Plato dan Aristoteles membagi kategori tersebut: puisi lirik adalah diri dari penyair sendiri, dalam novel pengarang berbicara sebagai dirinya sendiri, dalam naratif campuran sebagai narator ia membuat tokohnya berbicara dalam wacana langsung, dan dalam drama pengarang akan bersatu dengan para tokohnya.
Hobbes menuliskan surat kepada Davenant yang berisi bahwa ia berusaha mencari sifat-sifat dasar dari ketiga jenis diatas. Ia membagi tiga jenis puisi, yaitu puisi heroik, puisi scommatic, dan puisi pastoral.
E.S. Dallas mengelompokan puisi yang lain menjadi tiga, yaitu puisi drama yang memakai orang kedua dan kata kerja present (waktu saat ini), puisi cerita memakai orang ketiga dan kata kerja past (masa lampau), dan puisi lagu memakai orang pertama dan kata kerja future (yang akan datang).
Sedangkan John Erskine berpendapat bahwa puisi lagu memakai kata kerja present, puisi drama memakai kata kerja past, dan puisi cerita memakai kata kerja future.
Sedangkan Roman Jakobson berpendapat lain, bahwa puisi lagu memakai bentuk orang pertama tunggal dan memakai kata kerja present, puisi cerita memakai bentuk orang ketiga dan kata kerja past.
Bagi Aristoteles dan orang-orang yunani, ciri epik ("fiksi" dan "novel") adalah penyampaian secara lisan. Karya-karya Homer yaitu puisi yang diceritakan oleh sang pembaca, puisi elegi diiringi dengan seruling, dan puisi melic atau lirik diiringi oleh alat musik. Dan sekarang puisi dan novel adalah karya yang dibaca oleh masing-masing pembaca.
Untuk membedakan drama dan cerita rekaan kita perlu membagi komponen komponennya menjadi narasi langsung dan narasi melalui dialog untuk mencari definisi penggolongan tiga jenis yang pokok, menjadi narasi, dialog dan lagu.
Pada abad ke-18 prosa terdiri dari dua jenis, yaitu novel dan romansa, dan pembagian seperti inilah yang sebaiknya disebut sebagai "genre".
Genre dianggap sebagai sesuatu yang serius pada abad ke-17 dan ke-18. Pada doktrin Neo-Klasik, genre-genre harus memiliki perbedaan yang jelas, tetapi pada kritik-kritik Neo-Klasik tidak ditemukan pembahasan yang konsisten mengenai metode penentuan perbedaan genre.
Hugh Blair membahas beberapa bab dalam Rhetoric and Belles letters, tetapi ia tidak membahas tentang prinsip-prinsipnya dalam membuat klasifikasi sastra.
Neo-Klasik tidak menerangkan tentang perbedaan dasar tersebut karena pada sejarahnya, kecenderungannya adalah bersikap konservatif dan mempertahankan jenis tradisi puitis yang berasal dari tradisi kuno.