Saya beberapa kali melihat atau berpapasan dengan Bu Tri Rismaharini, Wali Kota Surabaya.
Ini yang saya ingat.
Pertama.
Di depan Pasar Keputran, dengan mengenakan sepatu boot, beliau memegang megaphone, dan membantu petugas menertibkan kendaraan yang lalu-lalang. Saya lupa, apakah ada penertiban pasar atau tidak. Namun, yang pasti, saya yang sedang melintas di atas motor, tahu bahwa beliau sedang bekerja.
Bagi saya, mengetahui seorang pemimpin bekerja dan menunjukkannya di depan warga adalah cara memimpin yang ampuh. Ia tak berteriak dari belakang meja atau main perintah sana sini dari balik megahnya gedung balaikota.
Kedua.
Saya beberapa kali ke Gedung Siola, tepatnya ke Koridor Co-working Space. Ini adalah ruang yang disediakan oleh Pemkot Surabaya untuk mendukung para pengusaha rintisan (start up). Anak-anak muda yang menerjuni bidang kreatif bisa berkumpul di sini untuk eksplorasi ide dan berkolaborasi sesama mereka.
Bahkan, saban minggu ada pelatihan Google Gapura Digital di sini. Saya beruntung bisa ikut mengajar dan bertemu dengan warga yang mengelola UMKM di Surabaya. Saya banyak belajar.
Di Gedung Siola inilah, saya beberapa kali melihat Bu Risma sedang memandu tamu-tamu penting, entah nasional maupun asing. Beliau menunjukkan dan bercerita tentang Gedung Siola, koleksi Museum Surabaya (yang berada dalam gedung ini), juga aktivitas anak-anak muda di Koridor Co-Working Space.
Ketiga.
Kamis lalu (15/11) saya berada di BEKRAF FESTIVAL yang dihelat di Grand City. Saya tidak sekadar melihat beliau di atas panggung bersama Pak Triawan Munaf (Ketua BEKRAF), tapi malah membuntuti beliau dari dekat laiknya para awak media.