Mohon tunggu...
Lyfe

Audit terhadap Siklus Pendapatan: Pengujian Substantif terhadap Saldo Piutang Usaha

4 April 2016   12:53 Diperbarui: 4 April 2016   13:01 2033
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Piutang merupakan klaim kepada pihak lain atas uang, barang, atau jasa yang dapat diterima dalam jangka waktu satu tahun, atau dalam satu siklus kegiatan perusahaan. Piutang umumnya disajikan di neraca dalam dua kelompok: (1) piutang usaha dan (2) piutang nonusaha.

PRINSIP AKUNTANSI BERTERIMA UMUM DALAM PENYAJIAN PIUTANG USAHA DI NERACA

1. Piutang usaha harus disajikan di neraca sebesar jumlah yang diperkirakan dapat ditagih dari debitur pada tanggal neraca.piutang usaha disajikan di neraca dalam jumlah bruto dikurangi dengan taksiran kerugian tidak tertagihnya piutang.

2. Jika perusahaan tidak membentuk cadangan kerugian piutang usaha, harus dicantumkan pengungkapannya di neraca bahwa saldo piutanng usaha tersebut adalah jumlah bersih.

3. Jika piutang usaha bersaldo material pada tanggal neraca, harus disajikan rinciannya di neraca.

4. Piutang usaha yang bersaldo kredit pada yanggal neraca harus disajikan dalam kelompok utang lancar.

5. Jika jumlahnya material, piutang nonusaha disajikan terpisah dari piutang usaha.

TUJUAN PENGUJIAN SUBSTANTIF TERHADAP PIUTANG USAHA

1. Memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang bersangkutan dengan piutang usaha. Auditor melakukan rekonsiliasi antara saldo piutang yang dicantumkan di neraca dengan akun piutang dalam buku besar dan selanjutnya ke jurnal penjualan, jurnal penerimaan kas, dan jurnal umum.

2. Membuktikan keberadaan piutang usaha dan keterjadian transaksi yang berkaitan dengan piutang usaha yang dicantumkan di neraca. Auditor melakukan pengujian substantif berikut ini: pengujian analitik, pemeriksaan bukti pendukung transaksi yang berkaitan dengan piutang usaha, pemeriksaan pisah batas transaksi yang berkaitan dengan piutang usaha, konfirmasi piutang usaha.

3. Membuktikan kelengkapan transaksi yang dicatat dalam catatan akuntansi dan kelengkapan saldo piutang usaha yang disajikan dalam neraca. Auditor melakukan berbagai pengujian substantif berikut ini: pengujian analitik, pemeriksaan bukti pendukung transaksi yang berkaitan dengan piutang usaha, pemeriksaan pisah batas transaksi yang berkaitan dengan piutang usaha, konfirmasi piutang usaha.

4. Membuktikan hak kepemilikan klien atas piutang usaha yang dicantumkan di neraca. Auditor melakukan pengujian substantif berikut ini: pemeriksaan bukti pendukung transaksi yang berkaitan dengan piutang usaha, konfirmasi piutang usaha.

5. Membuktikan kewajaran penilaian piutang usaha yang dicantumkan di neraca. Auditor melakukan pengujian substantif berikut ini: prosedur audit awal, pengujian analitik, pemeriksaan bukti pendukung transaksi yang berkaitan dengan piutang usaha, konfirmasi piutang usaha, penilaian terhadap kecukupan akun Cadangan Kerugian Piutang, dan pembandingan penyajian piutang usaha di neraca dengan prinsip akuntansi berterima umum. 

6. Membuktikan kewajaran penyajian dan pengungkapan piutang usaha di neraca. Satu-satunya pengujian substantif untuk membuktikannya adalah dengan membandingkan penyajian dan pengungkapan piutang usaha di neraca adalah dengan membandingkan penyajian dan pengungkapan piutang usaha di neraca yang diaudit dengan prinsip berterima umum.

PROGRAM PENGUJIAN SUBSTANTIF TERHADAP PIUTANG USAHA

Tahap-tahap prosedur audit dimulai dari pemeriksaan yang bersifat luas dan umum sampai ke pemeriksaan yang bersifat rinci. Berbagai prosedur audit dilaksanakan dalamlima tahap berikut ini:

1. Prosedur Audit Awal

Auditor menempuh prosedur audit awal dengan melakukan rekonsiliasi antara informasi piutang usaha yang dicantumkan di neraca dengan catatan akuntansiyang mendukungnya. Rekonsiliasi ini penting untuk dilakukan agar auditor memperoleh keyakinan bahwa informasi piutang usaha yang dicantumkan di neraca didukung oleh catatan akuntansi yang andal. Oleh karena itu, auditor melakukan 6 prosedurberikut ini:

a. Usut saldo piutang usaha yang tercantum di neraca ke saldo akun piutang usaha yang bersangkutan di dalam buku besar.

b. Hitung kembali saldo akun piutang usaha di dalam buku besar, dengan cara menambah saldo awal dengan jumlah pendebitan dan menguranginnya dengan jumlah kreditan akun tersebut.

c. Lakukan review terhadap mutasi luar biasa dalam jumlah dan sumber posting dalam akun Piutang Usaha dan akun Cadangan Kerugian Piutang Usaha. Dengan melakukan hal ini bisa mengetahui kecurangan dalam transaksi penjualan kredit dan transaksi yang mengurangi piutang usaha (retur penjualan dan penghapusan piutang).

d. Usut saldo awal akun Piutang Usaha dan akun Cadangan Kerugian Piutang ke kertas kerja tahun lalu. Kerta kerja tahun lalu dapat menyediakan informasi tentang berbagai koreksi yang diajukan oleh auditor dalam audit tahun yang lalu, sehingga auditor dapat mengevaluasi tindak lanjut yang telah ditempuh oleh klien dalam menanggapi koreksi yang diajukan oleh auditor tersebut.

e. Usut posting pendebitan aun Piutang Usaha ke dalam jurnal yng bersangkutan.

f. Lakukan rekonsiliasi akun kontrol piutang usaha dalam buku besar ke buku pembantu piutang usaha. 

2. Prosedur Analitik

Auditor melakukan perhitungan berbagai ratio berikut ini; (1) tingkat perputaran piutang usaha, (2) ratio piutang usaha dengan aktiva lancar, (3) rate of return on net sales (4) ratio kerugian piutang usaha dengan pendapatan penjualan bersih, dan (5) ratio kerugian piutang usaha dengan piutang usaha yang sesungguhnya tidak tertagih. Ratio yang telah dihitung tersebut kemudian dibandingkan dengan harapan auditor. Pembandingan ini membantu auditor untuk mengungkapkan: (a) peristiwa atau transaksi yang tidak biasa, (b) perubahan akuntansi, (c) perubahan usaha, (d) fluktuasi acak, atau (5) salah saji.

3. Prosedur Audit terhadap Transaksi Rinci

Keandalan saldo piutang usaha sangat ditentukan oleh keterjadian transaksi berikut ini yang didebit dan dikreditkan ke dalam akun Piutang Usaha: (a) Transaksi penjualan kredit, (b) Transaksi retur penjualan, (c) Transaksi penghapusan piutang usaha, dan (d) Transaksi penerimaan kas dari piutang usaha

Usaha dan pengujian pisah batas yang digunakan untuk mencatat transaksi yang berkaitan dengan akun tersebut adalah:

a. Periksa sampel transaksi yang tercatat dalam akun Piutang Usaha ke dokkumen yang mendukung timbulnya transaksi tersebut.

b. Periksa pendebitan akun Piutang ke doumen pendukung: Faktur Penjualan, Laporan Pengiriman Barang, dan Order Penjualan.

c. Periksa pengkreditan akun piutang ke dokumen pendukung: Bukti Kas Masuk, Memo Kredit untuk retur penjualan atau penghapusan piutang.

d. Lakukan verifikasi pisah batas (Cutoff) transaksi.

e. Periksa dokumen yang mendukung timbulnya piutang usaha dalam minggu terakhir tahun yang diaudit dan minggu pertama setelah tanggal neraca.

f. Periksa dokumen yang mendukung berkurangnya piutang usaha dalam minggu terakhir tahun yang diaudit dan minggu pertama setelah tanggal neraca.

g. Lakukan verifikasi pisah batas (Cutoff) transaksi Penerimaan Kas.

4. Pengujian terhadap Saldo Akun Rinci

Pengujian terhadap saldo akun rinci dalam siklus pendapatan difokuskan ke saldo piutang usaha dan akun penilaiannya (akun Cadangan Kerugian Piutang Usaha). Tujuan pengujian saldo akun Piutang Usaha rinci adalah untuk memverifikasi:

l Keberadaan atau keterjadian

l Kelengkapan

l Hak kepemilikan

l Penilaian

Langah-langkah:

a. Lakukan konfirmasi piutang

1. Tentukan metode, saat, dan luas konfirmasi yang aan dilaksanakan. Terdapat du metode konfirmasi piutang yang dapat digunakan oleh auditor:

a) Metode konfirmasi positif adalah metode konfirmasi yang auditor meminta jawaban penegasan dari debitur, baik dalam hal terdapat kesesuaian maupun ketidaksesuaian antara saldo utang debitur menurut catatan akuntansinya dengan saldo utangnya yang tercantum di dalam surat konfrmasi tersebut. Metode ini umumnya digunakan jika auditor menghadapi situasi: (1) saldo piutang klien epada debitur secara individual berjumlah besar, (2) auditor mempunyai dugaan bahwa terdapat banyak akun piutang usaha yang disengketakan antara klien dengan debiturnya atau terdapat etidaktelitian atau kecurangan  saldo akun piutang usaha.

b) Metode konfirmasi negatif adalah metode konfirmasi yang auditor meminta jawaban penegasan dari debitur hanya jika terdapat etidaksesuaian antara saldo utang debitur menurut catatan akuntansinya dengan saldo utangnya yang tercantum di dalam surat konfirmasi tersebut. Biasanya metode ini berupa cap yang dibubuhkan pada surat pernyataan piutang yang dikirimkan kepada debitur klien. Metode ini umumnya digunakan oleh auditor jika: (1) pengendalian intern terhadap piutang usaha dinilai baik oleh auditor, (2) akun piutang klien berjumlah banyak dengan saldo piutang usaha yang secara individual kecil, (3) auditor memperkirakan bahwa debitur yang menerima konfirmasi tidak akan menaruh perhatian terhadap surat konfirmasi yang diterimanya.

2. Kirimkan surat konfirmasi kepada debitur.

3. Periksa dokumen yang mendukungtimbulnya piutang usaha.

4. Periksa dokumen yang mendukung pencatatan penerimaan kas dari debitur yang terjadi setelah tanggal neraca.

5. Periksa doumen pendukung timbulnya piutang usaha.

6. Periksa jawaban konfirmasi bank.

7. Mintalah surat representasi piutang dari klien.

b. Lakukan evaluasi terhadap kecukuoan cadangan kerugian piutang yang dibuat oleh klien

1. Hitung kembali cadangan kerugian piutang usaha yang dibuat oleh klien.

2. Periksa penentuan umur piutang usaha yang dibuat oleh klien.

3. Bandingkan cadangan kerugian piutang usaha yang tercantum di neraca tahun yang diaudit dengan cadangan tersebut yang tercantum di neraca tahun sebelumnya.

4. Periksa catatan kredit untuk debitur yang utangnya telah kadaluwarsa.

5. Verifikasi Penyajian dan Pengungkapan Akun dalam Laporan Keuangan

a. Bandingkan penyajian piutang usaha dengan penyajian menurut prinsip akuntansi berterima umum

Prosedur audit terhadap penyajian dan pengungkapan piutang usaha adalah (1) memeriksa klasifikasi piutang ke dalam kelompok aktiva lancar dan ativa tidak lancar, (2) memeriksa klasifikasi piutang ke dalam kelompok piutang usaha dan piutang nonusaha, (3) menentukan kecukupan pengungkapan dan akuntansi untuk transaksi antarpihak yang memiliki hubungan istimewa, piutang yang digadaika, piutang yang telah dianjakkan (factored account receivable) ke perusahaan anjak piutang.

sumber: Mulyadi.2014.Auditing Edisi Enam, Buku Dua.Jakarta:Salemba Empat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun