Karpet tebal dipasang di atap agar jika musim panas tetap teduh dan saat musim dingin bisa hangat. Jangan ditanya kenyamanan di pemukiman ini, jika musim panas tiba lalar dan nyamuk begitu banyaknya.
Kalau tak ada obat nyamuk tak akan bisa tidur. Pemukiman inipun masing-masing rumah tak memiliki toilet namun tersedia toilet umum. Dan toilet juga berbentuk toilet zaman dulu tahun 70 an.
Walaupun pemukiman Gulyong yang padat dan terbilang kumuh namun tak ada sampah yang berserakan di tempat itu, terbukti di jalan-jalan sungguh bersih. Hanya bangunannya saja yang tampak kumuh namun pemandangan jalanannya terjaga kebersihannya.
Dari sini saya bisa berasumsi bahwa kebersihan tetap nomer satu bagi orang Korea. Di samping karena memang peraturan tak boleh membuang sampah sembarangan namun saat berada di dalam gubuk pemukiman Gulyong memang bersih juga. Salut dengan kebersihan mereka.
Para penghuninya sungguh benar-benar kekeluargaan sekali, mereka sering berbagi makanan dengan penghuni lain. Dan kondisi seperti ini sudah tidak didapat di kota kota besar. Yang kebanyakan sudah elu elu gw gw.
Biasanya dulu saat ada penghuni yang mau pindah gubuknya dijual dengan orang lain. Akibatnya yang membeli gubuk tersebut tak mau pindah dan merasa itu miliknya.
Namun sekarang pemerintah mulai berlaku tegas mereka akan menyegel bangunan yang sudah tak berpenghuni. Merekapun tidak mengusir para penghuni Gulyong walau bagaimanapun mereka merupakan warga negara yang harus dilindungi juga.
Jadi keberadaan Pemukiman Gulyong bisa jadi potret orang orang pinggiran yang tidak sanggup menghadapi kemajuan jaman. Mereka hidup seolah ditahun 1970an dengan keterbatasan dana dan sebagian besar warganya merasa nyaman hidup seperti itu kota rasa desa di daerah Gangnam.
Hikmah kondisi seperti ini adalah "Syukurilah apa yang kita miliki karena kebahagian seseorang tidak bisa dinilai dari kekayaan materi tetapi kekayaan hatilah yang dapat memberikan kebahagiaan"
Salam Sya, 2019.09.29
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H