Akhirnya yang dapat menikmati pertumbuhan Ekonomi di desa kami adalah mereka yang datang dari kota, dan sebahagian mereka makhluk desa yang punya pengetahuan, pendidikan. Tapi pengetahuan atau pendidikannya tak berarti buat kami sesama penghuni desa, melainkan hanya untuk dirinya dan kepentingannya sendiri.
Mereka Makhluk desa yang berpendidikan dan berpengetahuan luas malah bersahabat dengan Monster Kota, sementara saudara yang telah lama tinggal bersama di desanya sendiri malah dia tidak peduli. Mereka hanya mementingkan diri sendiri. Lantas masih pantaskah aku menyebut mereka Manusia yang Manusia. Mungkin itu yang disebut Pendidikan Bodoh.
Iya, Pendidikan dijadikan untuk modal membodoh-bodohi makhluk desa. Sungguh Tak berguna dan tak pantas aku sebut kalian sarjana.
Ini salah siapa?
Tentu bukan salah satu pihak saja, melainkan salah kita semua yang membiarkan monster kota tumbuh dan berkembang.
Ini salah kita semua, kurang memperhatikan mereka yang lihai mengandalkan pendidikan, sementara kita acuh terhadapnya.
Ini salah kita semua, yang punya pengetahuan membiarkan mereka makhluk desa ternganga melihatnya.
Ini salah kita semua, membiarkan penguasa berbuat semaunya
Monster kota pandai merayu, makhluk desa suka dirayu.
Monster kota, Monster Kota. Pria itu jatuh dari tempat tidurnya sambil mengigau "Monster Kota" ternyata dia baru mimpi. Langsung dia berlari keluar dari rumah melihat desa dan sawah.
"Alhamdulillah monster kota ternyata hanya dalam mimpi" ucapnya dalam hati.
Semoga semua itu tak terjadi, dan berharap makhluk desa mulai mampu menyadari.