Pikiran Dara malam ini dipenuhi dengan ucapan lelaki itu, Galvin.
"Saya tidak menyuruh kamu untuk menjawabnya sekarang, Aldara Dwi Putri", ucapnya dengan seulas senyum dibibirnya.
Dara tersenyum malu saat lelaki itu menyebutkan namanya.
"Saya tidak akan memberatkanmu tentang pertanyaan saya tadi. Saya akan menunggu kamu siap untuk menjawaba pertanyaan itu . Selama apapun itu akan saya tunggu", lanjutnya.
"Alangkah baiknya jika kamu menjawabnya lebih cepat", ucapnya mengakhiri dengan senyum jahilnya, lalu pergi dari hadapan Dara.
Dara ingat persis setiap kata yang dilontarkan lelaki itu. Termasuk pertama kalinya ia melihat lelaki itu tersenyum kepadanya. Sangat manis. Tanpa sadar Dara pun akhirnya tertidur dengan senyum yang sedari tadi merekah dibibir kecilnya.
Setelah satu minggu lebih Dara memikirkan itu, sampai  saat ini ia belum menjawab pertanyaan lelaki itu. Namum, ucapan lelaki itu benar. Ia akan tetap menunggu tanpa menuntutnya untuk menjawab cepat.  Tidak ingin membuat lelaki itu menunggu lama, kini Dara mengajaknya untuk bertemu.
Di taman, Dara sedang menunggu kehadiran lelaki itu. Tidak menunggu waktu lama lelaki itu datang dan langsung menghampirinya. Lalu lelaki itu langsung duduk disebelah Dara.
"Bagaimana?", tanya lelaki itu memulai pembicaraan sambil menatapnya.
Dara terdiam tanpa menoleh ke arah Gavin sekalipun. Ia terus menatap lurus ke depan tanpa mengucapkan kata apapun. Namun, disisi lain lelaki itu terus menatapnya penuh harap dengan jawaban yang akan ia dilontarkan kepadanya.
Dara menghela nafasnya, "Aku mau nerima kamu, mas" jawabnya penuh yakin.
Gavin yang mendengar itu tersenyum bahagia sekaligus terharu dengan jawaban, "Alhamdulillah" ucapnya.
Dara pun menoleh kearah Gavin dengan seulas senyum dibibirnya. Ia baru menyadari ternyata sorot mata tajam itu kini berubah menjadi begitu teduh. Mereka saling menatap penuh bahagia, waktu yang dihabiskan untuk menunggu kepastian ini akhirnya terjawab.
Hari demi hari, bulan demi bulan berlalu. Sejak hari itu Dara dan Gavin disibukkan untuk menyiapkan persiapan pernikahan mereka. Banyak syarat dan ketentuan yang harus dilakukan sebelum menikah. Semua itu mereka lalui bersama, hingga akhirnya hari yang ditunggu keduanya pun tiba. Hari bahagia mereka kini sedang berlangsung.
SAHHH...
Akhirnya, kini mereka sudah sah menjadi sepasang suami istri. Gavin senyum haru setelah mengucapkan kalimat sakral itu, disisi lain jantung Dara terus berdenyut kencang. Pernikahan mereka berjalan sangat lancar tanpa hambatan apapun. Dara terkagum atas pernikahannya sendiri, acara nikah yang begitu mewah. Ia juga tak menyangka acara pernikahan impiannya bisa ia alami. Pedang Pora. Acara pernikahan yang ia kira hanya sebatas mimpi dan angannya saja ternyata dapat terwujud.