Tapi tenang, aku sudah mempersiapkan antisipasi untuk menghadapi gempuran panas sinar matahari ini.
Kubuka tasku lalu ku keluarkan jaket. Bukan ingin mengamankan warna kulitku yang kata orang ekssotik, Aku berpikir panas matahari yang mengenai kulit pasti akan membuatku kepanasan dan berujung haus.
Kalau sampai haus gimana coba? Mana maghrib masih jauh.Â
Nah,  jaket yang kupakai ini akan  melindungiku tanganku dari panas sinar matahari.
Setelah jaket kupakai, aku mengeluarkan lagi topi merah putih khas dari dalam tas.
Aku takut panas matahari juga akan membuat kepalaku pusing oleh teriknya. Ku pasangkan topi ini di kepalaku.Â
Dengan topi ini kepalaku aman dari sorotan sinar matahari.
Sudah cukup antisipasiku? Belum dong masih ada satu lagi andalanku untuk menghalau sinar matahari.
Kuambil payung  dari dalam tas yang sudah kupersiapkan tadi pagi dari rumah.
Hari pertama sekolah saat puasa aku harus mengamankan diri dari sinar matahari yang menurutku akan mengancam keberlangsungan puasa karena rawan menyebabkanku kehausan.
Cukuplah lemah letih lemasnya karena jalan kaki , tapi aku tak mau panas ikut-ikutan mengganggu.Â