Kemudian adik pertamanya yang bernama Raden Soesilo seorang kepala laboratorium malaria yang memelopori metode pengendalian malaria yang disebut "sanitasi spesies", adik berikutnya bernama Raden Soeratmo, seorang dokter hewan alumni sekolah kedokteran hewan di belanda.Â
Kemudian adik wanita pertamanya Raden Adjeng Srijati yang menikah dengan salah seorang pendiri Boedi Oetomo yakni dr. Goenawan Mangonkoesoemo, bertugas mengasuh asrama sekolah yang didirikan oleh dr. Sutomo di bawah pengawasan organisasi Boedi Oetomo.
Kemudian adik Perempuan berikutnya R.A. Sri Woelan, istri dari Soeratin Sosrosoengondo, salah satu pendiri dan sekaligus ketua pertama Persatoean Sepakraga Seloeroeh Indonesia (PSSI).Â
Sri Woelan membantu suaminya membesarkan PSSI dengan memberi dukungan dana dari anggran rumah tangganya pribadi, bahkan rumahnyapun dijadikan tempat penampungan pemain, bahkan secara tidak langsung ia juga berjuang menyebarluaskan nasionalisme melalui sepak bola.
Kemudian adik Perempuan yang terakhir yakni Sri Oemijati dan Siti Soendari merupakan aktivis perempuan, Sri Oemijati menjadi Kepala Sekolah Kartini di Cirebon dan Kepala Sekolah Guru Puteri di Yogyakarta, sedangkan Siti Soendari menjadi anggota persatuan mahasiswa perempuan Universitas Leiden dan ikut dalam perhimpunan Indonesia yang mendukung emansipasi perempuan.
Dokter Sutomo menikah dengan seorang perawat bernama Everdina Broering, Everdina adalah seorang perawat Belanda yang bertugas di Rumah Sakit Blora, mereka pertamakali bertemu pada tahun 1917 saat dr. Sutomo mengabdi di Rumah Sakit Blora.Â
Hubungan yang awalnya hanya sebatas teman kerja, lambat laun berubah menjadi cinta. Karena perbedaan latar belakang hubungan merekapun banyak mendapat pertentangan, khususnya dari keluarga Everdina dan teman seperjuangan dr. Sutomo, lantas pertentangan tersebut tidak membuat mereka menyerah, keduanya lantas menikah.Â
Sepanjang pernikahannya kehidupan mereka berdua bahagia meski tidak dikaruniai anak. Dan akhirnya Everdina yang telah lama berjuang dengan sakitnya menghembuskan napas terakhirnya di Malang, 17 Februari 1934.
***
Awal Berdirinya Boedi Oetomo
Saat menempuh pendidikan di STOVIA, Sutomo dikenal sebagai mahasiswa paling nakal, berani, malas belajar, suka mencontek dan membuat masalah akibatnya kehidupan sosial dan akademiknya menjadi berantakan bahkan hampir direkomendasikan untuk di Drop Out.Â