Mohon tunggu...
Riyanto
Riyanto Mohon Tunggu... Novelis - https://susahtidur.net

A stoic

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Perempuan di Atas Bukit

20 April 2020   00:42 Diperbarui: 20 April 2020   01:16 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hening setelah itu. Aku menoleh ke wajahmu yang masih mengguratkan sisa-sisa senyum sementara matamu kau pejamkan. Ya, aku paham apa maksudmu, Perempuan. Perihal hati yang kau bicarakan. Perihal petaka yang kau maksud yang berhubungan denganku pula.

Tapi biarlah, toh seperti katamu, kemarau akan berlangsung teramat lama tahun ini.

Kau melepas lenganku, tersenyum lebar kepadaku, lantas berkata dengan pelan, "Aku ingin menari saat ini," senyummu semakin lebar.

Sebelum aku mengangguk, kau beranjak berdiri, melompat-lompat sampai gaun musim panas warna cokelatmu melambai-lambai. Kau menari, bersenandung lagu lama tentang kota beserta langitnya, berputar-putar sambil sesekali tersenyum ke arahku, lalu membiarkan embusan angin menyibak rambut beraroma lavendermu.

Kau sungguh menikmati aktivitas menari di puncak bukit kita, di musim kemarau yang terik, di bawah pohon jati yang kokoh, pun di antara desiran angin kering nan panas.

"Aku ingin hidup selamanya!" Kau melompat riang.

Ya, perempuan. Kau akan hidup selamanya. 

Musim berganti setelahnya.

*****

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun