Siapa yang tak kenal Gangnam hayuuk ngaku? Jelas tau kan ya? Gangnam populer sejak ada lagu Korea yang berjudul Gangnam Style yang diyanyikan oleh Psy.
Gangnam merupakan kota yang dihuni oleh orang orang kaya bahkan super kaya. Yap ditempat inilah kalau ingin bertemu orang kaya Korea.
Dengan super duper kemewahanya, mulai dari mobilnya hingga pakaian dan berlian yang dipakai. Biasanya jika ada yang berkata "Saya punya apartemen di Gangnam" orang Korea langsung berkata "Wuuuuuuu mantap, ajak saya mampir ya?" hemmm begitulah kekayaan membuat silau mata yang memandangnya.
Namun tahukah kalian bahwa ada sebuh pemukiman di kota Gangnam yang bernama Gulyong Maeul yang bertolak belakang dengan penghuni gangnam sendiri? Yap di Gulyong Maeul dihuni oleh orang orang yang tidak mampu alias orang miskin.
Suatu ketika saat melintasi jalan menuju pusat kota Gangnam saya melihat bagunan bangunan yang aduhai beda banget dengan di seberangnya. Di sisi lain Gedung Pencakar langit sebelahnya bagunan ala kadarnya. "Pap itu pemukiman miskin apa?" ucap saya kala itu.
Paksu (pak suami) agak melotot matanya "Tolong kata miskin diganti dengan orang tidak mampu, mam" ucap paksu serius "Siap pak boss" sambil mesem mesem minta dijelaskan.
Paksu pun menerangkan bahwa kata "Miskin" tidaklah pantas diucapkan itu termasuk kata yang tidak sopan diucapkan bagi orang Korea. Paksu pun menerangkan itu pemukiman orang-orang yang tidak mampu yang bernama Gulyong Maeul, pulangnya nanti kita mampir kalau mau melihat lihat.
Di sinilah dua sisi perbedaan yang mencolok dapat kita lihat. Betapa perbedaan itu ada dan dapat menyelaraskan kehidupan. Di Gulyong Maeul kondisinya lebih menyedihkan dari tahun 70 an.
Yup kemajuan daerah ini seolah terhenti tidak bisa maju dan tidak dapat mundur juga alais tetap begitu gitu saja. Sebuah daerah yang jika dicari di google map tidak akan ditemukan, karena kota yang dihuni sekitar 4122 jiwa dan 1850 gubuk ini tidak memiliki alamat yang pasti.
Lho kok bisa sampai tidak memiliki alamat? Yap sebenarnya orang-orang di daerah ini tidak memiliki izin untuk mendirikan bangunan. Walau aslinya dahulu ada beberapa rumah yang memang memiliki izin, namun sejak tahun 1985 kondisinya berubah.
Banyak pendatang dari luar kota yang dengan sengaja mendirikan bangunan ala kadarnya. Hingga 1988 semakin banyak bangunan ilegal di tempat tersebut berdiri.
Olimpiade diadakan di kota-kota besar di Korea, akibatnya kota ditata sedemikian rupa hingga membuat orang-orang yang tidak mampu tersingkir dari tempatnya dan menemukan sebuah lokasi dilereng gunung Gulyong San yang terletak dipusat kota Seoul.
Hingga kini daerah Gulyong Maeul dan Gangnam tak ubahnya seperti bumi dan langit, terlihat perbedaan yang sangat mencolok antara si kaya dan simiskin.
Berada di pemukiman Gulyong bisa lihat gedung gedung pencakar langit yang gemerlap, sementara dari apartemen apartemen Gangnam bisa melihat potret suram dan remang remangnya pemukinam Gulyong.
Pemukiman ini awalnya tak memiliki listrik dan air bersih namun sejak 10 tahun terakhir baru ada aliran listrik dan air di pemukiman ini. Untuk pasokan bahan bakar mereka mengunakan tabung gas isi ulang.
Agar musim dingin air tetap mengalir maka pipa-pipa dipasang kain tebal agar air tidak membeku saat musim dingin.
Penduduk Gulyong kebanyakan telah menetap di lokasi tersebut kurun waktu 30 tahunan, dan yang dulunya muda kini kebayakan penghuninya berusia lanjut. Pekerjaan sehari hari mereka hanyalah pekerja kasar dari tukang bangunan hingga perkerja paruh waktu.
Gubuk-gubuk di Gulyong terbuat dari bahan baku ala kadarnya tambal tambalan, apa saja bisa kayu bekas bisa juga terpal terpal yang penting bisa untuk berteduh. Bahkan atapnya dari karpet karpet tebal yang ditumpuk tumpuk kemudian dikasih terpal agar tak tembus air.
Karpet tebal dipasang di atap agar jika musim panas tetap teduh dan saat musim dingin bisa hangat. Jangan ditanya kenyamanan di pemukiman ini, jika musim panas tiba lalar dan nyamuk begitu banyaknya.
Kalau tak ada obat nyamuk tak akan bisa tidur. Pemukiman inipun masing-masing rumah tak memiliki toilet namun tersedia toilet umum. Dan toilet juga berbentuk toilet zaman dulu tahun 70 an.
Walaupun pemukiman Gulyong yang padat dan terbilang kumuh namun tak ada sampah yang berserakan di tempat itu, terbukti di jalan-jalan sungguh bersih. Hanya bangunannya saja yang tampak kumuh namun pemandangan jalanannya terjaga kebersihannya.
Dari sini saya bisa berasumsi bahwa kebersihan tetap nomer satu bagi orang Korea. Di samping karena memang peraturan tak boleh membuang sampah sembarangan namun saat berada di dalam gubuk pemukiman Gulyong memang bersih juga. Salut dengan kebersihan mereka.
Para penghuninya sungguh benar-benar kekeluargaan sekali, mereka sering berbagi makanan dengan penghuni lain. Dan kondisi seperti ini sudah tidak didapat di kota kota besar. Yang kebanyakan sudah elu elu gw gw.
Biasanya dulu saat ada penghuni yang mau pindah gubuknya dijual dengan orang lain. Akibatnya yang membeli gubuk tersebut tak mau pindah dan merasa itu miliknya.
Namun sekarang pemerintah mulai berlaku tegas mereka akan menyegel bangunan yang sudah tak berpenghuni. Merekapun tidak mengusir para penghuni Gulyong walau bagaimanapun mereka merupakan warga negara yang harus dilindungi juga.
Jadi keberadaan Pemukiman Gulyong bisa jadi potret orang orang pinggiran yang tidak sanggup menghadapi kemajuan jaman. Mereka hidup seolah ditahun 1970an dengan keterbatasan dana dan sebagian besar warganya merasa nyaman hidup seperti itu kota rasa desa di daerah Gangnam.
Hikmah kondisi seperti ini adalah "Syukurilah apa yang kita miliki karena kebahagian seseorang tidak bisa dinilai dari kekayaan materi tetapi kekayaan hatilah yang dapat memberikan kebahagiaan"
Salam Sya, 2019.09.29
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H