Di Korea tepatnya di Sin Angun Jangsan Gaesbeol merupakan pulau pulau kecil dari kota Jeollanam do.
Di pulau ini penduduknya sebagian ada yang menjadi petani garam dan ada juga yang menjadi nelayan.
Kebanyakan yang menjadi nelayan merupakan penduduk dari desa hampyeong, yeong gwang, Sin Angun, Lan domyeon dan Mokpo dipulau Muan gu.
Kebetulan warganya bukanlah nelayan biasa, tapi kebanyakan nelayan penangkap nagji dan sebalnagji. Yup nagji adalah sejenis gurita besar sementara sebalnagji adalah jenis gurita berbadan kecil.
Khusus gurita berbadan kecil alias ramping banyak terdapat di pulau Muan -gu. Karena dipulau ini lumpurnya beda dari lumpur yang lain. Bisa dilihat dari warna lumpurnya yang berwarna kemerahan. Inilah yang disebut lumpur Muan gasebeol.
Tidak sembarangan orang bisa menangkap gurita ditempat tersebut, yang diperbolehkan adalah penduduk lokal saja. Kecuali ketika diadakan festival menangkap gurita oleh pemerintah daerah.
Bagi nelayan di desa Sin Angun, Mokpo ataupun Hampyeong dibagian timur Jeollanamdo berburu gurita didalam lumpur tidaklah sesulit yang diperkirakan. Kebanyakan dari mereka mengandalkan insting dan memperhatikan kondisi lumpur. Bahkan jika telah ahli hanya dengan melihat kondisi lumpur saja tahu disitu ada guritannya atau tidak.
Jika terdapat lumpur yang terlihat ada lubang kecil maka biasanya ditempat itulah gurita bersembunyi. Sekali menangkap biasanya mereka memperoleh 70 ekor gurita jika sudah ahli bisa lebih dari itu.
Kenapa juga harga gurita bisa begitu mahal. Ya iyalah carinya aja didalam lumpur masa mau murah sih. Orang Korea percaya bahwa gurita memiliki manfaat yang sangat baik untuk manusia seperti dapat meningkatkan daya tahan tubuh, baik untuk kesehatan hati dan jantung. Gurita juga sebagai makanan diet dan mampu mencegah anemia serta baik untuk kecerdasan anak.
Sayangnya tidak semua orang bisa memakan gurita. Ada juga orang yang memang tidak disarankan mengkonsumsi gurita.
Orang Korea mengenal Laeeun in orang yang memeliki kecenderungan untuk tidak mengkonsumsinya. Sedangkan taeyang in orang yang baik untuk mengkonsumsi gurita.
Nelayan gurita (obu) biasanya berburu gurita saat musim gugur dan musim semi dimana saat dua musim itulah biasanya gurita sedang banyak banyalnya.
Yup karena dimusim dingin gurita biasanya tidur. Iya akan mencari makanan ketika musim semi berakhir hingga musim gugur berakhir.
Orang Korea di Jeollanam do tidak akan mengambil gurita yang sedang hamil atau yang masih kecil. Jika hasil tangkapannya ada gurita yang sedang hamil maka pasti dikembalikan dan dibiarkan hidup.
Alasannya karena kemanusiaan, menurut para nelayan di Jeollanam do manusia tidak boleh serakah jika semua semua dimakan terus bagaimana mereka akan berkembang biak dan bertaham hidup. Ditambah lagi mereka mengandalkan gurita sebagai mata pencahatiannya. Bukan tidak mungkin jika mereka serakah gurita di pulau tersebut habis. Terus mereka mau makan apa?
Duhh sungguh salut banget saya saat mendengar penuturan mereka. Yup benar banget pemikiranya, jadi orang jangan serakah. Harus memikirkan kedepannya juga. Kalau saat ini tidak dijaga bagaimana mungkin depan harinya gurita masih ada dipulau itu.
Yang lebih bikin saya salut lagi adalah. Ketika musim gugur berakhir saat memasuki musim dingin beberapa nelayan sengaja menangkap induk gurita yang sedang hamil untuk di masukkan kedalam kolam agar gurita yang hamil bisa bertahan hidup dimusim dingin.
Bukan hanya gurita kecil saja yang dilepas tetapi induk gurita yang telah bertelurpun akan dilepas bersamaan. Biasanya induk telur tersebut tubuhnya menjadi lemas dan kaki kakinya terputus sampai induk gurita tersebut mati. Dengan begitu tubuh induk gurita akan dimakan oleh anak anaknya.
Ya ampun benar benar ibu yang baik hati banget ya? Rela memberi tubuhnya agar anak anaknya bisa bertahan hidup. Sungguh kasih ibu hingga akhir hayat itu namanya.
Begitulah kearifan lokal nelayan Jeollanam do yang tidak serakah mengambil semua tangkapannya agar gurita dipulau tersebut tetap dapat selalu ditemukan. Terbukti dengan upaya mereka yang ikut kelestarikannya.
Ada juga nagji yeonpotang dan juga Nagji jeongol berupa sup pedas dimasak bersama sayur mayur berupa jamur, kucai, wortel, kerang dan udang. Ini juga tak kalah rasanya dengan yang lain. Bagi yang suka pedas dan berkuah cocok jika mencobanya.
Seumur umur saya belum pernah coba makan ini, karena gak tega banget lihatnya dalam keadaan mentah dan masih bergerak gerak dimakan. (sadeesssss kata sulung saya mah)
Mungkin bagi kebanyakan orang Indonesia makan gurita tidaklah familyar karena biasanya setahu saya gurita sangat jarang dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia, tapi tak ada salahnya jika mencoba makan gurita.
Yuk makan gurita ^_^
Salam Sya. 2019.10.13
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H