Mohon tunggu...
Irma Tri Handayani
Irma Tri Handayani Mohon Tunggu... Guru - Ibunya Lalaki Langit,Miyuni Kembang, dan Satria Wicaksana

Ibunya Lalaki Langit ,Miyuni Kembang,dan Satria Wicaksana serta Seorang Penulis berdaster

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Jeratan Bank Keliling Menghantui Ibu-ibu Rumah Tangga

9 November 2018   14:24 Diperbarui: 9 November 2018   17:18 1684
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selama ini umumnya kita akan mencari pinjaman pada teman atau saudara saat mengalami masalah keuangan. Mereka dianggap mudah memberikan pinjaman atas dasar kekerabatan, kedekatan, atau kasihan.

Namun saya menemukan fenomena baru di tempat saya tinggal. Di sini, orang-orang lebih memilih bank keliling jika sedang mengalami masalah keuangan.

Tahu kan bank keliling? Itu loh beberapa orang yang katanya dari koperasi simpan-pinjam yang siap sedia memberikan peminjaman. Jika dulu menyasar pemilik usaha seperti warung kini mereka sudah membidik mangsa baru.

Syaratnya mudah gak pake ribet, asal tahu di mana rumahnya, bank keliling pun menggelontorkan uang pinjaman.

Dengan alasan malu jika meminjam ke tetangga atau saudara, mereka memilih bank keliling ini. Masalah keuangan rumah tangga akan cepat teratasi karena tidak ada pemeriksaan berkas serta syarat anggunan.

Kemudahan yang ditawarkan membuat banyak ibu-ibu rumah tangga kepepet memilihnya. Selain gampang acc, pengembaliannya pun dicicil perhari. Misal nih yah, kalau kita pinjam 400.000 maka pengembaliannya dicicil 20 ribu perhari. Nah ringan kan tuh.

Namun 20.000 perhari itu dibayar selama 30 hari. Artinya total yang harus mereka bayar yang semula 400.000 menggendut menjadi 600.000.

Bukan cuma itu, sebelum diterima uang tersebut dipotong pula untuk admin dan katanya uang tabungan, sehingga sebetulnya tidak 400.000 yang penuh kita terima.

Banyak Ibu-ibu sebelah rumah yang tergoda dengan tawaran itu. Biasanya ada satu Ibu yang menjadi biangnya. Sukses sering meminjam, ibu tersebut jadi testimoni dan mempengaruhi Ibu rumah tangga yang lain.

Saya sampai pernah melihat 2 atau 3 orang ibu-ibu berkumpul di rumah seorang ibu yang saya perkirakan akan menjadi mediator pertemuan dengan bank keliling.

Karena cara pembayaran yang dianggap ringan dalam perhari sehingga bisa dianggap uang jajan, maka ada beberapa ibu rumah tangga yang memilih tak bilang pada suaminya. Pikir mereka, ah, urusan keuangan kan di tangan mereka, bisa lah diatur.

Masalahnya adalah banyak pada akhirnya ketagihan meminjam pada bank keliling ini. Bukan cuma satu bank keliling yang menawarkan, banyak malah.

Salah seorang tetangga saya terkena batunya. Tak sadar meminjam terlalu banyak pada bank keliling, keutuhan rumah tangganya nyaris terkoyak.
Kecanduan meminjam membuatnya kebablasan meminjam hingga jutaan. Akhirnya dia memilih gali lubang tutup lubang alias meminjam untuk menutupi pinjaman sebelumnya.

Itu kalau sudah tak bisa bayar, bisa seharian dia mengurung diri di rumah, seolah-olah sedang bepergian. Bisa lebih dari 1 motor penagih yang nongkrong di depan rumahnya. Setelah ketahuan suami, suami pun marah dan memilih bercerai karena tak kuat dengan jumlah tagihan. Ibu tersebut pun akhirnya pergi dari rumah karena merasa bersalah.

Untungnya ibu muda itu hamil muda saat pergi. Dengan alasan kemanusiaan suaminya pun memaafkan. Dan setelah berjanji tak akan mengulangi, perceraian pun bisa dihindari. Semoga permasalahan takkan terulang lagi dan mereka bahagia kembali.

Tetangga yang lain malah lebih lucu lagi, dia kalau membayar pinjaman disimpan di pot bunga depan rumah biar tak ketahuan suaminya. Penagih sudah tahu tempat pembayaran itu.

Kejahatan bukan semata karena niat, tapi juga jika ada kesempatan. Nah para perayu pinjaman keliling ini memang gencar melakukan tawaran ke ibu-ibu rumah tangga. Mending kalau yang memang punya usaha seperti warung kecil-kecilan. Namun yang benar-benar mengandalkan gaji suami yang pas-pasan, peminjaman pada bank keliling akan menjadi cekikan buat mereka mengingat bunganya yang super besar.

Eh, ada juga cerita warung kecil-kecilan yang bangkrut karena tergoda meminjam uang di bank keliling. Setiap keuntungan warung hanya dipersembahkan untuk mereka saking besarnya hutang plus bunga.

Jahatnya penggoda pinjaman, terkadang hutang belum lunas, sudah disodori untuk diperbaharui lagi. Akhirnya pinjaman mereka tak pernah terselesaikan.

Andai setiap Rukun Tetangga memiliki lembaga keuangan seperti koperasi untuk mengatasi keuangan para warganya, tentu bank keliling ini tak akan laku.

Para ibupun harus bijak dalam mengatur keuangan jangan sampai karena tergoda hal-hal yang tak dibutuhkan, uang habis dan kebutuhan yang krusial dalam rumah tangga malah tak bisa dipenuhi hingga memutuskan untuk mencari pinjaman.

Jangan pernah biarkan para penggoda pinjaman ini masuk ke wilayah anda, karena mereka semata mencari keuntungan bukan ingin menolong.

Kitapun harus lebih perduli pada tetangga sekitar. Jika memang terlihat kesulitan apa salahnya menawarkan diri dari pada mereka terjebak hutang yang never ending story. Lebih baik kita sebagai tetangga yang memberi. Insya Allah menjadi berkah jika kita ridho.

Apakah saya sebagai penulis korban rayuan manis bank keliling juga? Hahaha.. Enggak dong saya alhamdulillah aman dari godaan mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun