Oleh : Fadilatul Rizki dan Laela Fadjriyatul Hasanah
Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sains Al-Qur'an Jawa Tengah di Wonosobo
Revolusi industri 4.0 menurut Deloitte yaitu integrasi dari informasi digital dari banyak sumber dan lokasi yang dimulai dari aktifitas manual dalam berbisnis menjadi lebih mudah dan efisien. Prof. Klaus Martin Schwab, teknisi dan ekonom Jerman, menyebutkan bahwa saat ini kita berada pada awal sebuah revolusi yang secara fundamental mengubah cara hidup, bekerja dan berhubungan satu sama lain.Â
Jadi dapat disimpulkan bahwa revolusi industri adalah perubahan besar karena adanya kemajuan teknologi yang mengakibatkan semua proses produksi berjalan dengan internet sebagai penopang utama.
Akuntan adalah salah satu profesi yang terlibat secara langsung didalamnya yang tentunya berimbas disruptif tentang bagaimana seorang akuntan menjalankan profesi yang diembannya, selain harus beradaptasi dengan cara meningkatkan kapabilitas diri untuk menghadapi revolusi industri 4.0 yang sudah diinisiasi.Â
Dari penjelasan posisi akuntan tersebut, maka akan muncul tantangan dan pengaruh terhadap profesi akuntan antara lain dimana perkembangan teknologi mengubah bisnis secara signifikan seperti banyak aset yang berupa "teknologi" dan tidak berwujud secara fisik, tidak banyak membutuhkan sumber daya manusia termasuk didalamnya staf akuntansi, perusahaan tidak memiliki konsep "tempat" atau "premises" karena dikendalikan melalui "virtual office" dan yang terakhir mengenai cara memasarkan dan cara berjualan melalui "market place" atau "online store" yang kesemuanya tadi akan menuju kepada titik keseimbangan atau equilibrium baru yang nantinya membentuk standarnya sendiri.
Lebih jauh lagi dampaknya adalah akuntan dan kantor akuntan akan "dipaksa" mengembangkan aplikasi bergerak (mobile) untuk dapat mengakses data secara langsung dari perangkat telepon genggam, tablet dan virtual reality (VR). Audit laporan keuangan dilakukan berbasis  real-time  dimana regulator dan auditor menarik data yang dibutuhkan secara otomatis langsung dari sistem dan sensor yang melekat pada kegiatan operasional sehingga transparansi dan keakuratan data yang dihasilkan dapat dipertanggung jawabkan.Â
Apabila akuntan tidak memiliki keahlian yang memadai didalam teknologi informasi maka profesi lain dapat mengambil alih fungsi akuntan, sehingga dapat dikatakan teknologi informasi adalah kebutuhan pokok yang harus dipenuhi untuk dipelajari dan dimengerti oleh akuntan itu sendiri.
Dikutip dari International Edition of Accounting and Business Magazine edisi Desember 2016, Roger Leonard Burrit dan Katherine Christ menyebutkan empat langkah yang harus diambil akuntan didalam menghadapi revolusi industry 4.0 yaitu:
- Kesadaran (Awareness) bahwa dengan revolusi industri melahirkan peluang atau kesempatan baru. Kesempatan yang muncul ini menumbuhkan bisnis baru yang belum pernah ada sebelumnya, sebagai contoh Jerman sebagai negara pencetus memiliki 80% perusahaan yang siap mengimplementasikan revolusi industri 4.0 atau Cina yang menyadari bahwa diperlukan pembangunan pada aspek pengetahuan dan menargetkan 60% investasi pada sektor ini. Bukan hanya dua negara ini saja akan    tetapi banyak negara sudah berada dalam tahap awal diseminasi informasi yang selanjutnya akan berkembang lebih dalam untuk menjalankan secara total revolusi 4.0
- Pendidikan (Education). Regulator atau pemerintah dan praktisi pendidikan dituntut untuk dapat membuat kurikulum yang relevan disesuaikan dengan perkembangan konektifitas digital, seperti contohnya pelatihan koding, manajemen informasi antar beberapa program dan platform yang berbeda atau implementasi real-time accounting yang ditujukan kepada seluruh departemen dan organisasi perusahaan termasuk pemegang saham.
- Pengembangan profesi (Professional Development). Meningkatkan kinerja profesi akuntan beserta program-program yang mendukung pengembangannya dengan cara melakukan latihan presentasi online maupun tatap muka secara langsung ( face to face discussion) dan mengevaluasi dampaknya terhadap kapabilitas profesi akuntan pada masa depan.
- Penerapan standar tinggi (Reaching Out). Sebagai akuntan dituntut harus memiliki kontrol maksimal terhadap data yang dihasilkan, dimana data atau informasi fisik biasanya diperoleh dibawah tanggung jawab para insinyur (engineer) sehingga hubungan kerja antara akuntan dan insinyur harus berjalan harmonis agar data dan informasi akuntansi dijaga dengan baik.
Empat langkah perubahan peran akuntan pada masa revolusi industry 4.0 yang sudah dijelaskan diatas hendaknya sudah dimulai pada awal proses pembelajaran di universitas atau perguruan tinggi dimana kurikulum dan metode pembelajaran juga harus disesuaikan dengan aktual dunia bisnis saat ini dan masa yang mendatang.Â
Sehingga universitas atau perguruan tinggi perlu mencari dan menggunakan metode pembelajaran yang meningkatkan aspek paling krusial yaitu literasi manusia dimana fokus utama adalah mengembangkan kapasitas kognitif mahasiswa untuk dapat berpikir kritis dan sistemik dikarenakan literasi manusia dapat berfungsi dengan baik apabila mengacu kepada "kemanusiaan (humanity); Komunikasi (communication) dan desain (Design). Sehingga pembelajaran terpusat pada aspek:
- Keterampilan dalam hal kepemimpinan (leadership) dan bekerjasama  dalam tim(teamwork).
- Kelincahan dan kematangan budaya (cultural agility) sehingga mahasiswa dengan berbagai latar belakang mampu bekerja dalam lingkungan yang berbeda baik didalam negeri maupun di lingkungan luar negeri.
- Â Kewirausahaan (Entrepreneurship) termasuk didalamnya "social entrepreneurship" yang artinya kewirausahaan yang mampu memberikan sumbangsih perubahan sosial secara keberlanjutan dan tepat sasaran. Poin dasar inilah yang wajib dimiliki oleh setiap mahasiswa.