Ada butir-butir air mata,
pada kelopak matanya yang kini layu..
kubisikkan salam waktu itu,
tapi dia malah menangis,
siapa kau?
Aku cucumu, lahir dari rahim  menantu pertamamu,Nenek.
Lalu, dia tambah berair mata.
"Aku lupa, aku tak tahu" sesumbar.
Dia meraung, bukan marah tapi bingung.
kenapa lupa memakan segala?
Matanya berwarna abu,
tatapan lurus kedepan, sesekali menoleh padaku yang terpaku.
ada yang ingin kubisikkan.
Dia lebih ringan dari biasanya.
kubopong bersama paman
kucium aroma tubuhnya.
tak ada yang berubah, tetap nenek seperti waktu kecil dulu.
Di tengah-tengah rumah.
Semua bermaaf..
Aku di sampingnya.
mengambil gambar satu dua tiga
kelak..itulah foto terakhir kami.
inginku berbisik sesuatu kala itu.
tapi dia, kembali menangis,
bertanya, "Siapa Kau?"
Ah, mengapa lupa memakan segala!
Tubuh itu, kini tak akan bertanya lagi,
tidak menangis lagi,
kini kamilah yang menangis untuknya,
dan waktu seolah menerbangkan kembali
semua kenangan tentangnya
tentang wanita yang suka berkebun, yang selalu tertawa,Â
yang matanya begitu ramah,
dan dia akan hidup, di tiap doa-doa kami.
untuk wanita yang menjadi simpul doa ayah,
untuk wanita, yang sangat ayah hormati,
untuk wanita yang sangat berjasa bagi ayah..
untuk wanita yang sangat aku rindukan.
Tahun ini, adalah syawal terakhir kita.
aku tak bisa menembus nirwana,
tapi, aku harap..doaku sampai ke arashNya.
husnul Khatimah..
Amiin ya Robbal Alamin..
Salam sayang,
CucundaÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H