Disinilah mahasiswa berperan lebih  yang merupakan  bagian dari implementasi Tri Dharma Perguruan Tinggi, dimana menjadi mahasiswa merupakan sebuah amanat untuk menjawab dan berperan terhadap problematika yang dihadapi bangsa. Hadirnya dan keterlibatan mahasiswa dalam program SDGs ini menjadi suatu tantangan tersendiri bagi mahasiwa, karena disini, sesuai fungsi mahasiswa, yaitu mahasiswa diharapkan mampu berpikir kreatif dan inovatif. Kreatif yaitu membawa ide-ide baru dan inovatif yaitu menemukan cara-cara yang inovatif untuk menjawab semua persoalan yang ada. Cara berpikir ini diperlukan untuk mendukung program SDGs terutama dalam poin kedua yaitu Zero Hunger dan dikhususkan pembangungan pertanian berkelanjutan sebagai salah satu solusinya.
Mahasiswa sebagai Agent Of Change, yaitu mahasiswa memberi kontribusi nyata terhadap masyarakat. Mahasiswa sebagai Control Sosial, yaitu mahasiwa sebagai seseorang yang memiliki Pendidikan tinggi di masyarakat tentunya harus kritis dan peduli terhadap semua problematika yang terjadi di masyarakat. Disini pemikiran, ide, inovasi ataupun aspirasi diusahakan untuk mengembangkan menjadi lebih baik dan dapat diterima untuk direalisasikan. Inovasi inovasi ini tentunya tidak terlepas dari teknologi. Adapun beberapa inovasi yang melibatkan teknologi yang  dapat dilakukan oleh mahasiswa dalam Zero Hunger yaitu :
- Mencoba menciptakan sebuah aplikasi berbasis smartphone ataupun berupa website, dimana aplikasi ini digunakan sebagai penghubung antara petani yang bertindak sebagai produsen dan pemasok yang bertindak sebagai distributor ataupun pihak konsumen secara langsung, dengan adanya aplikasi  ini maka akan mempermudah para petani untuk memasarkan secara digital hasil produk pertaniannya. Dalam hal ini mahasiswa mempunyai tugas sebagai pendamping petani dan memberikan edukasi mengenai cara kerja dari aplikasi ini, karena mayoritas petani masih dalam tahap belajar dalam penggunaan smartphone.
- Setelah membahas mengenai cara pemasaran, selanjutnya adalah website atau aplikasi digital untuk mendeteksi hama penyakit, gulma, dan permasalahan pengelolaan lainnya. Dengan adanya program softwear digital ini maka akan sangat membantu para petani dalam mengidentifkasi penyakit tanaman yang menyerang tanamanya. Sistem kerjanya yaitu dengan mengambil gambar pada tanaman yang terserang dan menulis deskripsi ciri-ciri apa aja yang ditunjukkan. Aplikasi atau website ini dihubungkan dengan para peneliti pertanian. Peran mahasiswa disini yaitu melakukan penyuluhan. Peran dari Penyuluh adalah dapat mempengaruhi sasaran melalui perannya sebagai edukasi, inovasi, fasilitasi, konsultasi, pemantauan, evaluasi, maupun sebagai penasehat petani (Mardikanto, 2009:30).
- Mempromosikan inovasi hidroponik, dimana hidroponik ini sangat memungkinkan untuk dilakukan oleh semua kalangan masyarakat, karena lahan yang dibutuhkan tidak seluas jika dibandingkan pertanian konvensional pada umumnya. Inovasi hidroponik ini berupa pemanfaatan sel surya dan pengecekan PH tanaman secara berkala menggunakan peran teknologi dalam penggunaanya. Teknologi ini memungkinkan tanaman memperoleh asupan nutrisi yang proporsional (tidak kekurangan dan kelebihan)(Andaluz et al., 2016). Disamping itu terdapat penerapan teknologi monitoring dan pengontrol kadar PH dan konsentrasi nutrisi untuk tanaman selada yang meningkatkan produktivitas dan efesiensi (Domingues et al., 2012). Terdapat pula pemanfaatan panel surya untuk penyuplai tenaga listrik untuk pompa air pada sistem hidroponik (Langridge, Lawrancedagger and Wichert, 1996). Selain menggunakan energi surya, juga ada inovasi lainnya diantaranya hidroponik yang memanfaatkan air AC dan penggunaan rooftop sebagai pengganti lahan dimana direkomendasikan untuk masyarakat perkotaan.
- Membuat inovasi pendeteksi nutrisi pada makanan yang dilengkapi oleh sensor, dengan adanya alat ini maka akan sangat membantu masyarakat dalam mengetahui nutrisi yang terkandung dalam makanan sehingga bisa mengontrol nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh dengan pas, tidak kekurangan yang bisa mengakibatkan kekurangan gizi yang berdampak pada kelaparan dan juga tidak kelebihan yang dapat mengakibatkan obesitas.
- Mempromosikan gerakan mengumpulkan makanan berlebih yang masih layak konsumsi. Seperti yang dilakukan oleh komunitas garda pangan di Surabaya. Di kegiatan ini, makanan yang sudah dikumpulkan, di lakukan penyortiran untuk memisahkan makanan yang layak konsumsi. Selanjutnya, dibagikan kepada pihak yang membutuhkan. Hal ini berperan pada kontribusi di Zero Hunger. Untuk penyaluran kepada pihak yang membutuhkan dapat diterapkan inovasi berbasis internet yang menjadi jembatan antara pihak distributor dan pihak yang membutuhkan.
Kesimpulan
   Dengan tercapainya zero hunger adalah suatu hal yang sangat menarik bagi bangsa Indonesia, karena tidak ada lagi kejadian kelaparan, kekurangan gizi atau nutrisi. Selain itu dengan adanya pembangunan pertanian berkelanjutan merupakan sebuah jalan terbuka untuk menekan angka kelaparan di Indonesia. Pembangunan pertanian ini melibatkan mahasiswa dalam peran pendukungnya, kerena mahasiswa adalah subjek pendidikan dan agen pergerakan perubahan, dimana hal ini menjadi suatu tantangan tersendiri untuk mahasiwa untuk terus berinovasi dan berkreasi memastikan bahwa ketahanan pangan dengan pembangunan pertanian berkelanjutan akan membawa pada suksesnya program Zero Hunger yang akan mengakhiri kelaparan, dan menghantarkan pada kejayaan dan kesejahteraan bangsa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H