“Fitri kok belum datang juga ya, Va?” bertanya aku pada Erva.
Erva menggedikkan bahu, “Mbuh!”
Fitri teman sebangku Erva. Kebetulan mereka berdua duduk di belakangku dan Bina.
“Itu Fitri datang,” sahut Bina.
“Fit, kenapa mata kamu sembab?” tanyaku pada Fitri.
“Nah. Diputusin pacarnya, ya?” ledek Rose.
“Idih. Kamu Rose,” tegur Aini.
Memang, pagi itu wajah Fitri terlihat pucat. Matanya sembab. Seperti menangis semalaman.
“Fit, kalau ada masalah bagi-bagi dong?” pintaku pada Fitri. “Jangan pendam sendiri. Kita bersahabat, bukan?”
Fitri menggeleng. “Aku baik-baik saja,” elaknya.
“Yakin kamu tak kenapa-napa?” kejar Erva.