Mohon tunggu...
Syasya_mama
Syasya_mama Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Ibu 2 Putri, Indonesia - Korea 가는 말이 고와야 오는 말이 곱다 (Jika kata yang keluar baik, kata yang akan datang pun akan baik )

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Mengintip Gulyong Maeul Pemukiman Tidak Mampu di Gangnam Korea

29 September 2019   11:53 Diperbarui: 29 September 2019   17:46 4312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Karpet tebal dipasang di atap agar jika musim panas tetap teduh dan saat musim dingin bisa hangat. Jangan ditanya kenyamanan di pemukiman ini, jika musim panas tiba lalar dan nyamuk begitu banyaknya. 

Kalau tak ada obat nyamuk tak akan bisa tidur. Pemukiman inipun masing-masing rumah tak memiliki toilet namun tersedia toilet umum. Dan toilet juga berbentuk toilet zaman dulu tahun 70 an. 

Walaupun pemukiman Gulyong yang padat dan terbilang kumuh namun tak ada sampah yang berserakan di tempat itu, terbukti di jalan-jalan sungguh bersih. Hanya bangunannya saja yang tampak kumuh namun pemandangan jalanannya terjaga kebersihannya. 

Dari sini saya bisa berasumsi bahwa kebersihan tetap nomer satu bagi orang Korea. Di samping karena memang peraturan tak boleh membuang sampah sembarangan namun saat berada di dalam gubuk pemukiman Gulyong memang bersih juga. Salut dengan kebersihan mereka.

Para penghuninya sungguh benar-benar kekeluargaan sekali, mereka sering berbagi makanan dengan penghuni lain. Dan kondisi seperti ini sudah tidak didapat di kota kota besar. Yang kebanyakan sudah elu elu gw gw. 

Biasanya dulu saat ada penghuni yang mau pindah gubuknya dijual dengan orang lain. Akibatnya yang membeli gubuk tersebut tak mau pindah dan merasa itu miliknya. 

Namun sekarang pemerintah mulai berlaku tegas mereka akan menyegel bangunan yang sudah tak berpenghuni. Merekapun tidak mengusir para penghuni Gulyong walau bagaimanapun mereka merupakan warga negara yang harus dilindungi juga.

Jadi keberadaan  Pemukiman Gulyong bisa jadi potret orang orang pinggiran yang tidak sanggup menghadapi kemajuan jaman.  Mereka hidup seolah ditahun 1970an dengan keterbatasan dana dan sebagian besar warganya merasa  nyaman hidup seperti itu kota rasa desa di daerah Gangnam. 

Hikmah kondisi seperti ini adalah "Syukurilah apa yang kita miliki karena kebahagian seseorang tidak bisa dinilai dari kekayaan materi tetapi kekayaan hatilah yang dapat memberikan kebahagiaan"

Salam Sya, 2019.09.29

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun