Mohon tunggu...
Irma Tri Handayani
Irma Tri Handayani Mohon Tunggu... Guru - Ibunya Lalaki Langit,Miyuni Kembang, dan Satria Wicaksana

Ibunya Lalaki Langit ,Miyuni Kembang,dan Satria Wicaksana serta Seorang Penulis berdaster

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Dalam Situasi Ini, Pergi Bekerja Keluar Rumah Serasa ke Medan Perang

28 Maret 2020   14:14 Diperbarui: 28 Maret 2020   20:01 3283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Karena tempat bekerja saya belum memberi jadwal bekerja di rumah secara total, maka mau tak mau saya hanya pasrah. Untungnya tak setiap hari bekerja, hanya 1 atau 2 kali dalam seminggu.

Tak bisa dipungkiri, perasaan saya tak menentu saat akan pergi bekerja. Satu hal yang membuat khawatir, saya takut terkena virus sepanjang perjalanan, lalu menyebarkan ke penghuni rumah.

Untuk mengurangi kemungkinan bersentuhan dengan orang, saya memilih menggunakan jasa ojek kendaraan bermotor agar dijemput di rumah dan diantar sampai tempat bekerja. Tak perlu turun naik kendaraan seperti hari yang lain. Saya harus meminimalisasi bertemu orang.

Lumayan harga ojeknya setengah dari honor saya mengajar hari ini. Namun tak mengapa, berbagi rezeki dengan mamang gojek yang masih kakak saya sendiri. Karena sekolahan libur, maka lapak dagang mainannya terpaksa tutup (jadi curhat).

Selain memakai masker, sayapun menggunakan jaket agar lebih tertutup lagi dari terpaan udara di jalan nanti.

Dokpri
Dokpri
Tempat bekerja saya tak memiliki karyawan banyak, hanya sekitar 10 orang termasuk saya yang hari itu ngantor. Dengan jumlah sedikit tentu mempermudah kami untuk menjaga jarak.

Setelah membuka jaket, tak lupa cuci tangan sebelum mulai bekerja.

Hari ini, saya kembali akan mengajarkan Kimia lewat daring selama 90 menit ke depan. Dengan aplikasi yang ditentukan saya bisa mengajar seolah-olah berada bersama mereka.

Situasinya hanya mengubah teknis saja. Biasanya berdiri di papan tulis, kini hanya berhapadan dengan layar ponsel dan alat tulis.

Dokpri
Dokpri
Dengan aplikasi yang digunakan saya bisa berkomunikasi dua arah bersama mereka, memastikan bagian mana yang harus diulang, menuntun mereka mengerjakan soal, kemudian tetap memberi soal untuk mereka kerjakan.

Berdiri sendiri di ruangan dengan AC yang tetap dinyalakan, tak sadar membuat kaki dan tangan saya kedinginan. Akhirnya 90 menit terlewati, dilebihkan malah waktunya, karena persiapan menjelang pengajaran online tadi sedikit menyita waktu.

Dokpri
Dokpri
Selepas mengajar saya langsung pamit pulang, padahal biasanya bercengkerama dulu dengan teman kerja. Ah, kangen masa itu.

Perjalanan Bandung kembali ke Rancaekek yang biasanya menghabiskan waktu 1 sampai 1,5 jam sekarang paling lama 30-45 menit karena tanpa macet sama sekali.

Meskipun begitu jalanan tidak bisa dikatakan lengang seutuhnya karena masih ada kendaraan, tak terlalu kosong. Orang-orang yang berjalan pun masih banyak. Ngerinya, mereka beraktivitas tanpa masker seolah memiliki badan sekuat baja yang tak tertembus virus apapun juga.

Sampai rumah, semua pakaian dan atribut bahkan tas semua berakhir di wadah cucian. 

Baju pakai langsung cuci.dokpri
Baju pakai langsung cuci.dokpri
Meskipun anak-anak berebut minta peluk dan cium, tapi saya melarang mereka mendekat. Saya memilih mandi terlebih dahulu.

Jika biasanya saya malas banget cuci muka, maka kali ini cuci muka tak pernah terlewat. Betul jika sesuatu dilakukan lebih dari dua kali maka  kegiatan itu akan berubah jadi kebiasaan.

Ya, karena covid 19 saya jadi terbiasa mencuci tangan. Sebuah kebiasaan yang sering terlewatkan dengan alasan malas.

Selesai sudah mengganti baju dan mandi, saya siap bergabung dengan suami dan anak-anak.

Hati nurani saya mengharapkan saya bisa mengajar dari rumah. Semoga kebijakan untuk total mengajar di rumah segera diterapkan di tempat saya mengais rezeki ini.

**

Di balik daster yang baru saja ditemukan setelah sekian lama menghilang karena tersembunyi di dalam lemari, doa terpanjatkan semoga wabah ini segera terhenti. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun