Orang-orang yang melontarkan kritik bagi kita pada hakikatnya adalah pengawal jiwa kita, yang bekerja tanpa bayaran (Corrie ten Boom)Â
Media sosial ramai dengan berbagai opini, kritik, bahkan nyinyiran kepada Menteri Sosial yang baru Ibu Tri Rismaharini setelah aktif berkeliling Jakarta alias blusukan setelah dilantik menjadi menteri.Â
Orang berkomentar tentu dipengaruhi oleh persepsi yang dia bentuk didalam kepalanya, sehingga muncullah komentar atau statement sesuai persepsi tersebut.
Ketua DPP PDI Perjuangan Djarot Saiful Hidayat mengatakan, kegiatan Risma tersebut tidak terkait sama sekali dengan Pilkada DKI Jakarta mendatang. Â
Menurut Djarot, kegiatan blusukan Tri Rismaharini sejak menjabat sebagai Menteri Sosial merupakan bagian dari tugas untuk membantu masyarakat penyandang masalah sosial.
Blusukan Risma juga diharapkan bisa menjadi motivasi bagi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan daerah lainnya dalam menangani masalah sosial di masyarakat. Kompas.com
Bagi saya sesungguhnya cukup mudah untuk memahami apa yang dilakukan oleh Bu Risma tersebut, dudukkan diri kita sebagai masyarakat yang berada dalam lingkaran problematika sosial di Jakarta.Â
Kemudian bertanyalah kepada diri sendiri apa yang kita inginkan dari pemimpin kita untuk menyelesaikan masalah yang kita alami dalam masyarakat?Â
Maka jawaban yang saya temukan adalah sederhana. Pertama sapalah saya yang sedang memiliki masalah ini, dan yang kedua adalah bantu saya keluar dari permasalahan ini.
Menyapa adalah tindakan, sebuah kata kerja, bukan kata sifat, demikian pula dengan kata membantu. Maka tindakan menyapa dan membantu membutuhkan realisasi yang konkrit, bukan ada didalam hati tetapi dalam perbuatan.Â
Menyapa adalah bentuk lain dari cara memanusiakan orang lain, dalam konteks skup tanggungjawab Kemensos maka orang lain ini adalah setiap warga negara yang berada dalam kondisi kurang manusiawi.Â
Bagaimana Kemensos bisa memanusiakan warga negara yang membutuhkan, bagaimana bisa mengetahui seberapa banyak warga negara yang harus dibantu agar mentalitasnya bertumbuh dan bisa keluar dari masalah-masalah sosial, apa yang harus dilakukan untuk menetapkan sasaran yang tepat dan terukur?Â
Itulah berbagai pertanyaan semacam self assesment yang muncul pada diri pemimpin baru di Kementerian yang selama ini di cap sebagai sarangnya penyamun.Â
Untuk membuktikan bahwa lembaga ini bisa memerankan dirinya dengan benar tentu diawali dengan membuat serangkaian evaluasi yang akan menjadi bahan utama perumusan program kerja "breakthrough" dari Sang Menteri.Â
Blusukan menjadi salah satu cara untuk mendapatkan fakta konkrit dilapangan, bukan hanya di DKI, Bu Risma bisa saja sewaktu-waktu berkeliling ke kota-kota besar lain untuk memotret kondisi berbagai provinsi sebagai data sampling.
Lebih jauh saya menilai bahwa apa yang dilakukan Bu Risma adalah gaya kepemimpinan beliau ketika bekerja memimpin institusi. Gaya kepemimpinan ini akan nampak sebagai gaya bekerja pula.Â
Sehingga tidak perlu heran apabila Bu Risma akan sering turun ke lapangan diikuti anak buahnya, mendapatkan feedback dari semua stake holder yang terlibat, lalu ke belakang meja untuk merumuskan solusi bersama timnya, balik lagi ke lapangan melakukan eksekusi, menggelar diskusi bersama untuk mengevaluasi, lalu balik lagi ke belakang meja membuat langkah-langkah lanjutan. Sedikit banyak apa yang ditunjukkan Bu Risma ini adalah cerminan seorang Transformational Leader.
Leader bermakna pemimpin, sedangkan transformational atau transformasional berasal dari kata transformasi yang berarti perubahan rupa (bentuk, sifat, fungsi, dan sebagainya), ketika ditambahkan akhiran -nal maka maknanya menjadi bersifat melakukan perubahan-perubahan.Â
Lebih jelasnya Kepemimpinan transformasional adalah teori kepemimpinan di mana seorang pemimpin bekerja dengan tim untuk mengidentifikasi perubahan yang diperlukan, menciptakan visi untuk memandu perubahan melalui inspirasi, dan melaksanakan perubahan bersama-sama dengan anggota kelompok yang berkomitmen; Â ini merupakan bagian integral dari Full Range Transformational Leadership.
Kepemimpinan transformasional adalah ketika perilaku pemimpin memengaruhi pengikut dan menginspirasi mereka untuk melakukan di luar kemampuan yang mereka rasakan.Â
Kepemimpinan transformasional menginspirasi orang untuk mencapai hasil yang tidak terduga atau luar biasa. Ini memberi pekerja otonomi atas pekerjaan tertentu, serta wewenang untuk membuat keputusan setelah mereka dilatih. Hal ini menyebabkan perubahan positif dalam sikap pengikut dan organisasi secara keseluruhan.
Dari jejak pengalaman Bu Risma sebagai Walikota Surabaya, yang bisa dengan mudah dilacak di media sosial, jelas sekali bahwa Bu Risma memiliki visi yang jelas untuk terjadinya sebuah perubahan yang diinginkan dengan menggerakkan berbagai sumberdaya yang dimiliki yaitu sumber daya manusia yang adalah semua pegawai atau staf yang bekerja dibawahnya, masyarakat sebagai obyek yang akan dirubah menjadi subyek pelaku perubahan tersebut, sarana dan prasarana pendukung, serta pengalokasian anggaran sebagai darah yang mengalir menggerakkan setiap aktivitas.Â
Dampak dari kepemimpinan seperti ini sangat memberikan inspirasi bagi anak buah berupa konsep pembaharuan cara kerja, sharing visi kedepan yang harus diperjuangkan bersama, kesempatan keterlibatan semua pihak untuk berkontribusi, tahan banting terhadap kritikan dan sanjungan, serta yakin pada nilai-nilai kebaikan sebagai kekuatan yang mendasari sebuah pengabdian dan pelayanan kepada orang lain dan masyarakat luas.
Sedikit mengulik tentang ciri-ciri kepemimpinan transformasional  meliputi :
- Inspirational Motivation atau motivasi inspirasional, yaitu pemimpin  memiliki visi yang jelas dan mampu mengartikulasikan visi mereka kepada anggota tim sehingga bisa menginspirasi.
- Intellectual stimulation atau stimulasi intelektual, yaitu pemimpin tidak hanya menantang status quo yang terjadi; mereka juga mendorong kreativitas di kalangan anggota tim. Mendorong anggota timnya untuk mengeksplorasi cara-cara baru dalam melakukan sesuatu dan kesempatan baru untuk belajar.Â
- Individualized Consideration atau pertimbangan pribadi, yaitu pemimpin melibatkan, menawarkan dukungan dan dorongan kepada masing-masing individu dalam tim agar terus berkembang. Ia juga menjaga  komunikasi tetap terbuka sehingga setiap orang merasa bebas untuk berbagi ide dan memberikan pengakuan atas  kontribusi unik dari setiap orang.
- Idealized Influence atau pengaruh ideal, yaitu pemimpin berfungsi sebagai panutan bagi pengikutnya. Mereka tidak hanya memimpin tapi mereka juga memberikan contoh nyata.
Lepas dari teori kepemimpinan transformasional, sesungguhnya masyarakat membutuhkan contoh nyata kiprah pemimpin yang bisa membumi dalam kehidupan masyarakat dan segala problematikanya.Â
Membumi secara ikhlas, jujur, dan mampu menumbuhkan harapan baru bagi masyarakat yang sekian lama berada dalam kebimbangan melihat fenomena politik dan para tokohnya yang tidak banyak memberikan perubahan signifikan dalam kehidupan mereka.Â
Tri Rismaharini dengan aksen kental dan karakteristik ke-Jawa Timur-annya menampilkan sosok yang lugas, apa adanya, tegas, tidak takut-takut dan berfokus pada penyelesaian masalah.Â
Maka sudahlah tidak usah banyak berpolemik dan adu nyinyir terhadap apa yang sedang dikerjakan Bu Risma, lebih baik beri kesempatan beliau bekerja dan beri masukan konstruktif  agar program-program kerjanya menjadi tepat sasaran seperti yang dinyatakan pak Djarot bahwa blusukan Risma juga diharapkan bisa menjadi motivasi bagi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan daerah lainnya dalam menangani masalah sosial di masyarakat.
Salam.
Lanjar Wahyudi, 07012021.
Referensi: Transformational Leadership by Bernard M. Bass
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H