Mohon tunggu...
Komunitas Lagi Nulis
Komunitas Lagi Nulis Mohon Tunggu... Penulis - Komunitas menulis

Komunitas Penulis Muda Tanah Air dari Seluruh Dunia. Memiliki Visi Untuk Menyebarkan Virus Semangat Menulis Kepada Seluruh Pemuda Indonesia. Semua Tulisan Ini Ditulis Oleh Anggota Komunitas LagiNulis.id

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sebatas Mengagumi Tanpa Bersuara

14 April 2020   13:04 Diperbarui: 14 April 2020   13:04 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.pinterest.com › pin

Semua teman-temanku yang mendengar lantas meledekku "cie-cieee", seru mereka kompak.

Dengan menahan pipi yang merah merona karena malu, aku menutupinya dengan pertanyaan balik . Yah, penasaran juga sih sebenernya.

"Mimpi apa?", tanyaku.

"Mimpi selamatkan kamu" jawabnya.

"Cieeeeee", makin kompak saja temen-temenku.

Mungkin wajahku udah kayak kepiting rebus, merah merona. Hanya kututupi dengan senyum tipis dari bibirku. Jujur aku malu. Apa mungkin ini jawaban atas keresahan yang kurasakan semalam?

Jatuh cinta padamu secara diam-diam bagaikan derita yang kurawat sendiri. Setiap hari aku ingin memperhatikanya walaupun logikaku ingin mengelak, tapi hati terus mendorong untuk memikirkannya. 

Aku tak pernah menyangka pandanganku akan berubah begitu drastis setelah aku mendengar penyataanya. Bahwa aku sempat masuk dalam mimpinya. Bagaikan penguat untukku, seakan semesta mengirimkannya untukku.

Untuk pertama kali aku melihatnya. Saat itu tak pernah terbersit olehku akan jatuh cinta padanya, bisa dibilang benci. Namun waktu berkata lain dan semua berubah saat ini.

Sebelum melanjutkan cerita, aku Zahra Novela adalah wanita yang sangat pemalu, tertutup dan tidak pandai mengekspresikan perasaan. Mungkin keadaan dari rumah yang membuatku menjadi pribadi yang seperti ini. Karena dalam keluargaku, tidak terbiasa terbuka dan saling menyimpan masalah masing-masing. 

Meja makan bahkan jarang terisi, untuk sekedar makan bersama. Aku yang sudah dewasa masih saja dianggap anak kecil yang tak harus tau apa-apa yang sedang menjadi masalah keluarga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun