Mohon tunggu...
LALA DEWANTI
LALA DEWANTI Mohon Tunggu... Mahasiswa - UNIVERSITAS PGRI KANJURUHAN MALANG

MHS.UNIKAMA - PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA (PBSI)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Genre Sastra Menurut Renne Wellek dan Austin Warren

12 April 2022   05:28 Diperbarui: 12 April 2022   05:29 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Genre Sastra menurut Renne Wellek dan Austin Warren.

Croce pernah melontarkan sebuah jawaban bahwa sastra merupakan puisi, drama, dan novel yang disatukan. Dan tentunya jawaban ini tidak sesuai dengan sejarah sastra.

Sastra bukanlah sekedar nama belaka, karena konversi sastra membentuk sebuah ciri dari karya. Jenis sastra dapat dianggap sebagai perintah kelembagaan yang memaksa penciptanya.

Jenis sastra adalah suatu lembaga, dan seperti layaknya manusia yang hidup dan mengkespresikan dirinya, begitu pula dengan sastra yang hidup.

Sastra dan sejarah sastra diklarifikasikan berdasarkan tipe struktur atau susunan sastra tertentu, itulah definisi dari teori genre.

Misal penilaian seseorang terhadap suatu karya ditentukan oleh pengalaman dan konsepsi seseorang terhadap suatu karya itu sendiri dan konsepsi seseorang terhadap suatu karya dapat diubah oleh pengalaman dan penilaian seseorang mengenai karya tersebut.

Ada beberapa pertanyaan mengenai sastra, diantara lain, "apakah teori tentang jenis sastra mengandung pengandaian bahwa setiap karya termasuk dalam suatu jenis tertentu?" dan "apakah setiap karya memiliki suatu hubungan sastra yang erat dengan karya yang lain sehingga studi terhadap karya itu dapat didukung oleh studi terhadap karya yang lain?.

Dan jika pertanyaannya seperti "apa genre bersifat tetep" maka jawabannya mungkin saja tidak. Kategori akan bergeser, jika ada penambahan bahan beberapa karya baru.

Salah satu ciri penulisan kritik adalah penyebaran suatu pengelompokan baru, suatu pola generik baru dan sebuah penemuan.

Aristoteles dan Horace menggolongkan dua jenis utama sastra, yaitu tragedi dan epik. Dan aristoteles sadar bahwa ada perbedaan mendasar antara drama, epik, dan lirik.

Teori modern membagi sastra-rekaan menjadi fiksi, drama, dan puisi. Vietor juga menyarankan istilah genre tidak digunakan untuk ketiga kategori tersebut, karena penerapannya lebih sulit.

Plato dan Aristoteles membagi kategori tersebut: puisi lirik adalah diri dari penyair sendiri, dalam novel pengarang berbicara sebagai dirinya sendiri, dalam naratif campuran sebagai narator ia membuat tokohnya berbicara dalam wacana langsung, dan dalam drama pengarang akan bersatu dengan para tokohnya.

Hobbes menuliskan surat kepada Davenant yang berisi bahwa ia berusaha mencari sifat-sifat dasar dari ketiga jenis diatas. Ia membagi tiga jenis puisi, yaitu puisi heroik, puisi scommatic, dan puisi pastoral.

E.S. Dallas mengelompokan puisi yang lain menjadi tiga, yaitu puisi drama yang memakai orang kedua dan kata kerja present (waktu saat ini), puisi cerita memakai orang ketiga dan kata kerja past (masa lampau), dan puisi lagu memakai orang pertama dan kata kerja future (yang akan datang).

Sedangkan John Erskine berpendapat bahwa puisi lagu memakai kata kerja present, puisi drama memakai kata kerja past, dan puisi cerita memakai kata kerja future.

Sedangkan Roman Jakobson berpendapat lain, bahwa puisi lagu memakai bentuk orang pertama tunggal dan memakai kata kerja present, puisi cerita memakai bentuk orang ketiga dan kata kerja past.

Bagi Aristoteles dan orang-orang yunani, ciri epik ("fiksi" dan "novel") adalah penyampaian secara lisan. Karya-karya Homer yaitu puisi yang diceritakan oleh sang pembaca, puisi elegi diiringi dengan seruling, dan puisi melic atau lirik diiringi oleh alat musik. Dan sekarang puisi dan novel adalah karya yang dibaca oleh masing-masing pembaca.

Untuk membedakan drama dan cerita rekaan kita perlu membagi komponen komponennya menjadi narasi langsung dan narasi melalui dialog untuk mencari definisi penggolongan tiga jenis yang pokok, menjadi narasi, dialog dan lagu.

Pada abad ke-18 prosa terdiri dari dua jenis, yaitu novel dan romansa, dan pembagian seperti inilah yang sebaiknya disebut sebagai "genre".

Genre dianggap sebagai sesuatu yang serius pada abad ke-17 dan ke-18. Pada doktrin Neo-Klasik, genre-genre harus memiliki perbedaan yang jelas, tetapi pada kritik-kritik Neo-Klasik tidak ditemukan pembahasan yang konsisten mengenai metode penentuan perbedaan genre.

Hugh Blair membahas beberapa bab dalam Rhetoric and Belles letters, tetapi ia tidak membahas tentang prinsip-prinsipnya dalam membuat klasifikasi sastra.

Neo-Klasik tidak menerangkan tentang perbedaan dasar tersebut karena pada sejarahnya, kecenderungannya adalah bersikap konservatif dan mempertahankan jenis tradisi puitis yang berasal dari tradisi kuno.

Kesetiaan pada jenis adalah sebuah doktrin yang bersumber dari teori Horace dan doktrin Aristoteles yang bersifat mengikuti atau menjabarkan suatu ajaran tanpa kritik dan menekankan pada pengalaman dan mengutamakan pendidikan.

Kedudukan jenis-jenis sastra tidak diukur dari jumlah pembaca atau pendengar, doktrin ini merupakan campuran dari doktrin sosial, moral, estetis, hedonistis, dan tradisional.

Apakah soneta, rondeau, dan balada termasuk genre, atau lebih rendah?, penulis-penulis jerman dan prancis menyebutnya sebagai bentuk bentuk tetap untuk membedakannya dari genre.

Genre dilihat sebagai kelompok karya sastra yang didasarkan pada struktur tertentu dan bentuk dalam atau sikap,nada, tujuan, isi,dan khalayak pembaca.

Pada tulisan-tulisan dalam bahasa perancis dan jerman tentang genre, ditunjukkan bahwa setelah abad ke-18, orang tidak berharap bahwa puisi ditulis dengan struktur pola yang berulang dan didukung oleh pandangan bahwa pada tahun 1840-1940 adalah periode yang sangat menyimpang dari sebelumnya.

Tetapi sebenarnya pada abad ke-19 adalah bukan menghilangnya kepatuhan terhadap genre sama sekali tetapi lebih tepatnya terdapat pergesaran konsepsi genre. Pada abad ini pula pembaca semakin luas dan semakin banyak genre baru yang muncul.

Novel sejarah adalah novel yang berkaitan dengan masa lalu, novel ini isinya lebih tidak terbatas, dan berkaitan dengan gerakan romantisme serta nasionalisme. Sedangkan novel gotik adalah genre yang mencangkup genre naratif prosa. Pada novel ini terdapat isi dan tema yang terbatas dan digunakan secara tetap.

Konsepsi kita terhadap genre harus bertolak dari sisi formalitas dan membuat genre berdasarkan jumlah suku kata atau bentuk daripada isi.

Dalam sastra setelah abad ke-18 tingkat bentuk semacam adegan perang dan adengan turun ke Dunia Bawah tidak mudah ditemukan, kecuali dalam drama paripurna atau dalam novel detektif yang mempunyai struktur alur tertutup.

Pada teori genre harus dibedakan antara teori klasik dan teori modern. Teori klasik bersifat mengatur dan memberi pola, sedangkan teori klasik tidak hanya percaya bahwa genre yang satu berbeda dengan genre lainnya. Inilah doktrin yang dikenal sebagai "kemurnian genre".

Doktrin ini menuntut kesatuan nada, kesaderhanaan, konsentrasi emosi tunggal kemurnian gaya tertentu dan plot serta tema tunggal.

Teori klasik membuat perbedaan sosial pada setiap genre, seperti epik dan tragedi menyangkut kelas tinggi (raja, dan bangsawan), komedi menyangkut kelas menengah, satire dan farce kelas bawah atau rakyat. Perbedaan ini berkaitan dengan doktrin "moral kelas", perbedaan gaya dan diksi tinggi, sedang,rendah. Aliran klasik secara tidak sadar bersikap tidak toleran terhadap sistem, jenis, dan bentuk estetis lain. Demikian pula sikapnya terhadap genre.

Teori genre modern bersifat deskriptif dan tidak membatasi jumlah jenis sastra dan tidak menentukan aturan untuk pengarang dan lebih tertarik mencari persamaan umum dari setiap jenis sastra serta kesamaan teknik dan tujuan sastra.

Soneta dan fugue adalah bentuk yang mudah dikenali dalam seni musik. Pola yang sudah umun dan berulang mungkin akan membosankan, tetapi pola yang baru mungkin akan sulit dipahami. Genre memberikan teknik yang dapat digunakan oleh penulis dan sudah dipahami para pembaca.

Henry Wells mengatakan, pendekatan genre yang memperhatikan perkembangan internal sastra adalah genetika sastra.

Beberapa topik mengenai teori genre, yang pertama adalah genre sastra yang telah berkembang berasal dari genre-genre primitif yang akan dan terus berkembang. Selanjutnya adalah kesinambungan genre antara sejarah sastra prancis, dan khotbah abad ke-17 yang menjadi puisi lirik abad ke-19, dan kesinambungan ini didasarkan pada kecenderungan para pengarang dan pembacanya.

Sejarah tragedi sendiri harus ditulis menggunakan metode ganda, yang pertama tragedi harus dijabarkan secara umum, lalu melihat kesinambungan antara aliran tragedi satu periode dan satu negara dan aliran setelahnya, serta pembagian urutan secara kritis.

Masalah genre merupakan masalah yang berkiatan dengan sifat dari bentuk-bentuk sastra yang universal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun