Terlihat apa yang tadi diguratkan oleh Bernard di dalam surat yang sekarang tergeletak di jalan yaitu tanda tangan yang sama persis dengan tanda tangan yang polisi anggap sebagai tanda tangan ayah Bernard, meskipun tidak bisa mengingatnya Bernard kini sadar bahwa ia adalah pengidap kelainan kepribadian ganda dan di sisi lain dirinya Bernard menganggap bahwa dirinya adalah ayahnya karena saking kagumnya ia pada sang ayah sampai-sampai ia bisa meniru persis tanda tangan sang ayah.
Ya Bernard sendiri-lah yang menyuruh kurir bisu yang tak mengenalnya untuk menyampaikan surat teror, Bernard sendiri-lah yang menghabisi ibu dan teman akrabnya yang seorang komisaris kepolisian itu, Bernard sendiri-lah yang membuat adik perempuan satu-satu-nya trauma serta Bernard sendiri-lah yang menghabisi polisi yang mengejarnya, ia pun menyerahkan diri ke polisi dan sadar akan kemungkinan konsekuensi vonis mati yang akan diterimanya kelak.
Di kota Paris pada tanggal 4 mei siang hari itulah Bernard menyerahkan seluruh takdirnya pada Tuhan melalui hakim yang akan memvonisnya kelak, menyerahkan takdir yang sebenarnya bisa ia baca, sebuah takdir yang kemungkinan besar amat buruk dan tidak pernah terbayangkan oleh Bernard sejak ia dilahirkan.
TAMAT
Next cerpen: Saksi Sekejap.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H