Mohon tunggu...
Lunna See
Lunna See Mohon Tunggu... -

"Pergilah ke mana hati membawamu" // Facebook : Lunna See

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Lunna

26 November 2015   11:19 Diperbarui: 26 November 2015   12:05 430
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

 

 

 

 

 

"Lunnaaaa.."

Suara Rea membuyarkan segalanya. Mataku mendelik ke arahnya tanda protes. Secangkir kopi ia sorongkan ke arahku dan aku terima dengan muka masam.

"Why?"
"Kenapa?"

"Teriakanmu membuatnya pergi..." Jawabku malas-malasan.

"Siapa? Hantu? Hihihi..."
Rea ngikik. Lalu menepuk pundaku.
"Nanti juga muncul lagi"
Rea meninggalkanku dan menghilang di balik pintu kamar.

Yeaah. Rea teman satu apartemenku. Kami dekat sejak SMP hingga sekarang ketika kami sama-sama sudah disibukkan dengan pekerjaan masing-masing di kota besar ini. Rea adalah sahabat yang paling mengerti diriku luar - dalam. Termasuk keanehan yang ada padaku. Hanya padanya aku berani berterus terang bahwa aku bisa melihat penampakan-penampakan hantu.

Kamu juga pasti tidak percaya.
Semua orang mungkin akan menganggapku gila. Termasuk kamu tentu saja.

"Lunna"
Hampir saja aku terjengkang dari kursi favorit ini. Mendengar suara yang tiba-tiba saja muncul di hadapanku.


Sudah lama aku tak melihat penampakanya, aku pikir ia sudah tenang di alam sana dan tak akan pernah muncul lagi. Sesosok hantu galau dengan penampilan khas anak muda jaman sekarang. T-shirt berwarna cream dan jeans belel. Ia mati tidak sengaja. Pada sebuah penerbangan dari Surabaya menuju Singapore. Saat itu ia mau melamar kekasihnya.
Wajahnya masih sama. Menampilkan kegalauan.

"Kenapa lagi sekarang?" Aku mulai membuka percakapan. Entah sejak kapan aku menjadi tempat curhat para hantu ini. Ngobrol dengannya. Ngopi. Hiks..

God..

Kadang aku merasa hidup ini sungguh kejam...

"Dia sudah punya pacar..." Katanya lirih.
Tuh kan... Hantu saja bisa sedih.
"Relakan. Duniamu dan dunianya sudah berbeda" Kataku
"Tapi aku masih mencintainya"

Aku tersenyum mencoba memahami apa yang dia rasakan.
"Tapi kamu hantu. Kamu bukan lagi manusia sepertinya. Biarkan dia hidup bahagia dengan orang lain"
Ia tersenyum getir.

"Lunna..." Ia menatapku

"Pernahkah kamu merasakan patah hati"

"Pernah" Jawabku singkat

"Apa rasanya?"

"Dunia seakan hancur. Langit seakan runtuh. Hidup rasanya tak berarti. Dan ingin mati. Tapi nyatanya aku masih hidup hingga sekarang. Dan dunia tetap utuh. Langit tetap kokoh di atas sana. Hidup masih terus berjalan"

"Aku juga ingin mati..." Katanya lirih. Yang bikin aku terbengong-bengong.

"Lho.. Kamu sudah mati..."

"Iya. Aku lupa... Maaf"

"Lunna..."

"Apa..."

"Ayo kita keluar. Hibur aku. Kita ke tempat keramaian. Aku ingin melupakan kegalauan..."

Aku tersenyum. Gegas aku raih jaket di senderan kursi dan menuju keluar.

"Lunnaaa.. Mau ke mana?"
Suara Rea dari dalam kamar.
"Menghibur hantuuuuuu"

***

Yaaa... Kadang hidup ini memang lucu. Setiap manusia punya masalahnya sendiri... Tapi tergantung bagaimana mereka menyikapinya. Hantupun mempunyai masalahnya sendiri-sendiri. Seperti hantu yang saat ini bersamaku. Kami layaknya teman. Yang berjalan mencari angin di pinggir jalan. Sesekali kami berlarian menikmati dinginnya angin malam. 

 

"Lunna"

"Apa..."

"Jadikan aku lelaki tersembunyimu..."

Plak!!

Lengan kananku melayang ke  batok kepalanya bagian belakang. Ia berlari... aku mengejarnya..

Setiap mata memandangku layaknya aku ini orang gila yang berlarian sendirian. Hingga aku kelelahan.

Sekarang kami duduk di bangku taman.

"Lunna..."

"Apa"

"Kalimat yang aku katakan tadi, bukankah yang pria itu katakan untukmu kemarin malam?"

Aku memandangnya jengkel.

"Kamu ngintip?"

Tak menjawab. Hantu galau ini tersenyum nakal.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun