Rambu Solo adalah upacara kematian yang dilakukan orang Toraja sebagai bentuk penghormatan terakhir untuk anggota keluarga yang sudah meninggal. Bukan hanya sekedar upacara pemakaman Ramhu Solo dimaknai sebagai penyempurnaan kematian bagi orang Toraja. Proses ini dilakukan tidak hanya untuk penghormatan terakhir dan doa bagi orang yang meninggal namun juga bentuk kasih sayang orang-orang yang ditinggalkan kepada mendiang.
Berikut proses yang dilakukan dalam tradisi Rambu Solo yaitu pertama Mantrarima Tamu yaitu penerimaan tamu pada acara Rambu Solo, dan seluruh keluarga, kerabat, dan tamu yang datang berkumpul untuk makan bersama. Yang kedua yaitu Matinggoro Tedong yaitu penyembelihan kerbau pada acara Rambu Solo, hal ini dimaksudkan sebagai bentuk pengantar arwah menuju alam roh.Â
Selanjutnya yaitu berfoto bersama yang mana seluruh keluarga berkumpul di bawah rumah tongkonan untuk mengabadikan momen terakhir bersama almarhum. Setelah foto bersama, peti yang berada diatas rumah tongkonan diturunkan untuk diarak ke pemakaman.
Keranda untuk membawa jenazah ini dinamakan srigan, srigan yaitu keranda berbentuk atap tongkonan rumah adat Toraja yang dijadikan keranda untuk membawa peti khas Toraja. Mang Bulle Patti yaitu proses mengangkat peti jenazah menuju rumah pemakaman serta sambil menggoyangkan kerandanya dan ditengah jalan para pengangkat keranda akan disiramkan air. Patane yaitu rumah peristirahatan terakhir bagi orang Toraja yang berbentuk rumah adat Toraja
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H