Mohon tunggu...
Irma Tri Handayani
Irma Tri Handayani Mohon Tunggu... Guru - Ibunya Lalaki Langit,Miyuni Kembang, dan Satria Wicaksana

Ibunya Lalaki Langit ,Miyuni Kembang,dan Satria Wicaksana serta Seorang Penulis berdaster

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Ketika Si Adik Mendapat Jatah yang Sama dengan Sang Kakak

11 September 2016   21:19 Diperbarui: 11 September 2016   21:27 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Miyuni Kembang anak keduaku.dokumen pribadi

Pada suatu malam sebelum tertidur Lalaki langit anak pertamaku protes pada ayahnya.

"Ayah kok salah tulis cita -citaku di formulir yang tadi siang harus dikumpulkan di sekolah!"

"Loh memang tadi Ayah tulis apa? " tanya suamiku sambil garuk-garuk kepala menandakan dia sudah lupa akan apa yang sudah dia tuliskan.

"Ayah tulis cita-citaku dokter gigi " jawabnya dengan bibir di majukan beberapa senti.

"Loh, bukanya cita -citamu itu? " tanya suamiku merasa benar.

"Sudah ganti Ayaaaaah.. Cita -citaku sekarang arsitektur! " jawab anakku mantap sambil tersenyum.

Kami berdua saling berpandangan, yang kami tahu memang dokter gigi cita-cita terakhirnya.

"Loh, Kang bukanya dulu kamu pengen jadi dokter gigi? "tanyaku memastikan.

"Iya, tapi sekarang ganti ah. Masa dokter gigi kaya gini giginya? " Ujarnya sambil menunjukkan sederet gigi depannya yang semakin hilang karena keropos.

Kami bertigapun tertawa bersama.

Mungkin masih terlalu muda untuk menyebutkan cita-cita yang pasti. Maka jangan heran kalau cita-citanya selalu berganti-ganti. Dari mulai ingin jadi superman, tentara, dokter gigi dan kini arsitektur.

Apapun cita-citanya itu yang pasti kami harus berjuang untuk menggapainya. Mewujudkan cita-cita anak  harus menjadi prioritas kami. Masa depannya tentu saja harus lebih baik dari kami. Untuk itu sekuat tenaga kami harus membantunya baik secara moral atau secara finansial.

Ngomong-ngomong masalah finansial, terkadang kami merasa takut tak mampu mewujudkan cita-citanya. Mengkalkulasikan uang yang harus kami keluarkan di jaman sekarang ini membuat kami nyaris pingsan dibuatnya.

Ketika masuk SD, Lalaki langit kami masukkan ke sebuah sekolah swasta yang cukup ternama . Pertimbangan fasilitas dan sumber daya pengajar menjadi alasan kami. Karena di SDlah dasar ilmu akan mulai dia dapatkan. Jika dasarnya tidak kuat maka kami khawatir dia keteteran di jenjang berikutnya

Untuk menebusnya angka jutaan harus kami keluarkan saat daftar. Belum lagi spp bulanannya yang tinggi.
Bukan karena kami kelebihan uang jika memaksakan diri masuk ke sekolah itu. Gaji suamiku sebagai pengajar honorer yang entah kapan naik level jadi pns tentu tak seberapa. Untuk melengkapinya maka akupun harus bekerja di lembaga bimbingan belajar. Dan alhamdulillah hingga detik ini masalah itu selalu terselesaikan.

Dulu,  semenjak dia bayi, kami sudah rajin menyimpan uang tiap bulan sehingga saat tiba masa pendaftaran sekolah dasar kami hanya tinggal menambah sedikit kekurangan yang ada.

Seiring waktu berlalu, kini telah lahir si adik Miyuni kembang.  Karenanya, kini kami harus memperhitungkan juga biaya pendidikan dari Miyuni Kembang yang terpaut 5 tahun usianya dari Lalaki Langit. . Memang usianya masih dua tahun namun 3 atau 4 tahun ke depan dia tentu harus mempunyai kesempatan untuk mengenyam pendidikan paling tidak selevel dengan kakaknya kini. 

Jika kami tidak mulai menyisihkan uang dari sekarang sepertinya terlalu berat untuk mengeluarkan biaya pendidikan dengan penghasilan yang masih sama pada saat akan menyekolahkan Miyuni kelak. 

Namun nyatanya kini lebih sulit untuk menyimpan uang dengan kisaran yang sama seperti saat lalaki langit belum masuk sekolah dulu. Kini tiap bulan sudah ada biaya spp dan juga keperluan sehari-hari dari Lalaki langit yang menguras isi dompet kami.

Adakah solusi dari ketakutan kami? Jika menabung sudah sulit dilakukan maka kami harus mencari cara lain untuk membuat Miyuni Kembang mendapat jatah sama seperti kakaknya.

Kamipun coba melirik asuransi. Kebetulan beberapa teman dan kerabat kami sudah bergabung dengan Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera. Beberapa hari yang lalu kami mencoba mencari informasi asuransi pendidikan yang dikeluarkan bumiputera.

Akhirnya kami mendapatkan informasi bahwa bumiputera memiliki produk asuransi pendidikn bernama asuransi Mitra Cerdas dan asuransi Mitra Beasiswa.

Apa bedanya kedua produk itu? setelah kami telisik lebih dalam, ternyata jika kami ingin memilih asuransi sambil berinvestasi maka kami sebaiknya memilih Asuransi Mitra Cerdas.

Dengan Asuransi Mitra Cerdas berbasis invesitasi, tentu saja kami akan mendapatkan dana Dana Kelangsungan Belajar . Dana kelangsungan Belajar pembayaranya dilakukan bertahap pada anak usia 6 tahun sebesar 25%, 12 tahun sebesar 25% , 15 tahun sebesar 25% dan 18 tahun sebesar 25%..

Selain tenang karena biaya sekolah anak sudah ada yang menanggung, dengan asuransi Mitra Cerdas ini kami juga akan memperoleh hasil investasi sebesar 4,5% dari premi tabungan.

Inflasi pendidikan diharapkan tidak akan melebih dari hasil investasi sebesar 4.5%. Besarnya inflasi pendidikan sebesar 10-15%, bahkan biaya SPP SD melonjak hampir tiap tahun antara 5-50%.

Nah, produk yang kedua yaitu produk Mitra beasiswa . Mitra beasiswa adalah asuransi pendidikan tanpa investasi. Seperti halnya Produk Mitra cerdas pembayaran dana kelangsungan belajar akan dibayarkan bertahap dengan jadwal: Anak berusia 4 tahun sebesar 5%, ; Anak berusia 6 tahun sebesar 10% ; Anak berusia 12 tahun sebesar 20% ; Anak berusia 15 tahun sebesar 30% dan Anak berusia 18 tahun 35%.

Mengetahui ke dua produk asuransi yang telah banyak digunakan itu pada akhirnya membuat kami tergoda untuk segera begabung dengan bumiputera. Sebagai penyedia jasa asuransi dari tahun 1912 tentu saja tak ada sedikitpun keraguan atau ketakutan akan kesulitan saat harus mencairkan dana kelangsungan belajar.

Sepertinya ini adalah solusi untuk kebuntuan kami saat memikirkan penyediaan dana pendidikan untuk Miyuni kembang. Mumpung usianya masih dua tahun. Mungkin membayar asuransi membuat kami lebih disiplin dalam menyisihkan uang dibandingkan harus menabung dan dengan kisaran yang tetap. 

Ku tatap wajah mungil Miyuni Kembang. Dia memang belum bisa menjawab ketika ditanya mau jadi apa. Tapi kami yakin diapun akan memiliki cita - cita tinggi seperti kakaknya Lalaki langit. Dan ketika kami harus mewujudkanya, kami tak perlu lagi merogoh saku lebih dalam atau mencari pinjaman sana-sini karena  bumiputera siap memberi solusi.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun