Sulawesi, dan Papua (Jayapura), dan seperti yang kita tahu bahwa di Indonesia sendiri mempunyai beragam suku dan budaya, serta tradisi yang sangat unik. Jadi kali ini penulis akan membahas tentang beberapa tradisi yang ada di salah satu pulau besar yang ada di Indonesia yaitu Sulawesi, tepatnya di Sulawesi Selatan.
Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak pulau dan diapit oleh 2 Samudera dan 2 Benua, yaitu Samudera Hindia dan Samudera Pasifik, Benua Asia dan Benua Australia, oleh karena itu Indonesia di juluki dengan negara Maritim. Maritim sendiri dapat di definisikan sebagai negara yang dikelilingi laut atau perairan yang luas, dan negara yang dijuluki dengan negara maritim adalah negara yang memiliki laut yang lebih luas daripada daratannya. Indonesia memiliki pulau-pulau besar seperti Sumatera, Jawa, Kalimantan,Sulawesi sendiri terbagi menjadi 6 (enam) bagian yaitu Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Gorontalo, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Tenggara. Dibeberapa tempat di Sulawesi memiliki tradisi unik yang wajib kalian tahu apabila ingin ke Sulawesi, berikut penulis akan membahas beberapa tradisi yang ada di Sulawesi Selatan.
Tradisi Mahalnya Uang Panaik (Mahar) Perempuan Bugis
Di Sulawesi memiliki banyak suku dan masing-masing suku memiliki adat, tradisi, dan budaya yang berbeda-beda seperti salah satunya tradisi mahalnya uang panaik atau uang mahar di suku Bugis Sulawesi Selatan. Uang panaik atau mahar sering menjadi momok yang menakutkan dan bahkan dapat menjadi penghalang dua insan yang saling mencinta untuk melanjutkan hubungan mereka ke jenjang pernikahan.Â
Di Indonesia sudah tidak asing lagi dengan mahalnya uang panaik atau uang mahar  perempuan suku Bugis,  namun tahukah anda beberapa hal yang menyebabkan uang panaik atau uang mahar perempuan bugis menjadi mahal, yaitu pertama karena kecantikan sang gadis, kecantikan merupakan salah satu penyebab mahalnya uang panaik atau mahar perempuan bugis. Karena semakin cantik seorang perempuan maka akan semakin banyak laki-laki yang ingin mempersuntingnya.  Dan tentu saja hal tersebut dapat menjadi alasan bagi orang tua si perempuan untuk memasang uang panai yang mahal seperti dalam hukum ilmu ekonomi, semakin banyak permintaan maka harga barang menjadi semakin mahal.
Yang kedua alasan mengapa mahalnya uang panaik perempuan bugis yaitu garis keturunan, seorang gadis bugis yang memiliki garis keturunan bangsawan atau memiliki gelar andi di depan namanya, maharnya akan lebih mahal dibandingkan perempuan bugis biasa. Yang ketiga alasan mengapa mahalnya uang panaik perempuan bugis yaitu tingginya tingkat pendidikan seorang perempuan jika perempuan itu sudah memiliki gelar maka uang panaik nya akan lebih mahal daripada perempuan yang belum atau tidak mempunyai gelar.Â
Dan yang terakhir yang menyebabkan mahalnya uang panaik perempuan bugis yaitu tingginya jabatan orang tua perempuan, jika semakin tinggi jabatan orang tua perempuan maka akan semakin mahal uang panaiknya, hal itu disebabkan karena orang tua yang gengsi jika anaknya dinikahi dengan uang panaik yang murah maka orang tua perempuan akan meminta uang panaik yang mahal kepada laki-laki yang ingin mempersunting anak perempuannya. Namun di zaman sekarang perempuan bugis biasanya berdiskusi terlebih dahulu kepada orangtuanya apabila ingin dinikahi oleh laki-laki yang dicintainya agar uang panaiknya tidak di mahalkan.
Tradisi Mappalette Bola Suku Bugis
Masih di suku bugis, dengan banyaknya tradisi yang mereka punya dan salah satunya yaitu tradisi Mappalette Bola yaitu tradisi dimana satu rumah akan diangkat oleh orang satu kampung untuk memindahkan ke tempat yang ingin ditempati. Tradisi ini biasanya dilakukan di hari Jum'at karena masayarakat disana percaya bahwa hari Jumat merupakan hari keramat dan pada hari Jumat juga masyarakat akan berkumpul untuk mengadakan shalat Jumat, dan setelah shalat Jumat maka masyarakat sana akan mulai mengangkat rumah tersebut, dan yang mengangkat rumah tersebut yaitu laki-laki remaja, dewasa, sampai lansia ikut untuk melaksanakan tradisi Mappalette Bola tersebut.
Tradisi Rambu Solo Suku Toraja
Salah satu suku yang ada di Sulawesi Selatan yaitu suku Toraja yang mana suku ini juga sangat berpengaruh di Sulawesi khususnya di Sulawesi Selatan. Suku Toraja ini juga memiliki beberapa tradisi, adat, dan budaya, namun disini penulis akan membahas salah satu tradisi yang ada di suku Toraja yaitu Rambu Solo.Â
Rambu Solo adalah upacara kematian yang dilakukan orang Toraja sebagai bentuk penghormatan terakhir untuk anggota keluarga yang sudah meninggal. Bukan hanya sekedar upacara pemakaman Ramhu Solo dimaknai sebagai penyempurnaan kematian bagi orang Toraja. Proses ini dilakukan tidak hanya untuk penghormatan terakhir dan doa bagi orang yang meninggal namun juga bentuk kasih sayang orang-orang yang ditinggalkan kepada mendiang.
Berikut proses yang dilakukan dalam tradisi Rambu Solo yaitu pertama Mantrarima Tamu yaitu penerimaan tamu pada acara Rambu Solo, dan seluruh keluarga, kerabat, dan tamu yang datang berkumpul untuk makan bersama. Yang kedua yaitu Matinggoro Tedong yaitu penyembelihan kerbau pada acara Rambu Solo, hal ini dimaksudkan sebagai bentuk pengantar arwah menuju alam roh.Â
Selanjutnya yaitu berfoto bersama yang mana seluruh keluarga berkumpul di bawah rumah tongkonan untuk mengabadikan momen terakhir bersama almarhum. Setelah foto bersama, peti yang berada diatas rumah tongkonan diturunkan untuk diarak ke pemakaman.
Keranda untuk membawa jenazah ini dinamakan srigan, srigan yaitu keranda berbentuk atap tongkonan rumah adat Toraja yang dijadikan keranda untuk membawa peti khas Toraja. Mang Bulle Patti yaitu proses mengangkat peti jenazah menuju rumah pemakaman serta sambil menggoyangkan kerandanya dan ditengah jalan para pengangkat keranda akan disiramkan air. Patane yaitu rumah peristirahatan terakhir bagi orang Toraja yang berbentuk rumah adat Toraja
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H