Aku masih saja berkata-kata di saat dia terdiam seribu bahasa. Aku tak memberinya kesempatan.
"Aku cari angin dulu di luar. Tunggu aku di rumah. Aku akan kembali dengan cepat. Tolong tunggu aku sebentar"
Aku mengakhirinya.
Aku melangkahkan kaki ke luar restoran. Aku menjauh darinya. Aku tak ingin dia melihatku menangis. Lihat kan? Tadi aku tak menangis.
Hanya sekarang. Biarlah aku menangis. Menangis yang benar-benar menangis. Angin malam berhembus menemani langkahku. Aku kini sendirian. Aku benar-benar sendiri. Aku menangisi cintaku. Aku menangisi cinta matiku.
Pergilah sayangku..
Pergilah ke mana hati membawamu...
Pergilah cari kebahagiaanmu..
Dan pulanglah jika masih butuh aku..
Kembalilah dengan selamat..
Kembalilah jika kamu rindu makanan kegemaranmu. Kembalilah..
Aku akan selalu menunggumu..
***
Setengah jam aku jalan-jalan sendirian. Sudah saatnya aku pulang. Aku memutar badanku ke arah jalan pulang. Terlalu jauh bila harus jalan kaki. Aku harus mencari taxi.
Di sepanjang jalan, tak ada taxi yang mau berhenti. Lihat. Bahkan taxi-pun tak sudi aku tumpangi.
Aku melangkahkan kaki ke arah restoran. Siapa tau dia masih di sana. Kami bisa pulang bersama.
Di pinggir jalan. Aku melihat sekelompok orang sedang berkerumun. Sepertinya telah terjadi kecelakaan. Ada mobil polisi yang baru saja datang. Aku mendekat.
Aku menyeruak kerumunan. Aku penasaran dengan apa yang telah terjadi. Aku melihat seseorang sedang menangis di depan perempuan yang tergeletak di jalanan.