"Loh, terus kenapa kalian suka mencubit, menjewer atau memukul anak kalau memang kasihan? "
"Itulah, kalau anaknya dah mulai bandel dan tak mau menuruti apa yang saya minta saya kok suka kesel. Dah dibilangin berulang-ulang anaknya ga ngerti, apalagi kalau dia menjawab omelan saya, " Ibu A mulai beralasan.
"Sama bu, saya juga kalau anak dah gak mau diam, anak suka ganggu adiknya anak pilih-pilih makanan suka ga bisa bahan marah. Dibilang pelan enggak bisa, diteriakin ga nurut, terpaksa main tangan baru deh mereka nurut! " Ibu B malah terdengar seperti puas treatment kekerasannya mungkin berhasil membuat anaknya nurut.Â
"Emang anaknya jadi nurut Bu? "tanya saya.
"Justru  itu dah dikerasin gitu aja masih enggak nurut, apalagi kalau lemah lembut! "
"Emang gak kasihan Bu, saat melihat mereka menangis kesakitan,?"Tanya saya.
"Ya kalau pas kejadian enggak, yang ada kesel aja, nah kalau sudah terjadi apalagi lihat kulitnya biru-biru baru saya istighfar dan merasa saya dah keterlaluan. ." Ibu B menunjukkan muka menyesal.
Saya tambah meringis mendengarnya. Sepengetahuan saya sebagai tetangga, memang sering sekali terdengar teriakan dari rumahnya.
Sepetinya Ibu B ini ekspresif sekali atau mungkin tepatnya temperamental. Jika anaknya salah sedikit maka terdengarlah suara Ibu B yang memarahi anaknya.
Kadang saya menemukan dia sedang mengetuk-ngetuk pintu pagar meminta masuk karena ibunya marah dia terlalu lama main di luar. Kadang terdengar teriakan minta ampun dari si anak saat ibunya berteriak . Saya membayangkan saat itu mungkin si anak tengah di cubit, di jewer atau di pukul karena suaranya terdengar kesakitan.
"Ya kalau begitu jangan siksa anaknya Bu, apa ga kasihan, coba kalau dia buat kesalahan dibilangin dulu baik-baik, "Ujar saya pelan-pelan takut Ini B tersinggung.