Mohon tunggu...
Irma Tri Handayani
Irma Tri Handayani Mohon Tunggu... Guru - Ibunya Lalaki Langit,Miyuni Kembang, dan Satria Wicaksana

Ibunya Lalaki Langit ,Miyuni Kembang,dan Satria Wicaksana serta Seorang Penulis berdaster

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sebuah Surat Penyelamat Bapak

20 Oktober 2018   12:03 Diperbarui: 20 Oktober 2018   13:25 375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Amplop surat .Dokpri

Bandung, Juli 2018

Assalamualaikum wr. Wb.

Perkenalkan nama saya Meyra. Saya adalah puteri nomor 3 dari pernikahan Ayah yang pertama.

Sebelumnya saya ucapkan terima kasih karena untuk beberapa bulan, Ibu sempat menyayangi dan mengasihi Ayah saya.

Namun, ada kendala yang mengganjal hati kami sebagai putera -puterinya. Pertama, domisili Ibu di jawa tengah, sementara ayah saya di Bandung membuat ayah saya mengalami kelelahan saat harus bertemu Ibu. Maklum usianya kan sudah tak muda lagi, sudah hampir 70 tahun.

Perjalanan di akhir pekan untuk mengunjungi Ibu  yang tidak sejam atau dua jam membuatnya rawan sakit. sementara beliau masih harus bekerja di hari seninnya. Tidakkah Ibu merasa kasihan?

Lalu untuk tiba di sana beliau harus mengeluarkan uang untuk ongkos yang jika dihitung untuk bolak-balik cukup besar. Bisa-bisa gaji ayah saya habis hanya untuk di jalan saja.

Belum lagi Ibu menetapkan nafkah besar tiap bulannya. Bu,selepas  bercerai dengan Istrinya, Bapak tak punya harta se senpun. Baju hanya yang menempel di badan. Tidakkah Ibu merasa Iba setiap bulan meminta uang yang sebegitu besar?

Semestinya uang itu ia kumpulkan kembali untuk membeli rumah tempatnya bernaung di hari tua.

Mungkin ibu bertanya, kenapa Bapak tidak pindah saja domisili bersama Ibu ?

Tak mungkin lah bu, anak cucunya di sini semua. Kehidupannya di sini semua, Ayah saya tentu akan merasa asing dengan kehidupan di sana!

Mengapa tidak Ibu saja yang mengalah dengan pindah ke sini menemani Bapak? Saya jadi ragu pada perasaan Ibu pada Bapak.

Saya tahu Ibu sudah menyanggupi untuk mengurus beliau jika nanti sakit atau melewati masa tuanya.

Tapi kok saya tak percaya, mana mungkin ibu mau setulus itu kalau menikah saja Ibu tak mau mencacatatkan di KUA, dan hanya ingin di depan penghulu saja. Saya sudah mencium bau tidak beres dari keinginan ibu.

Ibu tak mau resmi di mata negara karena Ibu tak mau hak pensiun dari mantan suami yang meninggal dicabut.

Ibu sendiri masih aktif bekerja sebagai pegawai negeri sehingga otomatis penghasilan yang ibu dapatkan double lalu kini mau ibu tambahkan lagi agar lebih tebal dengan nafkah bulanan dari Bapak saya,begitukan bu?

Sebenarnya saya tak terlalu kaget mengingat cerita dari Bapak saya bahwa Ibu seorang sosialita dengan gaya hidup mewah. Ibu masih suka ke salon, masing seneng ngegym dan masih memilih liburan ke Thailand dibanding jalan-jalan ke candi Prambanan.

Tentu uang saku yang Ibu butuhkan lebih banyak dan bisa terpenuhi oleh tambahan nafkah dari Bapak, jujur lah Bu!

Maaf kalau saya belum bisa mempercayai Ibu.

Saran saya, lepaskanlah Bapak saya. Ibu tak pantas untuk bersanding dengan bapak saya. Kasihanilah beliau terlalu banyak berkorban. Segeralah minta diceraikan pada Bapak .

Kami masih siap mengurusnya di sini. Kami tak siap kalau dia jauh dari kami.

 Jikapun nanti selepas dari Ibu ada yang mau dinikahi kembali, maka kami akan memintanya untuk mencari perempuan satu kota saja.

Sekali lagi.. Lepaskan Bapak saya. Ibu jalani kembali saja hidup Ibu, carilah pendamping lain yang siap mengikuti gaya hidup Ibu.

Maaf kalau ada perkataan yang menyinggung.  Sebelum diakhiri, saya ucapkan terima kasih karena Ibu ,Hati Bapak kami yang sepuh sempar berbunga-bunga karena dicintai oleh seorang janda cantik seperti Ibu.

Sekali lagi terimakasih.

Wassalam..

*****

Lelaki tua itu menangis sesegukkan di hadapanku. Seperti anak kecil yang kehilangan mobil mainannya. Betul kata orang, ketika semakin tua maka kelakuannya akan kembali seperti balita. 

"Dia minta diceraikan.. "ucapnya lirih setelah mampu menurunkan emosinya. 

"Ya sudahlah pak berarti bukan jodoh. Seperti Bapak dengan Mama ,Bapak dengan Mama Neni, Mama Eli, Mama Tati... Dan yang lainnya yang harus berpisah,relakan saja. Nanti juga Bapak dapat lagi! "hiburku

Kupeluk tubuh renta itu. Ku usap air matanya. Ah fisik memang tua, tapi dia adalah petualang cinta. Ibuku adalah korbannya yang pertama. Setelah itu aku bosan bergonta -ganti Ibu baru. Bapakku bermasalah dengan kesetiaan. Biasanya aku tak perduli. 

Kerja di proyek dan meninggalkan anak Istri membuatnya selalu tergoda mendapatkan istri muda. 

Masalahnya kini dia sudah terlalu tua. Beberapa kali sakit sudah sering menderanya. Aku harus turun tangan untuk meluruskan jalannya. Masa iya dia harus begitu terus.

Suratku ternyata membuahkan hasil. Dia siap menyandang status dua untuk kesekian kalinya.

Kalaupun dia tak lagi menemukan Istri baru, aku siap mengurus masa tuanya.  Demi mengembalikan kerinduan kebersamaanya di masa lalu. Karena sifat playboynya, aku ditinggalkan di usia balita. 

 Kini entah mengapa aku tergerak untuk menyelamatkannya kali ini. Apalagi istri terbarunya ini seperri hanya menginginkan materi saja. 

Aku tak punya dendam.. Aku malah punya segudang rindu. Percayakan hidupmu padaku kini Pak.. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun