Kegiatan dan kedudukan dr.Soetomo dalam masyarakat membawa beliau ke jenjang politik dengan diangkat menjadi anggota dewan kota (Gemeen-teraad) Surabaya.Â
Dalam dewan ini beliau memperjuangkan nasib rakyat antara lain perbaikan kesehatan dan nasib mereka.Â
Namun usul-usulnya selalu dikalahkan oleh suara terbanyak yang tidak berorientasi pada rakyat. Ketika usulnya tentang perbaikan kampung ditolak sedangkan usul perbaikan kediaman orang Belanda diterima, dr.Soetomo langsung meminta berhenti dari keanggotaan dewan kota. Dr.Soetomo berpikir tidak ada gunanya bekerja di lembaga yang menjadi alat pemerintah kolonial.
Agent Of Change
Dokter Sutomo itu tidak saja seorang penganjur, pemuka dan pemimpin, tetapi juga seorang penyusun (bouwer) yang kelihatan nyata segala perbuatannya, tidak hanya cakap bicara, tetapi juga bisa bekerja.Â
Beliau juga memprakarsai berdirinya Bank Bumiputera yang menjadi bank nasional (1929), mendirikan Gedung Nasional Indonesia yang dibangun secara bergotong royong dari bantuan lapisan masyarakat mulai dari pegawai negeri, swasta, buruh, pedagang, petani, nelayan bahkan seniman yang tergagung dalam ludruk Cak Durasin ikut berkontribusi.
Membangun kegiatan di bidang sosial ekonomi diantaranya Rukun Tani, Rukun Pelayaran, Serikat buruh, koperasi, Rumah Piatu, Badan Pengurus Pengangguran, Rumah untuk memelihara anak-anak supaya terhindari dari penyakit lepra.
Tidak hanya itu, di bidang pengajaran membangun sekolah taman kanak-kanak, mengusahakan bacaan untuk anak sekolah dasar, di bidang politik memberikan kursus politik dan kursus kader, di bidang pers mendirikan perusahaan surat kabar, bahkan menjadi Ketua Perkumpulan Para Pengelola Surat Kabar dan mengisi rubrik di sejumlah surat kabar yang terbit di Indonesia.Â
Bahkan untuk menghormati jasa-jasa dr.Soetomo dalam bidang jurnalistik, oleh dewan pers namanya disematkan menjadi nama yayasan pers dr.Soetomo dan Lembaga Pers Dokter Soetomo (LPDS) pada 1988.
***
Sutomo & Organisasi ISLAM Indonesia