Mohon tunggu...
lalu salappudin
lalu salappudin Mohon Tunggu... Guru - lahir di Mataram

descargar musica gratis online descargar musica gratis de youtube Menyukai musik slow

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Amaq Stowek

8 November 2018   12:09 Diperbarui: 8 November 2018   12:09 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Di mana tempat Tuhan?" tanya kepala perampok itu.

"Tuhan ada di Bukit Tuhan," jawab Amak Stowek.

"Rupanya kamu tahu juga tempat Tuhan. Sudah berapa lama perjalananmu ini?" tanya kepala perampok itu. "Perjalananku sudah empat bulan," kata Amak Stowek dengan bersemangat. Ia tak mau diremehkan oleh para perampok itu.

"Hah," seru para perampok itu keheranan. Mereka tak percaya akan kemampuan Amak Stowek dengan separuh tubuhnya dapat melakukan perjalanan yang lamanya empat bulan lebih.

"Kalau kalian tidak percaya, lihatlah kakiku yang sudah pecah-pecah dan bekalku yang hanya tinggal sepotong ambon," kata Amak Stowek meyakinkan para perampok itu. Ditatapnya kaki dan jari-jari kaki Amak Stowek yang terinfeksi, pecah-pecah, dan berdarah. Barulah para perampok itu mempercayai kata-kata Amak Stowek. Mereka tersentuh dan terkagum-kagum dengan kesungguhan dan kesabaran Amak Stowek mencari Tuhan. Kaki separuh dan tongkat tuanya, membantu ia melakukan perjalanan yang amat berat. Ibalah hati para perampok itu. Ia amati baju dan sarung yang dikenakan Amak Stowek yang sudah sobek-sobek. Muncullah rasa kasihan yang mendalam dalam hati para perampok itu.

"Mana amakmu, saudaramu dan keluargamu?" tanya kepala perampok itu dengan penuh iba.

"Amak dan inakku sudah meninggal sejak aku kecil. Aku tidak punya saudara. Aku dibesarkan oleh seorang janda. Namun, ia sudah lama meninggal. Aku hidup sebatang kara. Segala kebutuhan hidupku, aku penuhi sendiri. Aku tidak pernah meminta-minta pada orang lain atau siapa pun. Aku tidak suka meminta sesuatu dari keringat orang lain. Aku mampu menghidupi diriku. Aku yakin, kalau kita berusaha dan berdoa pada Tuhan, maka Tuhan akan memberikannya. Asalkan tidak meminta dan mengambil hak orang lain," ungkap Amak Stowek. Para perampok itu tertegun dan malu mendengarkan kata-kata yang meluncur deras dari mulut Amak Stowek yang punya tubuh separuh itu. Mereka merasa malu karena tubuhnya yang kuat, kekar, dan sempurna itu selalu mereka gunakan untuk mencuri dan merampok harta benda hasil keringat orang lain. Akhirnya, mereka semua tertunduk lemas.

"Amak Stowek, kami percaya dengan kata-katamu. Aku hanya berpesan dan menitip salam kepada Tuhan. Tolong tanyakan kalau kami mati nanti kami akan dimasukkan ke neraka yang mana? Sampaikan kalau kami adalah para perampok dan pencuri yang selalu makan dari hasil keringat orang lain. Bahkan, kami kadang melakukan kekerasan pada orang-orang yang melawan kami," pinta para perampok itu. Amak Stowek pun mengangguk-angguk. Akhirnya, mereka menyilakan Amak Stowek melanjutkan perjalanannya. Amak Stowek pun berangkat melanjutkan perjalanan. Lembah ia lewati, padang rumput dilalui. Sungai diseberangi, bukit, pegunungan ia daki dengan penuh kesabaran dan ketabahan.

Hari berganti hari, malam berganti malam. Tak terasa, perjalanan Amak Stowek mencari Tuhan sudah berlangsung selama 5 bulan. Tapi, tanda-tanda ia akan bertemu Tuhan belum juga muncul. Segala bukit yang ia temui, ia amat-amati dan singgahi selama satu atau dua hari. Ia berharap dibukit itulah ia menemukan Tuhan. Tapi harapan itu tinggallah harapan. Hingga ia terus melanjutkan perjalanan dengan harapan akan menemukan Bukit Tuhan yang ia cari.

Hari itu, tepatnya hari Senin, Amak Stowek tiba-tiba melihat sebuah bukit di kejauhan. Bukit itu tampak berbeda dengan bukit-bukit biasanya. Dari bukit itu, tampak warna putih berkilau-kilauan. Pepohonan dan tumbuh-tumbuhan yang hidup di sekitarnya tampak jelas sekali. Padahal, jarak ia berdiri dari bukit itu masih jauh sekali. Binatang-binatang yang tinggal di situ tampak jelas. Ada yang berlari-larian dan berkejar-kejaran. Begitu pun jenis-jenis burung yang hinggap dan beterbangan di bukit itu tampak jelas terlihat. Ia sekan-akan melihat bukit dengan segala isinya ada di depannya. Hal itu membuat perasaan Amak Stowek menjadi senang tak kepalang.

"Hai Amak Stowek, itulah tempat Tuhan. Sekarang saatnya kau datang dan memprotes TuhanI" suruh setan-setan itu. Perubahan pun terjadi, Amak Stowek yang semula datang memohon pertolongan Tuhan, kini ingin memprotes Tuhan dengan rasa ketidakadilan yang diberikan padanya. Setan-setan berhasil menggoda Amak Stowek hingga akhirnya Amak Stowek berubah niat dan tujuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun