"Meskipun awalnya kami agak ragu karena ayah anda sudah meninggal tapi dari tanda tangannya sudah jelas ini adalah tanda tangan ayah anda” lanjut komisaris Trauffaut sambil menyerahkan sebuah surat.
Bernard pun terhenyak, tanda tangan dalam surat tersebut memang tanda tangan ayahnya,ia hapal betul dan sangat akrab dengan tanda tangan ayahnya itu, ia pun meremas-remas surat tersebut, hati Bernard benar-benar hancur dan seketika itu juga Bernard sadar bahwa ia tidak bisa mengendalikan emosi sesaatnya dan dengan segera ia membetulkan kembali surat yang sudah kusut.
“Maafkan aku” ucap Bernard dengan nada sesal.
“Tidak apa-apa, yang penting suratnya masih utuh, tidak hancur atau tersobek-sobek lagipula sebenarnya itu cuma copy-an, aslinya ada pada pihak kami” jawab komisaris Traffaut dengan nada ramah.
“Oh ya bolehkah kubawa surat copy-an ini?” tanya Bernard.
“Silahkan saja” jawab komisaris Trauffaut.
****
Beberapa jam kemudian Bernard pun berjalan seorang diri menyusuri kota Montpellier sampai ia terkejut ketika mendengar obrolan beberapa orang bahwa komisaris Traffaut telah tewas ditembak orang, Bernard pun segera mencari telepon umum terdekat untuk memastikan kebenaran berita tersebut dan setelah mendengar sendiri jawaban dari asisten Traffaut yang membenarkan hal tersebut hati Bernard langsung hancur seketika, ia menangis.
Seketika itu juga Bernard langsung menyetop taksi dan segera pergi ke rumahnya untuk memberitahu ibunya bahwa komisaris Trauffaut telah tiada tetapi begitu sampai di rumah ia terkejut karena di rumahnya terlihat beberapa orang pelayat dan terpampang foto ibunda Bernard di depan peti mati, dengan rasa khawatir bercampur takut Bernard pun segera membuka peti mati dan memang jasad ibunya-lah yang ada di dalam peti tersebut, ibunda Bernard terbujur kaku dan dari banyaknya darah di jasad sang ibu sudah bisa dipastikan bahwa sang ibu telah dibunuh oleh seseorang.
Dalam sekejap Bernard berteriak histeris dan secara spontan menanyakan pada adik perempuan satu-satunya apa yang sebenarnya terjadi namun sang adik tidak menjawab, ia hanya terdiam dan menunduk kemudian salah seorang pelayat memberitahukan bahwa sang adik kemungkinan mengalami trauma berat karena menyaksikan langsung pembunuhan tersebut, sang adik sudah ditanya oleh banyak pelayat bahkan polisi siapa pelakunya tetapi adik perempuan satu-satunya Bernard itu tidak menjawab dan hanya menunduk.
Bernard dalam keadaan yang hancur lebur ia tidak menyangka pada tanggal 4 mei ini ia kehilangan ibu dan salah satu kawan akrabnya ditambah lagi keadaan adik perempuan Bernard yang bisa dikatakan kemungkinan tidak bisa berkomunikasi lagi dengan orang lain termasuk dengan dirinya seumur hidup, ditambah lagi sang ayah yang ternyata masih hidup berniat meneror kota Paris yang notobene adalah bagai rumah kedua bagi Bernard.