Mohon tunggu...
Komunitas Lagi Nulis
Komunitas Lagi Nulis Mohon Tunggu... Penulis - Komunitas menulis

Komunitas Penulis Muda Tanah Air dari Seluruh Dunia. Memiliki Visi Untuk Menyebarkan Virus Semangat Menulis Kepada Seluruh Pemuda Indonesia. Semua Tulisan Ini Ditulis Oleh Anggota Komunitas LagiNulis.id

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Pertanyaan Anna

22 April 2020   04:07 Diperbarui: 22 April 2020   04:03 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[Sebuah Cerita]

Pertanyaan Anna

Oleh Muhammad Ismail Faruqi (Mismel)Pertanyaan 1: Ibu, Cinta itu Apa?

 Aku termenung lagi. Ada pesan yang masuk dalam surat penggemarku. Dulu ia adalah orang yang spesial. Kami sama-sama suka game Pokemon. Teringat lagi bertahun-tahun lalu, kami menjadi kekasih yang tak pernah bertemu. Kemudian ada bencana besar yang aku harus kehilangan smartphone-ku. Aku pun kehilangan dia. Dia pun kehilangan aku.

 Hei apa kabar? Semoga kamu masih ingat sama aku. Gimana kehidupan kamu sekarang? Masih tinggal di Bandung? Aku kehilangan kontak kamu. Aku sudah mencoba kirim pesan lewat Instagram dan Facebook kamu tapi sepertinya sudah gak aktif lagi ya? Lewat Wattpad ini semoga kamu dapat pesanku dan membalasnya ya. Sudah terlalu lama aku mencoba hubungi kamu lagi tapi hasilnya nihil. Anyway, have a good day ya!

 Siapa ini? Batinku. Aku lacak Instagram dan Twitternya. Oalah, iya dulu dia adalah pria yang pernah dekat denganku. Sangat dekat. Tapi aku lupa apakah kami pernah pacaran sebelumnya.

 Anna, makan dulu! ujar ibuku di bawah.

 Iya, Bu. Anna segera ke sana, aku pun keluar dari kamar dan menuruni tangga untuk pergi ke ruang makan.

 Nih, An, kesukaan kamu, cah kangkung, makan yang banyak ya biar sehat, Ibuku menaruh kangkung ke piringku.

 Ibu, cinta itu apa? ujarku dengan polosnya. Maklum sebagai gadis yang sudah beranjak dewasa, hubungan cintaku selalu kandas, termasuk pria itu, yang kemudian hari ini balik lagi. Entah motivasinya apa mengirim pesan di surat penggemarku.

 Ibu lantunkan puisi boleh?

 Puisi tentang apa?

 Puisi yang dibuat ibu kemudian nenekmu menjawab pertanyaannya.

 Ibupun memulai puisinya. Ia menghela napas. Ia mencoba mengingat-ingat. Kemudian matanya pun berair tanda kesedihan yang mendalam.

"Ibu

Aku ingin bertanya

Bertanya sebuah pertanyaan dari alam semesta

Ku harap engkau menjawab

Cinta itu apa?

Apakah cinta itu sebuah rasa?

Dimana rasa itu manis di awal

Dan pahit di akhir

Apakah cinta itu sebuah asa?

Penantian yang tak pernah berujung

Atau harapan yang akan tak akan pernah mati

Walaupun dimakan waktu

Ibu...

Tolong jawablah rasa sakit di dada ini

Apakah itu cinta?

Sehingga terasa amat sangat sakit

Ketika dia meninggalkanku

Ibuku pun meneteskan air mata. Aku pun ikut terbawa oleh lantunannya. Tak sadar ada hujan di ruang hati ini. Ibuku melanjutkan lantunan puisinya.

"Ibu pun menjawab

Cinta itu bukan seperti yang Ananda katakan

Cinta adalah anugerah dari Sang Maha Kuasa

Cinta itu harus ditanam

Cinta itu harus dipupuk

Cinta itu harus disiram

Cinta itu harus dirawat

Cinta itu haruslah ada

Cinta itu haruslah tumbuh

Cinta itu haruslah berbuah

Buahnya rasanya manis

Terkadang getir dan pedas

Namun, jika Ananda ikhlas

Rasanya tidak pernah ada di dunia

Rasanya ada di surga nanti

Wahai Anandaku tercinta

Cinta itu tak harus memiliki

Biarlah dia pergi jauh

Asalkan Ananda ikhlas

Sakit hati dibalas kesabaran

Berbuah surga yang didamba-damba

Tetaplah mencinta

Tetaplah berdoa

Tetaplah yakin

Tuhan menyiapkan cinta terbaik untuk mu.

 Ibuku menghapus air matanya dan tersenyum. Senyumnya ikhlas, tidak terpaksa. Ibuku pun bercerita.

Ketika mengandungmu, An. Ibu kehilangan Ayahmu. Ia pergi merantau ke negeri orang. Tak ada kabar sampai sekarang. Namun, cinta Ibu hanya kepada Ayahmu. Ibu hanya menunggu bersama orang yang Ibu sayangi sekarang, Anna, dirimu. Kita berdoa semoga Ayahmu akan pulang. Sudah dua puluh tahun kurang lebih Ayahmu merantau. Ibu masih berharap ia akan pulang, memeluk kita berdua dengan erat.

 Jadi aku paham sekarang. Cinta sejati itu seperti Ibuku kepada Ayahku. Lalu, apakah cintaku itu sejati pada pria itu? Biarlah semesta yang menjawab. Biarlah semesta yang menentukan arahnya. Aku hanya dapat berpasrah dan masih bertanya kepada semesta, cinta itu apa?

.-.

Pertanyaan 2: Siapakah Aku?

 Namaku Anna Fatimah Azahro, aku adalah penulis yang terkenal. Padahal karyaku belum pernah dicetak. Aku penulis suatu blog dan cerita di akun Wattpad dan Storial.co. Aku menulis cerita untuk umum di Wattpad, cerita pribadi di Storial.co, dan portofolio di blogku.

 Aku keturunan Jerman dari ayahku, Phillip Qenan. Ibuku orang Indonesia tulen, suku Sunda, namanya Puspita Eros. Mereka bertemu di rumah sakit. Ayahku pasiennya dan ibuku adalah perawatnya. Untuk jelasnya akan aku terangkan nanti. Sekarang aku akan bertanya tentang diriku.

 Aku membatin siapakah aku? Lalu, aku cari dalam kamus tentang namaku dan apa harapan Ayah memberi nama Anna Fatimah Azahro. Kedengerannya seperti orang Islam dan dari Arab. Padahal dalam kamus Bahasa Jerman, Anna itu artinya orang yang ramah. Fatimah Azahro adalah Bahasa Arab dari gadis yang lembut hatinya dan berseri-seri.

 Sesuai dengan namaku, aku memang orang yang supel dan ceria. Aku juga anggun dan tidak kasar, memuji diri sendiri bolehkan? Umurku sudah menginjak 20 tahun sekarang, banyak yang telah kulewati dalam hidup ini. Naik turun sudah biasa.

 Aku kuliah dengan jurusan Farmasi, padahal aku ingin mengikuti jejak ibuku sebagai perawat. Namun, ibu tidak membolehkan karena tidak mau melihatku kelelalahan. Padahal di farmasi juga, praktikumnya gila-gilaan yang membuatku kurang tidur selama tiga hari dalam seminggu untuk menulis jurnal dan laporan praktikum.

 Aku baru semester dua dan sebentar lagi aku akan menjadi kakak tingkat. Tak sabar untuk mengayomi dan membimbing adik-adik tingkatku yang menggemaskan. Beberapa bulan lalu aku bertemu dengan seorang pria di kedai kopi favoritku, tempatku quality time dan menulis karya. Tak kadang juga, aku menugas di sana ketika jenuh di rumah sendirian.

 Pria tersebut lebih pendek daripada diriku, brewok, berkumis, dan berbehel. Ia menyapaku saat aku dilanda kesepian padahal kedai di sana ramai

Halo, boleh ikut duduk di sini? ujarnya.

Eh, Hai. Iya, silahkan ada apa, Kang? tanyaku keheranan. Aku tidak pernah disapa orang asing sebelumnya jadi sedikit canggung.

"Iya, mau ngajak ngobrol aja, soalnya dari tadi kelihatan melamun terus, haha. Oh, iya, Aakil Jemparingan, jangan lupa a nya dua di kata pertama. Jadi panjang bacanya, haha.

Anna Fatimah Azahro, Kang. Iya nih, banyak pikiran soalnya, aku tidak bisa menyembunyikan senyumku karena aku tahu yang bisa menaikkan energiku adalah orang lain. Anaknya ekstrovert sangat soalnya.

Wah, ada pikiran apa, An? Boleh berbagi sama Akang ga? tanyanya lagi. Ia pun membalas senyumku.

Iya, Kang. Kadang Anna bingung sendiri sama diri ini. Mau dibawa kemana hidup? Siapa diri Anna? Apa tujuannya di dunia ini? Jadi masih bingung tentang hal-hal yang berputar tentang diri.

Anna lagi proses mencari jati diri. Wajar itumah. Waktu Akang seumuran Anna juga masih mencari jati diri. Malah sampai sekarang masih mencari apa yang Akang ingin capai. Jadi gini aja solusinya, nikmati sambil meng-explore berbagai hal lagi tentang diri Anna.

Lalu jati diri Akang sekarang bagaimana? tanyaku heran.

Iya, nanti kamu bakal tahu sendiri kalau udah lama kenal sama Akang. Yang jelas Akang masih single dan udah kerja di Banten.

Akang ngapain ke Bandung?

Kerja juga. Biasa kunjungan ke luar kota, An. Hehe. Oh, iya An. Setau Akang juga jati diri itu sifatnya fluid atau cair. Jadi bisa berubah-rubah sesuai lingkungan dan faktor-faktor lain. Mungkin aja sekarang kamu ramah tapi karena satu dan lain hal menjadi kaku dan pendiam.

Oalah, jadi jangan terlalu dipikirin ya?

Karena berubah-ubah, kamu jangan terlalu melabeli dirimu dengan suatu hal yang membebankan. Tapi tetap penting untuk mencari siapa kamu. Itu proses yang panjang dan nikmati lah prosesnya.

 Kami pun mengobrol banyak dari A Z. Kami juga bertukar nomer Whatsapp dan Instagram. Akhirnya pertanyaan ku mungkin tidak terjawab tetapi menjadi pertanyaan seumur hidup yang aku harus cari terus jawabannya: siapakah aku? .-.

Pertanyaan 3: Bagaimana Kami Bersatu?

 Beberapa hari kemudian, Akang Aakil Jemparingan, yang kita panggil Kang Aakil menembakku via chat di Whatsapp. Aku menerimanya, toh, tidak ada tambatan hatiku juga dan orangnya baik di awal bertemu.

 Kang Aakil sudah pulang ke Banten kembali, untuk bekerja tentunya. Kami hampir tiap hari teleponan ataupun videocall. Maaf, bukan hampir, karena memang setiap hari kami berinteraksi saling mendengar dan menatap wajah lewat media elektronik.

 Aku sebenarnya sudah cukup lama tidak merasakan cinta. Beberapa tahun kebelakang, aku selalu menerima siapapun yang menembakku. Nyatanya aku harus lebih selektif lagi. Namun, nyatanya juga aku tidak bersikap selektif.

 Aku punya pendapat setiap orang punya kesempatan yang sama untuk menjadi bagian dari orang lain. Jadi apa salahnya mencoba dan menjalani yang sudah ada. Toh, tidak salah juga kan? Cinta itu datang tiba-tiba dan jodoh itu sudah diatur.

Kang, bagaimana cara meyakinkan diri Akang bahwa Anna yang tepat buat akang?"

Ya, sederhana sih. Aku lihat dari mata dan senyumannya. Tulus dan ikhlas. Mimik dari calon ibu bagi anak-anakku kelak.

Bukan gitu, Kang, maksudnya. Bagaimana kita bersatu sementara kita berjauhan? Akang kan ga tau Anna sebelumnya.

Akang yakin sama Allah bakal ngejaga Anna sampai halal bagi Akang. Terus berkomunikasilah. Kalau ada apa-apa diomongin, jangan dipendam, nanti sakit. Itu hati bukan harta karun.

Terus?

Tak lupa akang selalu berdoa dimana dan kapanpun Anna berada. Agar kelak seperti mimpi kita, tiga tahun dari sekarang, kita bisa hidup di Yogyakarta. Akang lanjutin S3-nya dan Anna lanjutin profesi apotekernya di sana. Nanti kita ngontrak rumah aja.

 Rasanya aneh. Ada sedikit takut dicampur harapan dan diaduk dengan sayang. Aku pun mengaminkan doa-doa kami yang semoga dikabulkan oleh Allah. Tak lupa aku makin semangat untuk mengikuti perkuliahan farmasi ku.

 Mungkin bagaimana kita bersatu bukanlah pertanyaan yang harus dipertanyakan. Cukup dirasakan dan diikuti semesta menuntun. Jangan lupa untuk selalu berusaha dan berdoa. Allah tidak akan pernah diam dengan doa-doa hambanya yang selalu merengek dan memohon.

.-.

Pertanyaan 4: Kenapa dengan Masa Lalumu?

 Umu, Aba mau ngobrol sesuatu. Harapan Aba, Umu dapat menerima apa yang Aba akan katakan, ucapnya ketika yang kedua kalinya bertemu denganku. Kami jadi punya panggilan sayang, Umu untukku dan Aba untuknya. Ini terjadi setelah sebulan pertemuan awal. Kali ini di kedai yang berbeda tetapi masih dekat kedainya dengan rumahku.

 Iya, Aba. Kenapa? Bilang aja kali. Ga usah sungkan segala. Kaya yang baru kenal aja, ujarku terheran-heran dengan sikapnya yang terlihat resah. Biasanya ia selalu ceria dan tanpa ada yang menutup-nutupi.

 Ada yang salah dengan masa lalu Aba. Umu masih terima ga Aba sebagai pasangan Umu? ujarnya.

 Hah? Masa lalu Aba kenapa? Selama sebulan ketemu Aba selingkuh atau bagaimana? ujarku dengan nada yang cukup tinggi.

 Ini udah terjadi lama, Mu. Waktu Aba kuliah S2 di Yogyakarta. Aba orangnya setia, kalau udah satu, ya cukup satu. Ga cari sana-sini. Bukan masalah Aba selingkuh atau bukan. Tapi ini aib Aba waktu dulu.

 Ba, ba Aib kok diumbar-umbar. Bahkan dengan pasangan pun harus ada rahasianya kali, Ba. Biarlah Aba simpan sendiri aibnya jika itu menganggu hubungan kita, jelasku.

 Iya, sih, Mu. Tapi ya, Aba pengen Umi mengerti kondisi Aba. Jadi ga ada yang ditutup-tutupi dari Aba.

 Emang selama ini Umu ga ngertiin Aba? Aba lembur pulang malam jadi tidak bisa teleponan sama Umu, Aba main sama teman-teman Aba jadi ga bisa balas pesan Umu, dan Aba waktu kerja jarang lihat HP. Itu semua apakah Umu gak terima? Gak ngertiin gitu? Umu mah dari dulu juga udah bilang ke Aba, kita beritikad baik saja tentang hubungan ini. Ga perlu lah dirisaukan tentang hal itu.

 Syukurlah, Umu bisa nerima apa adanya Aba. Umu merupakan orang yang baik, perhatian, dan tidak banyak menuntut seperti masa lalu Aba. Kesayangan Aba hanya Umu. Oleh karena itu, Aba mau ngasih hadiah. Boleh tutup mata dulu?

 Aku pun tutup mata. Jariku terasa dingin. Apa yang dilakukan Aba? batinku.

Umu, maaf bukan emas, semoga Umu senang. Ini sebagai tanda sayang Aba ke Umu. Silahkan buka mata Umu. Akupun melihat Aba membawa buket bunga mawar kuning dan warna kuning adalah kesukaanku. Di jariku sudah tersemat cincin perak. Aku melihat di jari manis kiri Aba ada cincin perak juga yang bermotif sama. Jadi, kenapa dengan masa lalumu?

Pertanyan 5: Kapan Kita Menikah?

 Pandemi Covid-19 menyebar begitu cepat. Aku yang tadinya sibuk kuliah dan menjalankan berbagai macam proyek dengan kaka tingkatku, Cempaka Rasa, menjadi merubah segalanya yang asalnya konvensional dan tatap muka, sekarang jadi serba dalam jaringan (daring).

 An, aku tuh punya ide buat ngediriin komunitas literasi di kampus kita. Nanti jadi Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), yuk, Kebetulan kamu jugakan Duta Baca Jawa Barat, sarannya.

 Wah, ide bagus! Aku juga pengen ngediriin bisnis, Teh (panggilan untuk yang lebih tua, perempuan)."

 Ih, sama atuh, teteh juga. Ayo bikin dua-duanya! Terbentuklah bisnisku dengan Teh Cempaka pada tanggal 8 Maret 2020. Aku pun mengajak Aba. Aba pun mengiyakan dan ikut bergabung. Terbentuk juga komunitas literasi kampusku yang digagas oleh aku dengan Teh Cempaka pada tanggal 14 Maret 2020.

 Komunitas literasiku berjalan maju dengan 12 orang anggota awal bersama aku dan Teh Cempaka. Orang-orangnya dapat diajak kerja sama walaupun respon mereka masih kurang jika di grup WA besar. Namun, jika dikirim pesan pribadi satu-satu antusiasnya sangat tinggi.

 Berbeda halnya dengan bisnisku. Walaupun namanya bisnis kami menekankan ke sosial. Visinya adalah meningkatkan edukasi masyarakat tentang kesehatan mental. Keadaannya tidak ada respon dari anggotanya. Aku harus memikirkan berulang kali tujuan, visi, misi, dan program kerjanya bersama eksekutif lainnya, Teh Cempaka dan Meyi, kaka tingkatku dan juga adik tingkat Teh Cempaka. Doakan saja semoga pandemi ini segera berakhir dan aku bisa mengurus semuanya secara tatap muka. Tentunya juga agar aku bisa bertemu Aba lagi.

 Sudah sebulan lebih aku tidak bertemu Aba. Kami berkomunikasi lewat WA dan setiap malam video call. Sampai suatu hari, aku bertanya saat video call bersama Aba, Kapan kita menikah?

Tenang, Mu. Jangan tergesa-gesa. Kita jadi pasangan aja baru mau tiga bulan. Ketemu aja baru dua kali. Ini pacaran pertama Aba yang cepat-cepat cuma butuh waktu tiga hari mengenal langsung pacaran. Butuh waktu untuk mengenal lebih dalam.

Terus, kenapa milih Umu, Ba? Apa gak ada di Banten yang deket sama Aba?

Yang ngedeketin mah banyak atuh, Mu. Di Banten juga ada yang deket kok sama Aba. Tapi, Aba kurang suka soalnya dia suka susah dibilangin untuk shalat. Kekanak-kanakan juga. Padahal udah kenal lama tapi ngerasa gak pas aja. Beda sama Umu. Umu merupukan perempuan yang rajin ibadah dan di umurnya yang lebih muda tujuh tahun sama Aba, menujukkan sikap dan pemikiran yang matang dan dewasa, jelas Aba.

Apa yang menunjukkan Umu dewasa, Ba? Dalam perihal apa?

Dalam menyelesaikan konflik. Biasanya seumuran Umu suka menunda-nunda konflik diselesaikan atau menghindari penyelesaian konflik. Umu beda. Umu selalu bilang kalau ada masalah, ya, dikomunikasikan. Jangan dibiarkan berlarut-larut. Aba juga banyak belajar dari Umu. Terkadang Aba bersikap kekanak-kanakan juga, sama seperti Umu, kadang juga seperti itu. Tapi yang harus Umu garis bawahi adalah semarah-marahnya Aba itu karena saking sayangnnya terhadap Umu.

Jadi, kapan kita menikah?

Ketika Umu telah lulus menjadi sarjana. Nanti, Aba bawa kita hijrah ke Yogyakarta. Aba mau lanjutin pendidikan S3 Aba di UGM. Umu pun silahkan mengambil Program Studi Profesi Apoteker (PSPA) di UII. Cita-cita Umu jugakan S2 di UGM? Ayo, kita wujudkan. Pendidikan penting dan Aba kan sapiosexual, suka sama orang-orang berilmu.

 Kelak tiga tahun dari sekarang, aku akan menanyakan kembali kapan kita menikah? dan harus dijawab mantap gagah laksana burung garuda di langit. Lalu, ku tutup video call dengan membacakan doa. Tak lupa membacakan puisi untuk Aba sebagai berikut.

Engkau dan Astronomi

Karya Anna Fatimah Azzahro (Umu)

Apakah Engkau itu matahari?

Yang menyingsing di kala fajar

Apakah Engkau itu bulan?

Yang menjadi benderang cahayanya di tengah kegelapan

Apakah Engkau itu bintang?

Yang menjadi petunjuk di kala bimbang

Semoga itu Kau,

Yang indahnya menjadikan dunia menyenangkan!

Pertanyaan 6: Di Mana Kita Hidup? Di Sana Kita Belajar (Epilogue)

Pertanyaanku tentang kehidupan memuncak yaitu di mana kita hidup? Aku pun mencari dan menanyakan beberapa pertanyaan kepada Aba untuk mendapatkan jawaban yang memuaskan. Ku harap kalian juga puas terhadap jawaban Aba.

Ba, di mana kita hidup?

Di bumi, lah. Tepatnya Umu di Kota Bandung, Aba di Kabupaten Serang.

Bumi itu apa?

Planet, Mu. Tempat sementara manusia hidup dan melakukan kebanyakan aktivitas. Tempat abadi kita tentu saja kampung akhirat

"Akhirat itu apa?

Akhirat itu dunia setelah bumi. Dimulai dengan alam kubur dan terakhirnya surga atau neraka.

Surga itu apa? Neraka itu apa?

Surga balasan bagi orang yang berbuat baik. Neraka balasan bagi orang yang berbuat buruk.

Kebaikan yang bagaimana? Keburukan dalam perspektif apa?

Kebaikan dan keburukan menurut perspektif Allah tentunya. Kita bisa lihat di kitab suci kita, Al-Quran, dan petunjuk Rasul, Al-Hadist.

Cape, Ba. Nanya terus. Gantian ah, Umu yang jawab.

Umu, hidup di dunia untuk apa?

Ya, kalau diAl-Qur'an mah untuk beribadah, Ba. Manusia dan jin diciptakan untuk beribadah.

Kalau gitu, beribadah yang kaya gimana?

Ya, shalat dan ngaji sehari-hari. Kalau bisa puasa, ya, puasa.

Terus hubungan dengan sesama manusianya gimana?

"Ya, tetap berbuat baik ke sesama manusia. Menjadi bermanfaat bagi manusia lain.

Emang itu bukan ibadah?

Emang itu ibadah?

Iya, Umuuuuu, ujar Aba gemas.

Oh, iya baru tahu, hehe. Maklum butuh imam hidup.

Iya, Aba insya Allah jadi imamnya Umu. Balik lagi, Mu. Ke pertanyaan awal. Di mana kita hidup? Kayaknya Yogyakarta enak ya, buat menetap sana.

Iya, setuju, Ba. Budayanya juga enak di sana.

Ya, udah, ayo, berumah tangga di sana aja. Di mana kita hidup? di sana kita belajar.

 Di mana kita hidup? Di sana kita belajar. Hal yang random sih. Ketika Aba bilang seperti itu. Membuatku menjadi sangat-sangat berfilosofis. Seperti kata-kata mutiara: di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung.

 Aba sangat mengajariku banyak hal. Oleh karena itu, aku akan berterima kasih untuk menjawab sebagian besar pertanyaan dalam hidupku. Karyaku terinspirasi olehnya. Semangatku membara karenanya. Aku menjadi utuh di sisinya.

 Terima kasih, Aba, untuk telah memberanikan diri berkenalan dengan Umu. Menorehkan segala cerita di hidup Umu. Terima kasih dan terima kasih.

-Tertanda Umu-

Bandung, 15 April 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun