Tanggung jawab hukum atas tindakan AI menimbulkan tiga pendekatan utama:
1.Pertanggungjawaban Produsen (Product Liability)
Berdasarkan prinsip hukum produk, tanggung jawab dibebankan kepada pengembang atau produsen AI. Hal ini berlaku jika kerusakan atau kerugian terjadi akibat kesalahan dalam desain, produksi, atau pengujian teknologi. Contoh: Jika mobil otonom mengalami kecelakaan karena sistem navigasi yang salah, pengembang teknologi dapat dimintai pertanggungjawaban.
2.Pertanggungjawaban Pemilik atau Pengguna
Dalam konteks ini, AI diperlakukan seperti alat konvensional. Jika pemilik atau pengguna lalai dalam mengoperasikan AI, maka merekalah yang bertanggung jawab. Contohnya, jika seorang pengguna mengatur algoritma AI untuk bertindak di luar batas wajar, maka kesalahan dibebankan kepada pengguna, bukan teknologi itu sendiri.
3.Pertanggungjawaban Kolektif atau Hukum Baru
Banyak ahli hukum berpendapat bahwa tanggung jawab hukum dalam kasus AI perlu bersifat kolektif. Artinya, baik pengembang, pemilik, maupun pengguna dapat berbagi tanggung jawab, tergantung tingkat keterlibatannya. Lebih jauh lagi, muncul gagasan tentang "status hukum AI" sebagai entitas elektronik yang dapat memikul tanggung jawab secara terbatas.
Studi Kasus Global
Berikut adalah beberapa kasus nyata yang memicu perdebatan hukum terkait AI dan robot:
1.Kasus Kecelakaan Mobil Tesla Autopilot
Pada 2018, sebuah mobil Tesla Model X mengalami kecelakaan fatal di California. Investigasi menunjukkan bahwa sistem autopilot Tesla masih memerlukan perhatian manusia, namun pengemudi tidak memperhatikan lingkungan. Dalam kasus ini, muncul dilema: apakah kesalahan ada pada pengemudi, perusahaan, atau sistem AI itu sendiri?