FTIK UNISNU
NAMA : LAILATUR ROHMAH
NIM Â Â Â : 191310004291
KELAS : 4 PAI A3
DAMPAK STAY AT HOME TERHADAP PERKEMBANGAN PSIKIS ANAKÂ
Â
PENDAHULUAN
Pandemi covid-19 belum berakhir, pemerintah masih menggalakan aturan STAY AT HOME. Hal ini tentunya berpengaruh pada perkembangan semua sistem, tidak hanya sistem ekonomi saja melainkan pendidikan juga mendapat imbas dari aturan pemerintah ini.
Menteri pendidikan dan kebudayaan (MENDIKBUD) Nadiem Makarim  menerbitkan Surat Edaran Nomor 3 Tahun 2020 pada Satuan Pendidikan dan Nomor 36962/MPK.A/HK/2020 tentang Pelaksanaan Pendidikan dalam Masa Darurat Coronavirus Disease (COVID-19) maka kegaiatan belajar dilakukan secara daring (online) sebagai solusi menerapkan kebijakan stay at home dalam rangka mengurangi penyebaran  virus corona (Mendikbud: 2020). Dengan adanya kebijakan ini tentu saja peserta didik mendapat pembelajaran yang berbeda, kalau sebelumnya mereka dapat belajar, berinteraksi dan berdiskusi secara langsung dengan teman sebayanya sekarang mereka harus belajar mandiri di rumah. " Anak kita adalah anak yang dinamik, enerjik, sesuai perkembangannya ingin dekat teman-temannya. Apalagi anak remaja yang lebih nyaman bersama teman sebaya dibandingkan orangtua (Suryani: 2007). Meskipun kita tahu rumah adalah tempat pendidikan pertama anak, namun sekolah dan teman sebaya juga memiliki pengaruh yang cukup besar pada perkembangan karakter anak (Uri Bronfenbrenner: 1986). Beberapa penelitian menunjukkan pengaruh teman sebaya. Misalnya, teman sebaya yang selalu memberikan dukungan sosial akan berpengaruh terhadap rasa percaya diri anak. Dukungan emosional dan persetujuan sosial dalam bentuk konfirmasi dari orang lain merupakan pengaruh yang penting bagi rasa percaya diri anak.
Adanya social distancing mengakibatkan penutupan sekolah-sekolah dan kampus yang tentu saja dapat menghambat dan memperlambat capaian target yang sudah ditetapkan pemerintah maupun sekolah masing-masing. kondisi ini yang kemudian mengganggu pencapaian kematangan siswa dalam meraih tujuan belajarnya, baik secara akademis maupun psikologis.
Perubahan yang terjadi secara mendadak ini dapat berakibat rasa stres pada anak. Â Menurut psikiater anak dan remaja, Renvil Reynaldi, Â perubaham yang mendadak ini dapat memberikan dampak psikologis pada anak. Sebab, hal-hal yang biasa mereka lakukan seperti aktivitas sekolah dan bermain dengan teman sebaya untuk sementara waktu harus dihentikan. Situasi ini dapat menyebabkan anak menjadi stres karena mereka harus berdiam diri di rumah dalam jangka waktu lama, aktivitas terganggu, dan merenggut kesempatan bereksplorasi dengan lingkungan (Wijayanti dan Akbar: 2018).
Menurut bebrapa orang menjalani kegiatan di rumah, isolasi atau karantina mandiri di masa pandemi covid-19 sangat menjemukan, akan tetapi lebih menjenuhkan yang dialami anak-anak dimana anak-anak tidak bisa untuk berdiam diri mereka membutuhkan penjelajahan dan eksplorasi pada lingkungan sekitar.
ISI
Stay at home, cukup banyak memberikan dampak negatif pada perkembangan pola pikir anak.
Dilansir dari Detik com: 24/20, menurut Seto Mulyadi beberapa dampak negatif  stay at home yang paling terasa pada anak adalah:
Anak Menjadi Stress
Beberapa penelitian mengatakan, Semenjak di berlakukanya sekolah dari rumah banyak anak yang mengalami stress. Salah satu penyebab anak menjadi stress yaitu banyaknya tugas yang harus dikerjakan anak, akibatnya mereka menjadi stress dan merasakan beban belajar yang cukup berat. Selama menjalani belajar dirumah anak bukanya merasa bahagia maupun refresing di rumah melainkan rasa jenuh dan bosan.
Dr. Fidiansjah, SpKJ., MPH selaku Direktur Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza, mengatakan "Dampak di berlakukanya belajar di rumah (stay at home) ada 37 persen anak tidak bisa mengatur waktu belajar, lalu 30 persen anak kesulitan memahami pelajaran, bahkan 21 persen anak tidak memahami instruksi guru".
Hal inilah yang kemudian memicu munculnya perasaan stress pada anak. Pasalnya, selain tugas yang banyak di berikan oleh guru tak banyak anak yang juga memahami tugas dan intruksi guru tersebut.
Manja / Tidak Mandiri
Dampak lain stay at home selain rasa stress pada anak adalah anak menjadi manja / tidak mandiri. Kurangnya orang tua yang kreatif dan inovatif dalam mengasuh anak berdampak pada psikis anak. Sejak diterapkanya stay at home, banyak anak yang ketika di rumah tidak melakukan apa-apa contohnya dalam mengerjakan tugas. Banyak orang yang mengerjakan tugas anaknya karena mereka tidak mau direpotkan untuk mendampingi anaknya belajar, Â mereka lebih memilih dengan mengerjakan tugas anak tersebut dari pada membimbing anak mengerjakan tugas tersebut. Semuanya dilakukan orang tua dengan dalih kasih sayang, hal ini yang kemudian menjadikan anak tidak mandiri. Ketidak mandirian ini lamban laun akan berdampak buruk untuk masa depan.
Gangguan Perilaku / Conduct Disorder
Gangguan perilaku adalah gangguan tingkah laku dan emosi dimana anak sering menunjukan perilaku kekerasan, suka merusak benda tertentu, dan cenderung  susah mengikuti aturan di rumah maupun di sekolah.
Dimasa pandemi ini banyak anak-anak yang mengalami conduct disorder, sebagai penyebabnya adalah rasa bosan yang timbul akibat di berlakukanya stay at home. Anak yang mengalami conduct disorder biasanya memiliki perasaan yang cepat berubah-ubah tanpa sebab yang pasti, baru sebentar anak minta makan ia langsung mengatakan tidak mau makan. Â Selain itu, anak juga susah untuk di nasehati ketika dinasehati mereka cenderung membantah.
Pemberlakuan stay at home memang baik dalam menekan angka korban covid-19 yang tiap hari mengalami peningkatan. Namun, tidak semua dampak dari stay at home ini positif. Akibat diterapkan peraturan ini pendidikan pun terkena imbasnya. Pembelajaran yang semula dilakukan secara tatap muka harus dilakukan secara daring (online) karena kondisi inilah yang kemudian berakibat pada perkembangan psikis anak.
Anak yang semula memiliki fitrah menjelajah dan mengeksplorasi lingkungan sekitar harus terbatasi karena diberlakukanya stay at home. Bagi orang dewasa keadaan ini mungkin bisa terbilang biasa dan dapat diatasi, namun bagi anak-anak ini merupakan hal yang sangat berat. Anak yang biasanya bermain dan bergaul dengan teman sebayanya harus berdiam diri didalam rumah. Sebagaimana yang kita tahu lingkungan sendiri memiliki peran yang sangat penting dalam perkembangan anak. Dengan situasi ini anak mengalami penghambatan perkembangan psikisnya. Anak banyak yang menjadi stress akibat tidak tahu apa yang harus diperbuat selama dirumah. Ditambah lagi tugas menumpuk yang harus di kerjakan anak.
Anak yang merasa bosan dengan kondisi ini kebanyakan menjadi manja dan mengalami gangguan perilaku / conduct disorder. Padahal kita tahu, kedua hal ini sangat tidak baik bagi anak karena dapat mempengaruhi masa depan anak.
Sebagai orang tua, dengan adanya keadaan ini mereka dituntut bisa menjadi orang tua yang kreatif dan inovatif. Selain hanya kreatif dan inovatif, orang tua harus banyak meluangkan waktu dan perhatiian kepada anak meski sekedar menemani belajar atau menemani bermain anak. Dengan harapan supaya mereka dapat mengatasi segala kebosanan yang dialami anaknya. Sehingga dalam perkembangan psikisnya anak tidak mengalami hambatan yang dikemudian hari berpengaruh buruk pada masa depan anak.
KESIMPULAN
Stay at home, berdiam diri dirumah maksudnya pembatasan interaksi dengan lingkungan sekitar. Bagi kebanyakan orang dewasa hal ini mungkin biasa saja, namun bagi sebagian besar anak-anak hal ini adalah masalah yang cukup besar. Pasalnya, fitrah anak yang cenderung suka menjelajah dan bereksplorasi dengan lingkungan sekitar harus dibatasi dirumah saja.
Kita tahu, lingkungan memiliki peran yang sangat penting dalam perkembangan anak. Akan tetapi, pada kondisi yang sekarang ini anak menjadi terbatas dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitar karena harus berdiam diri di rumah.
Masa yang terbilang cukup lama di berlakukanya peraturan stay at home membuat kebanyakan anak merasa bosan. Dari kebosanan inilah yang kemudian berlanjut pada penghambatan perkembangan psikis anak.
Supaya hal buruk yang tidak diinginkan terjadi pada anak-anak di masa mendatang akibat situasi ini, orang tua dituntut dapat bertindak kreatif dan inovatif dalam mengahadapi keadaan ini untuk menghilangkan rasa jenuh dan bosan pada anak agar perasaaan stress, manja dan gangguan perilaku / conduct disorder.
Â
DAFTAR PUSTAKA
Â
Mujahidah. 2015. Implementasi Teori Ekologi Bronfenbrenner Dalam MembangunÂ
Pendidikan Karakter Yang Berkualitas. Lentera, Vol. IXX, No. 2
Santrock, Adolescence. 2003. Â Terjemahan: Adelar, S.B., Saragih, S. Jakarta:Erlangga
Tabi'in, Ahmad. 2020. Problematika Stay At Home Pada Anak Usia Dini Di TengahÂ
Pandemi Covid 19. Jurnal Golden Age, Universitas Hamzanwadi Vol. 04, No. 1
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H