawah kita menjadi lebih baik dalam hal kemanusiaan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI