Mengapa tidak Ibu saja yang mengalah dengan pindah ke sini menemani Bapak? Saya jadi ragu pada perasaan Ibu pada Bapak.
Saya tahu Ibu sudah menyanggupi untuk mengurus beliau jika nanti sakit atau melewati masa tuanya.
Tapi kok saya tak percaya, mana mungkin ibu mau setulus itu kalau menikah saja Ibu tak mau mencacatatkan di KUA, dan hanya ingin di depan penghulu saja. Saya sudah mencium bau tidak beres dari keinginan ibu.
Ibu tak mau resmi di mata negara karena Ibu tak mau hak pensiun dari mantan suami yang meninggal dicabut.
Ibu sendiri masih aktif bekerja sebagai pegawai negeri sehingga otomatis penghasilan yang ibu dapatkan double lalu kini mau ibu tambahkan lagi agar lebih tebal dengan nafkah bulanan dari Bapak saya,begitukan bu?
Sebenarnya saya tak terlalu kaget mengingat cerita dari Bapak saya bahwa Ibu seorang sosialita dengan gaya hidup mewah. Ibu masih suka ke salon, masing seneng ngegym dan masih memilih liburan ke Thailand dibanding jalan-jalan ke candi Prambanan.
Tentu uang saku yang Ibu butuhkan lebih banyak dan bisa terpenuhi oleh tambahan nafkah dari Bapak, jujur lah Bu!
Maaf kalau saya belum bisa mempercayai Ibu.
Saran saya, lepaskanlah Bapak saya. Ibu tak pantas untuk bersanding dengan bapak saya. Kasihanilah beliau terlalu banyak berkorban. Segeralah minta diceraikan pada Bapak .
Kami masih siap mengurusnya di sini. Kami tak siap kalau dia jauh dari kami.
 Jikapun nanti selepas dari Ibu ada yang mau dinikahi kembali, maka kami akan memintanya untuk mencari perempuan satu kota saja.