Mohon tunggu...
Cerpen

Celengan Kasih Sayang

20 Maret 2017   10:41 Diperbarui: 20 Maret 2017   10:56 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Mengapa Ayya menanyakan hal seperti itu, Nak?” tanya Ibu yang mencoba untuk tetap tenang.

“Karena selama ini Ayya selalu memperhatikan Ibu yang setiap harinya pulang kerja di sore hari. Saat pulang, Ayya memperhatikan bagaimana raut wajah Ibu,” tutur Ayya.                        “Meskipun Ibu mencoba untuk tetap tersenyum dihadapan Ayya, tetapi Ayya tahu jika sebenarnya Ibu merasa sangat lelah sepulang kerja,” lanjutnya.

“Ibu bekerja mencari uang untuk memenuhi kebutuhan Ayya. Jika Ayya merasa senang, Ibu juga demikian. Namun, jika Ayya merasa sedih, Ibu akan susah karena Ayya tidak bisa menerima kebutuhan yang layak dari seorang Ibu, Nak,” jawab Ibu sambil memeluk Ayya.

“Ayya tahu jika Ibu sangat menyayangi Ayya. Tapi, apakah cara Ibu menyayangi Ayya harus dengan membuat tubuh Ibu sendiri merasa lelah?” tutur Ayya yang sedikit kecewa dengan dirinya sendiri.

“Jika Ayya senang dengan menggunakan uang hasil bekerja Ibu, mengapa tidak? Ibu akan dengan senang hati dalam bekerja demi mendapatkan uang untuk menafkahi Ayya. Meski Ibu harus mandi keringat dan merasa lelah, Ibu akan tetap merasa bahagia jika melihat Ayya senang,” jawab Ibu.

“Baiklah, Bu,” tutur Ayya. “Ayya akan menunggu Ibu sampai selesai. Ibu lekas mandi, ya. Sudah hampir petang. Takutnya nanti Ibu bisa sakit jika mandinya terlalu malam,” sambung Ayya sambil sedikit menghibur dirinya sendiri.

Ibu hanya tersenyum kepada Ayya sambil beranjak dari tempat duduk dan bermaksud untuk segera mandi. Memang benar jika hari ini Ibu merasa sangat lelah karena ada pelatihan di tempat kerjanya.

Ayya pun menunggu di kamar Ibu. Dirinya memegang sebuah benda yang membuatnya merasa bingung sambil melamun di pinggir tempat tidur. Ketika Ibu sudah selesai, Ayya masih melamun.

“Ayya, mengapa melamun, Nak? Apa yang membuatmu sampai melamun seperti itu?” tanya Ibu yang mencoba untuk duduk di samping Ayya.

Ayya hanya diam, namun tatapan matanya tertuju pada sang ibu. Ibu merasa bingung dan khawatir dengan Ayya.

"Ini untuk Ibu. Ayya memberikan ini semua karena Ayya tidak ingin menyusahkan Ibu,” tutur Ayya yang matanya mulai berkaca-kaca.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun