Dengan menggabungkan sistem navigasi inersia dan sistem posisi global, K9A1 dapat menemukan lokasi dirinya dengan lebih tepat, sementara sistem kendali penembakan ditingkatkan menggunakan pengatur sekring elektronik dan sistem kendali status amunisi. FCS baru bahkan diprogram untuk amunisi dengan jangkauan 54 kilometer.
Dalam waktu dekat K9 Thunder howitzer swagerak (self-propelled howitzer atau SPH) diprediksi akan mengalami lonjakan dalam peningkatan kemampuan dan kaulitasnya. Memanfaatkan turret atau menara tank yang sepenuhnya otomatis dibandingkan sistem pemuatan amunisi semi-otomatis, K9A2 akan mampu menembakkan sembilan+ peluru per menit dengan stabil. Jumlah kru pun dapat dikurangi dari lima menjadi tiga sehingga dapat membuat keseluhan operasi lebih efisien.
"Kemampuan K9 terus berkembang untuk memenuhi tuntutan konsep perang darat di masa depan," kata Yoon Young-ki, insinyur utama yang terlibat dalam proyek pengembangan K9A2. "Pengembangan sistem penanganan dan pemuatan amunisi otomatis penuh telah berhasil meningkatkan laju tembakan menjadi sembilan dari enam putaran per menit."
Versi K9A2 diperkirakan akan ditingkatkan lebih lanjut kapasitasnya pada dekade depan untuk memperluas jangkauan tembak dan laju tembakannya. Selain itu, versi yang lebih baru, atau K9A3, akan mampu melakukan operasi berawak/tak berawak, dengan tujuan akhir menjadikan Thunder sebagai artileri yang depenuhnya tak berawak dengan menggunakan dasar operasi teknologi kecerdasan buatan (artifcial intelligence atau AI).
"Karena jalur perkembangannya didasarkan pada evolusi sistem, semua senjata K9 dapat ditingkatkan ke versi terbaru," kata Pasi Pasivirta, direktur pengembangan bisnis (R&D) Eropa untuk Hanwha Defense. "Ini terbukti menjadi cara yang efisien untuk memerangi keusangan. Semua fitur baru juga akan tersedia untuk semua pengguna K9."
Kehadirannya di Kancah Internasional
K9 sejauh ini merupakan senjata paling populer di antara artileri SPH lainnya di dunia dengan market share sekitar 53%. Hampir 1.700 unit K9 beroperasi di beberapa negara, termasuk Korea Selatan, Turki, Polandia, India, Finlandia, Norwegia, dan Estonia.
Pesanan lebih banyak kemungkinan akan datang, mengingat Australia yang saat ini sedang dalam proses memperoleh 30 kendaraan "Huntsman" AS9 dan 15 kendaraan pasokan amunisi lapis baja AS10. Versi Australia akan dilengkapi dengan perlindungan lapis baja yang sudah ditingkatkan dan suspensi lebih baik untuk mengatasi peningkatan bobot kendaraan. Bobot tempur AS9 diketahui berada di kisaran 50 ton.
Terkesan dengan performa tempur K9 yang luar biasa, pelanggan K9 seperti Norwegia dan India dikatakan mempertimbangkan untuk membeli lebih banyak lagi K9.
"Selain kemampuan medan perang yang unggul, K9 memiliki keunggulan dalam hal biaya operasional dan pemeliharaan, karena artileri dioperasikan dalam skala besar secara global," kata Jeff Sung, juru bicara Hanwha Defense. "Selain itu, pengembangan modifikasi sesuai kebutuhan pelanggan berlangsung cepat dan sukses melalui berbagai program lokalisasi, termasuk kemitraan lokal dan transfer ilmu dan teknologi."
Prospek K9 Thunder di Indonesia