Karena tempat bekerja saya belum memberi jadwal bekerja di rumah secara total, maka mau tak mau saya hanya pasrah. Untungnya tak setiap hari bekerja, hanya 1 atau 2 kali dalam seminggu.
Tak bisa dipungkiri, perasaan saya tak menentu saat akan pergi bekerja. Satu hal yang membuat khawatir, saya takut terkena virus sepanjang perjalanan, lalu menyebarkan ke penghuni rumah.
Untuk mengurangi kemungkinan bersentuhan dengan orang, saya memilih menggunakan jasa ojek kendaraan bermotor agar dijemput di rumah dan diantar sampai tempat bekerja. Tak perlu turun naik kendaraan seperti hari yang lain. Saya harus meminimalisasi bertemu orang.
Lumayan harga ojeknya setengah dari honor saya mengajar hari ini. Namun tak mengapa, berbagi rezeki dengan mamang gojek yang masih kakak saya sendiri. Karena sekolahan libur, maka lapak dagang mainannya terpaksa tutup (jadi curhat).
Selain memakai masker, sayapun menggunakan jaket agar lebih tertutup lagi dari terpaan udara di jalan nanti.
Setelah membuka jaket, tak lupa cuci tangan sebelum mulai bekerja.
Hari ini, saya kembali akan mengajarkan Kimia lewat daring selama 90 menit ke depan. Dengan aplikasi yang ditentukan saya bisa mengajar seolah-olah berada bersama mereka.
Situasinya hanya mengubah teknis saja. Biasanya berdiri di papan tulis, kini hanya berhapadan dengan layar ponsel dan alat tulis.
Berdiri sendiri di ruangan dengan AC yang tetap dinyalakan, tak sadar membuat kaki dan tangan saya kedinginan. Akhirnya 90 menit terlewati, dilebihkan malah waktunya, karena persiapan menjelang pengajaran online tadi sedikit menyita waktu.
Perjalanan Bandung kembali ke Rancaekek yang biasanya menghabiskan waktu 1 sampai 1,5 jam sekarang paling lama 30-45 menit karena tanpa macet sama sekali.
Meskipun begitu jalanan tidak bisa dikatakan lengang seutuhnya karena masih ada kendaraan, tak terlalu kosong. Orang-orang yang berjalan pun masih banyak. Ngerinya, mereka beraktivitas tanpa masker seolah memiliki badan sekuat baja yang tak tertembus virus apapun juga.
Sampai rumah, semua pakaian dan atribut bahkan tas semua berakhir di wadah cucian.Â
Jika biasanya saya malas banget cuci muka, maka kali ini cuci muka tak pernah terlewat. Betul jika sesuatu dilakukan lebih dari dua kali maka  kegiatan itu akan berubah jadi kebiasaan.
Ya, karena covid 19 saya jadi terbiasa mencuci tangan. Sebuah kebiasaan yang sering terlewatkan dengan alasan malas.
Selesai sudah mengganti baju dan mandi, saya siap bergabung dengan suami dan anak-anak.
Hati nurani saya mengharapkan saya bisa mengajar dari rumah. Semoga kebijakan untuk total mengajar di rumah segera diterapkan di tempat saya mengais rezeki ini.
**
Di balik daster yang baru saja ditemukan setelah sekian lama menghilang karena tersembunyi di dalam lemari, doa terpanjatkan semoga wabah ini segera terhenti.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H