"Ya."
"Kau masih ingat kenapa?" Kau melepas jemariku, bergegas meringkuk memeluk lenganku dengan kepalamu yang menyandar padaku. Aroma bunga lavender yang selalu khas dari rambutmu menguar hangat.
"Setiap sepuluh tahun sekali, kemarau akan lebih panjang dari penghujan."
"Jadi kau ingat ya," balasmu. "Tetapi, sudah kuceritakan tentang petaka yang akan terjadi di musim penghujannya?"
"Belum." aku menjawab. "Adakah petaka yang akan terjadi?" tanyaku.
Kau mengangguk pelan.
"Seperti, virus flu jenis baru yang akan jadi pandemik global, misalnya,"
"Sungguh?" aku terkejut.
"Seperti di novel Inferno saja kan?"
"Itu benar akan terjadi?"
Kau tertawa-tawa selepasmu musim itu. "Tidak. Bukan petaka semacam itu." Kau merapatkan pelukanmu di lenganku. "Hanya saja petaka semacam hati yang mendadak patah."