Mohon tunggu...
Lailia Amalia
Lailia Amalia Mohon Tunggu... Lainnya - apa ya, masih kuliah

saya tulus, tapi ga bisa nyanyi.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengenal Aliran Mu'tazilah dan Pemikiran-nya

5 Oktober 2024   12:13 Diperbarui: 5 Oktober 2024   13:27 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Hai Readers!,

Pada zaman ini, jika kalian mendengar kata "mu'tazilah" apa sih yang ada di pikiran kaliann?, dan siapa sih pelopor adanya mu'tazilah ini? 

Nah!, pada artikel ini, kita akan sedikit flashback pada masa dahulu, dimana mu'tazilah ini muncul dan berkembang. 

Sebelum kita menelusuri mu'tazilah ini, tau kah kalian arti mu'tazilah?, mu'tazilah berasa dari kata i'tazalah yang berarti "menjauhkan diri/memisahkan diri".

Siapa sih pelopor mu'tazilah ini teman teman? 

Ialah Wasil bin Atha' (lahir pada tahun 700M) Seorang filsuf dan Teolog muslim yang terkenal pada zaman Dinasti Bani Umayyah

Ialah Wasil bin Atha' (lahir pada tahun 700M) Seorang filsuf dan Teolog muslim yang terkenal pada zaman Dinasti Bani Umayyah.
Pada mulanya ia belajar pada Abu Hasyim 'Abdullah bin Muhammad al-Hanafiyah. Selanjutnya, ia banyak menimba ilmu pengetahuan di Mekkah dan mengenal ajaran Syi'ah di Madinah. Ia kemudian melanjutkan perjalanan ke Bashrah dan berguru pada Hasan al-Bashri.
Washil bin Atha' meninggal  (Pada tahun 748M) di Jazirah Arab.

Nahh sekarang kita akan mengutik sedikit sejarah Mu'tazilah ini... 

Latar belakang munculnya Aliran Mu'tazilah adalah sebagai respon persoalan teologis yang berkembang di kalangan Khawarij dan Mur'jiah akibat adanya peristiwa tah- kim (. Golongan ini muncul karena mereka berbeda pendapat dengan golongan Khawarij dan Murjiah tentang pemberian status kafir kepada yang berbuat dosa besar.

Washil bin Atha' melopori adanya pemikiran/aliran mu'tazilah dikarenakan adanya perbedaan pendapat dengan gurunya (Hasan Al-Bashri). 

Hasan Al-Bashri berpendapat "Seorang muslim ketika melakukan dosa besar tetap lah seorang mu'min", tetapi Wasil bin Atha' berpendapat "Seorang muslim melakukan dosa besar, bukan lagi seorang mu'min, bukan juga seorang kafir".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun