Sejak timnas dilatih STy lah banyak pemain muda yang eksis di skuat utama timnas Garuda, para pemain muda lebih mendominasi line-up utama saat berhadapan dengan tim apapun. Kalah menang itu adalah hal biasa bagi STy asalkan para pemain muda bisa mengeskpos bakatnya masing-masing, disinilah ke spesialan STy dalam membangun mental para pemain muda agar bisa menjadi bibit-bibit unggul.
Dan itu terbukti, para pemain muda kita mulai diminati klub-klub luar negeri. Inilah yang diharapkan STy pada pemain muda agar mereka di lirik klub luar dan mereka bisa mengasah kemampuanya di level tertinggi, tentunya ini adalah keuntungan bagi STy juga memiliki banyak amunisi.Â
Jika saja para pemain muda kita tidak ditampilkan di skuat timnas utama maka orang lain tidak akan tau potensi mereka dan ujung-ujungnya para pemain muda kita hanya bergelut di liga domestik saja sampai gantung sepatu.
Apa Gunanya Melahirkan Pemain Muda Kalau Tidak Bisa Juara?
Untuk menjadi yang terkuat itu butuh waktu yang sangat lama karena ini adalah prospek jangka panjang, perlu digarisbawahi, sepak bola Asia Tenggara itu levelnya masih jauh dibawah Asia Barat, Asia Timur Tengah. Dan belum ada tercatat negara Asia Tenggara yang menjadi juara piala asia apalagi lolos ke piala dunia.
Jadi saati ini kita tidak bisa menuntut banyak kepada pelatih Shin Tae yong harus mendapatkan trofi meskipun itu trofi piala AFF. Kalah melawan tim besar bukanlah suatu kegagalan, melain itu pelajaran bersama baik itu kepada pelatih maupun pemain. Karena penyebab utama kekalahan itu bukan hanya karena salah taktik saja, tapi ada pada kualitas para pemain kita yang tidak bisa memaksimalkan peluang dan kerap melakukan blunder.
Blunder-blunder itu bukanlah dari bagian taktik, tapi itu murni human error atau kesalahan pemain. Sekelas Irak saja juga mengalami hal demikian, dimana para pemainnya kehilangan mental usai striker kuncinya Aymen Hussein di kartu merah wasit dan kebetulan pemain Yordania bisa memanfaatkan celah tersebut.
Dari sinipun kita bisa ambil pelajaran, kekalahn 4-0 dari Australia di babak 16 besar bukanlah kesalahan pelatih tapi murni sudah kelalaian pemain kita. Gagalnya Indonesia melaju ke babak 8 besar piala asia adalah hal wajar, karena lawan kita merupakan langganan piala dunia yang jam terbang pemainya sudah go-internasional.
Meskipun sebagian besar pemain kita sudah bermain di luar negeri, untuk mengimbangi Australia itu adalah perkara yang sangat sulit butuh lebih banyak waktu lagi agar kita bisa mengasah kemampuan para pemain kita.
Para pemain muda kita kelak akan bisa mewujudkan itu jika pola kepelatihan tetap seperti yang dilakukan STy, lain cerita kelak beda pelatih beda konsep. Jadi kita tidak bisa pastikan, namun yang jelas masa depan timnas kita ada pada para pemain muda. Hanya butuh jam terbang lebih saja yang harus diberikan kepada mereka, jangan masuk kedalam daftar skuat tapi hanya jadi penonton.
Melihat permain kita di piala asia 2023 ini, saya rasa trofi piala AFF 2024 ini milik kita. Mungkin ini pernyataan sombong, tapi jika melihat pola permainan kita tidak menutup kemungkinan kita yang akan mendominasi permainan.
Gonta-Ganti Pelatih Bukanlah Solusi Saat Ini
Penyakit kita dari zaman ke zaman ya seperti inilah, jika tidak bisa membawa juara maka kontrak kepelatihan tidak diperpanjang atau kalah berturut-turut langsung di pecat. Semestinya kita harus sadar dengan kemampuan para pemain kita, siapapun pelatih kita termasuk itu Jorgen Klopp maupun Carlo Ancelotti hasilnya akan tetap sama saja.