Mohon tunggu...
LM Yakdatamare Yakub
LM Yakdatamare Yakub Mohon Tunggu... Dokter - Studure in sempiternum

Hiduplah dengan strategimu sendiri dan jadilah mahluk yang bermanfaat !

Selanjutnya

Tutup

Healthy

LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender) Apakah Suatu Keharusan Universal? Ditinjau dalam Perspektif Hukum Indonesia dan Ilmu Kedokteran

18 Desember 2022   20:26 Diperbarui: 18 Desember 2022   20:28 764
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Galeri L.M. Yakdatamare Yakub

Edward Gibbon seorang sejarawan inggris dalam bukunya yang berjudul historis dan jatuhnya kerajaan romawi 1776, mencatat bahwa dari lima belas kaisar Roma pertama, Claudius adalah satu-satunya yang jatuh cinta dengan benar dan dikatakan bahwa Yulius Caesar, pada usia dua puluh tahun, berselingkuh dengan Raja Nicomedes dari Bitinia. Bahkan seorang lawan politiknya pernah berkata,"Dia adalah pria yang diidamkan setiap wanita dan wanita yang diidamkan pria". Bukan saja Yulius Caesar, penguasa di belahan dunia lain,  sampai di asia juga mengalami kelainan disorientasi seksual tersebut, dan anehnya kelainan tersebut selalu identik dengan kekuasaan dan kemewahan, Wallahu a'lam bish-shawab.

Tahun 1950-an dan 1960-an, menjadi masa yang tidak menyenangkan bagi kaum homoseksual di Eropa, Australia, atau Amerika Serikat. Pada tahun tersebut, berbagai lembaga psikiater masih mengelompokkan ketertarikan dengan sesama jenis sebagai suatu gangguan kejiwaan.

Pada 1968, Asosiasi Psikiatri Amerika (APA) mengkategorikan atau memasukkan homoseksual ke Panduan Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental atau yang biasa disebut dengan Diagnostic and Statistical Manual for mental disorder (DSM), yang menjadi acuan medis dalam mendiagnosis bahwa LGBT adalah suatu penyakit kejiwaan.

Pada tahun 1960-an kaum homoseksual sering mendapatkan metode penyembuhan yang brutal. Biasanya, mereka dipaksa telanjang dan melihat foto laki-laki sambil disetrum. Namun, metode tersebut dianggap gagal karena rata-rata hasilnya nihil. Tidak sedikit para pelaku homoseksualitas dan sejenisnya sering mendapatkan intimidasi dan diskriminasi dari pemerintah maupun masyarakat, dan tahun tersebut merupakan tahun-tahun  yang begitu kelam untuk mereka yang mederita homoseksualitas dan sejenisnya.

Kemudian pada tahun 1970, berlandaskan atas keresahan kaum pelangi atau homosesksual dan sejenisnya tersebut, maka kaum homoseksual Amerika Serikat mengadakan unjuk rasa dan menyerbu konferensi APA untuk menyampaikan aspirasinya. Mereka menganggap bahwa memasukkan homoseksual sebagai gangguan kejiwaan tidak selaras dengan definisi mendasar penyakit mental. Dan hal tersebut didukung oleh Robert L. Spitzer seorang ilmuan dan dokter senior yang melahirkan buku-buku dan pedoman dalam mendiagnosis penyakit kejiwaan, dia beranggpan bahwa tidak relevan kalau dikatan sebagai penyakit gangguan jiwa, lebih tepatnya ganguan orientasi seksual. 

Sehingga berdasarkan latar pemikiran yang sama pada waktu itu maka lahirlah gerakkan-gerakkan seperti gerakkan pembebasan gay (1969-1974) yang kemudian memicu lahirnya lagi gerakkan-gerakkan seperti Front Pembebasan Gay (Gay Liberation Front / GLF) dan Aliansi Aktivis Gay (GAA). Lantas dampak dari aksi kaum homoseksual tersebut terus berlanjut di tingkat lokal maupun nasional. Sehingga membuat APA melakukan berbagai macam penelitian terkait homoseksualitas, maka setelah melakukan berbagai penelitian dan merundingkannya dengan para ahli, akhirnya pada 17 Desember 1973 APA dibawah kepemimpinan presiden APA terpilih tahun 1973-1974 Alfred Mordecai Freedman setuju mencoret homoseksual dari penyakit kejiwaan serta melanggengkan untuk dicabutnya undang-undang anti homoseksualitas atau disorientasi seksualitas.

Mengapa dicoret dan dihapuskan ? para ahli ilmu kedokteran barat saat itu dan bahkan sampai saat ini belum dapat membuktikan bahwa homoseksual dan heteroseksual adalah suatu penyakit yang diakibatkan karena gangguan secara seluler maupun molekuler, lantas apa benar demikian ? dan apakah hanya sebatas itu dalam menyimpulkannya ? apakah tidak dipertimbangkan dampak dan faktor lain yang akan terjadi kepada orang banyak ?.

Mengutip media internasional tahun 1972, menyatakan bahwa Swedia menjadi negara pertama di dunia yang mengizinkan orang-orang transeksual dengan undang-undang memperbolehkan untuk mengubah jenis kelamin mereka dan memberikan terapi penggantian hormon secara gratis. Lantas kalau ini benar merupakan suatu fitrah yang ada sejak lahir mengapa harus ada terapi hormon lagi ? terapi hormon untuk apa lagi ? terapi hormon untuk mempertegas kelainan orientasi seksualitas maupun identitas seksualnya ? lantas sekali lagi saya pertegas benar ini semua hanya akal-akalan saja untuk memuluskan tujuan pelangi atau kaum homoseksual dan heteroseksual tersebut ? 

Data menurut UNAIDS (United Nations Programme On HIV & AIDS) 2019, menyatakan bahwa paling tinggi angka penularan HIV berasal dari lelaki seks lelaki dan transgender. Apakah ini suatu kebodohan mengapa banyak yang tidak menyadari, ataukah hal tersebut adalah suatu konspirasi untuk memuluskan tujuan pelangi atau kaum homoseksual dan heteroseksual tersebut, atau apakah para pemangku kebijakan sengaja menutup mata dan telinga atau mata dan telinganya yang ditutup-tutupi ? dan lebih bobroknya lagi perilaku menyimpang ini selalu berlindung di belakang HAM (Hak Asasi Manusia) lantas HAM inipun disalah artikan pula sebagai senjata pelindung, Wallahu a'lam bish-shawab.

" Sesungguhnya perbuatan yang paling kutakuti akan menimpa umatku adalah perbuatan yang dilakukan oleh kaum Luth" [HR. Ibnu Majah]. Bahkan Nabi Muhammad SAW, telah memprediksikan bahwa umatnya ada yang akan melakukan berbuatan tercela seperti umat Nabi Luth AS. Lantas apakah kejadian dan perilaku seperti kaum Nabi Luth AS ini merupakan suatu keharusan universal ? merupakan proses dan tahap yang pasti akan terjadi menuju akhir zaman ? Wallahu a'lam bish-shawab.

LGBT di Indonesia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun