Selama ini umumnya kita akan mencari pinjaman pada teman atau saudara saat mengalami masalah keuangan. Mereka dianggap mudah memberikan pinjaman atas dasar kekerabatan, kedekatan, atau kasihan.
Namun saya menemukan fenomena baru di tempat saya tinggal. Di sini, orang-orang lebih memilih bank keliling jika sedang mengalami masalah keuangan.
Tahu kan bank keliling? Itu loh beberapa orang yang katanya dari koperasi simpan-pinjam yang siap sedia memberikan peminjaman. Jika dulu menyasar pemilik usaha seperti warung kini mereka sudah membidik mangsa baru.
Syaratnya mudah gak pake ribet, asal tahu di mana rumahnya, bank keliling pun menggelontorkan uang pinjaman.
Dengan alasan malu jika meminjam ke tetangga atau saudara, mereka memilih bank keliling ini. Masalah keuangan rumah tangga akan cepat teratasi karena tidak ada pemeriksaan berkas serta syarat anggunan.
Kemudahan yang ditawarkan membuat banyak ibu-ibu rumah tangga kepepet memilihnya. Selain gampang acc, pengembaliannya pun dicicil perhari. Misal nih yah, kalau kita pinjam 400.000 maka pengembaliannya dicicil 20 ribu perhari. Nah ringan kan tuh.
Namun 20.000 perhari itu dibayar selama 30 hari. Artinya total yang harus mereka bayar yang semula 400.000 menggendut menjadi 600.000.
Bukan cuma itu, sebelum diterima uang tersebut dipotong pula untuk admin dan katanya uang tabungan, sehingga sebetulnya tidak 400.000 yang penuh kita terima.
Banyak Ibu-ibu sebelah rumah yang tergoda dengan tawaran itu. Biasanya ada satu Ibu yang menjadi biangnya. Sukses sering meminjam, ibu tersebut jadi testimoni dan mempengaruhi Ibu rumah tangga yang lain.
Saya sampai pernah melihat 2 atau 3 orang ibu-ibu berkumpul di rumah seorang ibu yang saya perkirakan akan menjadi mediator pertemuan dengan bank keliling.
Karena cara pembayaran yang dianggap ringan dalam perhari sehingga bisa dianggap uang jajan, maka ada beberapa ibu rumah tangga yang memilih tak bilang pada suaminya. Pikir mereka, ah, urusan keuangan kan di tangan mereka, bisa lah diatur.