Mohon tunggu...
Irma Tri Handayani
Irma Tri Handayani Mohon Tunggu... Guru - Ibunya Lalaki Langit,Miyuni Kembang, dan Satria Wicaksana

Ibunya Lalaki Langit ,Miyuni Kembang,dan Satria Wicaksana serta Seorang Penulis berdaster

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Dia Ayahmu

5 November 2018   17:29 Diperbarui: 5 November 2018   17:29 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Adikku, aku cemburu padamu.  Kamu cantik, berkulit putih, berbadan tinggi langsing berambut lurus. 

Aku sebaliknya. Tak ada yang memujiku cantik, kulitku legam terlaku sering terbakar matahari, badanku lebih pendek darimu. rambutku ikal .

Sejak gadis kau bisa merawat diri. Bukan cuma mandi yang rajin tapi juga mengunjungi salon untuk menyempurnakan penampilan.  Kau selalu harum ketika akan berpergian. 

Sementara saat gadis aku lebih nampak terlihat seperti lelaki.  Sudahlah jarang mandi, salonpun jadi tempat mewah untuk kukunjungi.  Baunya badan ini hanya tertutupi oleh aroma resona dibagian ketek saja. 

Jangan tanya soal baju.  Kamu pandai memadu padankannya.  Kamu hapal barang bermerk yang sedang ramai. . Kami koleksi tas dan sepatu dalam lemari. 

Mau tahu bagaimana aku? Bajuku tak jauh dari kaos oblong dan celana jeans. Kalau pergi paling kaos atasan yang diganti. Celana bisa berminggu-minggu tak dicuci. 

Kini kamu sudah berumah tangga, memiliki rumah dan kendaraan mewah.  Suamimu kerja diluar kota sehingga menghasilkan rupiah berjuta-juta untuk mengisi transferan untukmu. 

Jika kau tahu seperti apa aku bersama keluarga kecilku pasti kau tertawa. Tinggal masih numpang di mertua. Boro-boro punya mobil, motor yang adapun sudah langganan ke bengkel untuk perawatan. Jika mau berjalan-jalan maka hanya angkutan umum yang jadi pilihan.

Kamumenyelesaikan kuliah, aku juga. Untuk yang satu ini kita sama. Namun, biaya kuliahmu Ayahlah yang menyelesaikan. Sementara aku dibantu kakak-kakakku pontang-panting mencari untuk spp semesteran karena Ayah angkat tangan. 

Selepas kuliah kamu mencari kerja sana-sini diantar ayah. Ayah mencari teman dekat yang bisa dititipimu bekerja. 

Sedangkan aku,tak pernah aku minta bantuan Ayah.  Aku melamar kerja kesana -sini sendiri.  Pekerjaanpun kudapat dengan tanganku sendiri. 

Yang ayah lakukan padamu sekarang, tak jauh beda dengan yang ayah lakukan di masa kanak-kanak.

Mungkin kamu tak tahu, waktu itu, Ayah baru saja mengunjungiku. Entah memang sengaja atau kebetulan hanya ingin menengok Nenek yang sedari balita mengasuhku. 

Ayah lalu mengajakku jalan-jalan.  Senangnya aku saat itu. Setelah itu,  Ayah lalu memintaku untuk memilih satu boneka yang ditunjukknya. Akupun memilih satu yang kusuka. 

Senangnya aku. Setelah sekian lama  tak bertemu , Ayah berbaik hati membelikan boneka. Sayangnya boneka itu tak ditinggal dirumah. Melainkan dibawa pergi ayah. Sambil memberikan uang beberapa rupiah ayah bilang boneka ini untukmu adikku. Ternyata Ayah hanya butuh aku untuk memilihkan agar pilihannya tepat karena dipilih oleh anak yang nyaris seusia. 

Entah ayah tahu aku sedih saat itu.  Ayah lama tak datang lagi.  Kata Nenek ayah berpindah-pindah kerja ke luar kota sehingga sulit mengunjungi kami. 

Adikku pernahkah kau mencari tahu perasaanku? Aku adalah anak ke tiga, dan anak perempuan satu-satunya setelah dua kakakku laki-laki semua. 

Betapa ayah mengharapkan kehadiranku sebagai bayi perempuan saat lahir. Kata Ibuku ayah memang bahagia saat menyaksikan kelahiranku. 

Ayah selalu memandikanku, Ayah menina bobokanku Ayah mengajakku bermain. Aku adalah anak perempuan kesayangan ayah. 

Namun takdir merubahnya. Tiba-tiba Ibumu datang menggoda ayah. Ibumu yang masih muda,yang  baru saja melepas masa SMA memikat hati Ayah. 

Semenjak mengenal ibumu Ayah jarang pulang. Kalaupun pulang ayah sering lupa untuk menimangku.  Yang ada Ayah bertengkat dengan Ibu. 

Ayah berusaha menyembunyikan hubungannya dengan Ibumu. Namun pada akhirnya Ibuku berhasil memgendus keberadaan mereka. 

Dengan menggendong aku, Ibu menemui mereka. Histerisnya Ibu melihat mereka membuat aku kecil menangis karena ketakutan.  Puncaknya ibu pergi meninggalkan aku di depan mereka . Ibu merana karena saat Ibu meminta Ayah memilih dan Ayah memilih Ibumu, dengan kemudaannya dengan kecantikkanya. 

Ibuku wanita beranak 3 itu lalu menghilang membawa kepedihan tanpa sempat membawa aku dan ketiga kakakku. 

Ayah membangun keluarga kembali dengan ibumu. Kau lahir sebagai anak pertama dengan jenis kelamin sama seperti aku, perempuan. Akibatnya? Ayahpun melupakanku. 

Jika bukan karena Nenek yang mengasuhku adalah Ibunya, mungkin dia tak pernah mau menjengukku.

Kini kau datang padaku dik., Meminta tolong padaku untuk melepaskan Ayah kita dari Ibumu. 

Lapormu Ayah sering    main perempuan.  Ternyata keberadaan Ibumu tak cukup membuat ayah setia.  Laksana Don Juan, Ayah selalu berpindah dari wanita. Meski tanpa melepas Ibumu, ayah tetap berselingkuh.

Kamu marah pada Ayah. Kamu usir Ayah karena telah memainkan kesetiaan Ibumu. Kamu sakit hati.  Dan kamu berkata bahwa kamu tak ingin mengurus Ayah dihari tuanya nanti. 

Lalu aku harus apa dik? Aku harus menerima permintaanmu untu merengkuh Ayah kini? Setelah sekian lama dia membahagiakanmu kini aku harus mau menerima ayah yang ingin kau buang? 

Tahukah Ibumu bahwa rasa sakit yang dia rasa pernah Ibuku rasa. Sadarkah Ibumu bahwa karma itu ada? 

Ayah memang bejad. Tak mampu setia pada satu wanita. Anaknya bertebaran dimana-mana.  Tapi satu yang harus kamu ingat dik.. 

Cuma kamu yang mendapatkan rumah mewah, makanan lezat, akomodasi lengkap dan pendidikan tinggi hingga menghantarmu menemukan jodoh di tempat kerja yang bonafit. 

Jika bukan karena dia, tak mungkin kamu semakmur ini dik. Terimalah kekurangan ayah yang satu itu. Tak usah kau maki  apalagi hingga kau  ludahi dia. 

Karena Ayah sudah bertanggung jawab penuh akan dirimu sedari kecil hingga kau bahagia bersama keluarga kecilmu. 

Karena aku pernah ingin sepertimu yang mendapatkan kasih Ayah. Maaf aku tak bisa membantumu sepertinya dik.. 

Kewajiban untuk tetap menghantarnya di masa tua ada dipundakmu. Aku hanya bisa menitip doa, doa anak yang pernah terlupakan oleh dia yang memang Ayahku tapi terlalu lama jadi Ayahmu. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun