Sebuah kisah nyata dari salah satu desa di kabupaten Sumedang coba saya bagikan. Unik, adalah alasan saya menuliskannya. Sekalian mendokumentasikan peristiwa bersejarah mereka. Mereka masih family saya sih sebenarnya.Â
Ceritanya begini.. Si Kakak yang menggunakan baju pengantin hijau telah cukup lama berpacaran. Sudah lebih dari dua tahun kalau tidak salah. Â Dari mulai si adik yang menggunakan baju pengantin orange masih sekolah, hingga akhirnya lulus dan menerima ijazah.Â
Si Kakak sebetulnya sudah ingin segera dipinang oleh kekasih hatinya. Namun karena sang arjuna masih berjuang mengumpulkan pundi-pundi rupiah sehingga alasan penundaan hari bahagia diterimanya. Meski sebenarnya dia sudah tak enak hati karena di kampungnya seusia dia bel menikah diberi julukan perawan tua.Â
Ketika adiknya selesai sekolah, dan juga menetap di rumah serta tidak memilih meneruskan kuliah atau bekerja, sang kakak sering tak enak hati jika kekasihnya apel di malam minggu.
 Adiknya yang masih jomblo sering mengaku iri melihat kakaknya punya kekasih hati. Kalau mereka ngobrol di teras, adiknya mondar-mandir tak jelas. Kalau kakaknya memilih jalan-jalan, adiknya ingin ikut dengan alasan ingin jajan.Â
Untungnya sang adik tak terlalu lama menjomblo. Karena adik memiliki wajah yang tak kalah cantik, akhirnya adikpun ada yang melirik.Â
Seorang pemuda yang lama merantau di luar jawa sengaja mencari belahan jiwa di kampung halaman. Kebetulan jatuh cinta pada pandanga pertama pada sang adik. Tanpa pikir panjang setelah bertemu diapun berniat melamar.Â
Pertama secara usia pemuda itu sudah semakin mendekati angka 30an sehingga merasa sudah waktunya memiliki pendamping. Pekerjaan dia sudah punya, rumah untuk istripun sudah tersedia di pulau rantauan sana.Â
 Kedua karena dia meninggalkan pekerjaan di sana,maka dia tak bisa menunggu lama. Kalau bisa besok atau lusa segera kepenghulu agar istrinya bisa langsung diboyong.
Orang tua kedua kakak beradik itupun sempat bingung. Memang yang sudah siap menikah si adik. Tapi masa melangkahi si kakak?Â
Sang kakakpun ternyata tak rela jika harus dilangkahi pernikahannya. Diapun merajuk pada kekasihnya. Siap tak siap kakak ingin menikah duluan saja.Â
Keluarga pacar sang kakak akhirnya juga merasa tak enak juga mendengar kabar berita itu. Akhirnya setelah si  adik dilamar merekapun menentukkan tanggal pernikahan.Â
Orang tua kedua gadis berpikir daripada pusing dua kali ya sudahlah pesta pernikahannya digabung saja.Â
 Untungnya kedua pasangan mengiyakan.  Dicarilah tanggal,bulan, dan hari yang sama untuk pesta pernikahan.Â
Di hari H, Akadnya dilaksanakan di KUA, bukan di rumah. Â Tidak bersamaan tapinya, kakaknya dulu yang bertemu penghulu, sejam kemudian,baru si adik.Â
Kakak selesai dinikahkan langsung menggelar acara saweran. Upacara adat sunda serupa pelemparan dari mulai beras permen hingga uang recehan. Acara ini seru karena penuh usaha rebutan.Â
Selesai sang kakak tak lama si adik datang. Acara saweranpun di gelar kembali. Beberapa tetangga sengaja tak pulang agar dapat rezeki dua kali.Â
Begitupun dengan acara foto-foto. Saat sang kakak dengan pasangannya mendapat giliran berfoto, adiknya berselfi ria di belakang.Â
Saat tiba giliran adik berfoto, sang kakak memilih makan. Seperti sengaja tak berfoto bersamaan. Malah ada kessn saling menonjolkan keluarga masing-masing dari pengantin pria.Â
Ah, ada-ada saja ya. Semoga mereka tidak merasa saling bersaing, kan masih saudaraan.Â
Kabarnya beberapa bulan kemudian kakanya sudah berbadan dua. Selang sebulan ,eh alhamdulillah si adik sama hamil juga.
Jadi tak sabar saya menantikan persalinan mereka berdua. Andaikata harinya sama, wah seru juga, dan pasti saya ulas nantinya.Â
Selamat berbahagia sang Kakak, selamat mengarungi bahtera rumah tangga wahai adik. Semoga kalian bahagia selama-lamanya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H